Seorang pelajar berinisial MR (14 tahun) di Palembang tega menganiaya pacarnya sendiri, RR, karena dipicu rasa iri hati. Kronologis peristiwa bermula saat mereka berkeliling kota menggunakan sepeda motor milik korban pada Sabtu, 22 Juli 2023. Sekitar pukul 18.30 WIB di Jalan Demak Depan, MR tiba-tiba mencekik leher korban hingga korban lemas dan terjatuh dari motor. Setelah korban tak berdaya, MR memukuli wajahnya, kemudian membawa kabur motor dan HP korban. Motif utama MR adalah rasa iri karena korban memiliki sepeda motor, sementara dirinya tidak punya. Setelah dilaporkan ayah korban, polisi berhasil menangkap MR saat bersembunyi di rumah neneknya. MR pun resmi ditetapkan sebagai tersangka. Kisah tersebut di atas hanyalah sebagian dari tragedi-tragedi memilukan akibat dari hasad atau iri.
Hasad: Sebuah Penyebab Masalah Kesehatan Mental
Dalam tradisi linguistik Arab, konsep hasad memiliki makna yang sangat dalam dan kompleks. Menurut kamus al-'Ain, kata hasad berasal dari akar kata “ẖasada yaẖsudu ẖasadan”, namun maknanya jauh lebih kompleks daripada sekadar definisi harfiah. Para ahli bahasa seperti Ibnu al Mandzûr menggambarkannya sebagai perasaan negatif yang bagaikan kutu yang merusak hati, menguras energi, dan menghilangkan ketenangan batin (Fauziah, D. N, 2020). Sebuah nikmat atau karunia yang kita terima dalam hidup ini memiliki potensi untuk memberikan kebahagiaan yang mendalam dalam jiwa kita. Hal ini terjadi karena jiwa manusia secara alami memiliki kecenderungan untuk mencari, meraih, dan mendapatkan berbagai hal yang diinginkannya. Namun, perlu dipahami bahwa nikmat yang kita terima tidak lantas menjadikan orang lain secara otomatis merasakan kebahagiaan yang sama. Bahkan, tak jarang jiwa seseorang terjangkiti rasa iri karenanya. Ketika melihat kita sedang berbahagia, sering kali orang lain justru terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, seolah-olah kita selalu berbahagia, sedangkan mereka senantiasa merana. Bayangkan kondisi seseorang yang dikuasai rasa iri: ketika melihat keberuntungan atau kebahagiaan saudaranya, ia tidak hanya merasa tersiksa, bahkan berharap keberuntungan tersebut lenyap tanpa tersisa, seakan-akan kebahagiaan saudaranya merupakan siksaan serta ancaman terhadap eksistensi dirinya.
Hasad dan Dampaknya dalam Kehidupan Manusia
Pada aspek kesehatan mental, hasad dapat memicu berbagai masalah serius, seperti stres, kecemasan, hingga depresi. Leahy, R (2021) mengatakan bahwa iri hati adalah emosi sosial yang umum dan sering terkait dengan depresi, permusuhan, dan rasa malu. Sering kali, iri hati disamakan dengan kecemburuan, yang melibatkan ketakutan atau kemarahan akibat ancaman terhadap hubungan utama oleh pihak ketiga. Namun, iri hati lebih berkaitan dengan kekhawatiran tentang status sosial, di mana “keuntungan” yang didapat orang lain dianggap sebagai “kerugian” bagi diri sendiri. Sejarah hasad adalah sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Kita akan menjumpai kisah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia, penyebabnya adalah hasad yang ada pada diri Qabil terhadap saudaranya, Habil.
Hasad Melenyapkan Kebaikan-kebaikan
Islam juga memperingatkan umatnya tentang bahaya dosa hasad. Hasad tidak hanya merugikan individu pelakunya, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial, menciptakan perselisihan dan permusuhan di tengah masyarakat, serta merusak hubungan seseorang dengan Allah ﷻ. Kebaikan-kebaikan orang lain akan lenyap di hadapan orang yang hasad, sehingga yang tersisa hanyalah kebencian dan permusuhan. Sebagaimana kebaikan orang lain lenyap di hadapan orang yang hasad, maka Allah ﷻ juga melenyapkan kebaikan orang yang hasad di hadapan-Nya. Dalam salah satu hadis, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Hasad Mencederai Salah Satu Rukun Iman
Allah ﷻ telah menetapkan segala sesuatu dalam kehidupan ini dengan kebijaksanaan-Nya. Ketika seseorang merasa iri dan tidak menerima keadaan, sejatinya ia sedang meragukan keputusan Allah ﷻ. Oleh karena itu, menerima keputusan berupa pembagian rizki, karunia, dan kenikmatan lainnya dengan penuh keridhaan merupakan inti dari iman kepada Qodar Allah ﷻ. Sebuah amal baik hanya akan diterima oleh Allah ﷻ jika dilandasi oleh keimanan; amal baik dari orang yang tidak beriman, sebanyak apa pun itu, tidak akan diterima. Maka menjadi wajar, ketika amal baik tiba-tiba lenyap bagaikan kayu yang dilahap api, lantaran pelakunya memiliki hasad yang mencederai salah satu rukun iman.
Hasad Mengantarkan Pada Kekafiran
Allah ﷻ telah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israil, salah satunya adalah nikmat kenabian. Kita bisa menemukan banyak nabi yang berasal dari kalangan Bani Israil, seperti Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariya, Nabi Yahya, Nabi Isa, dan nabi-nabi lainnya. Namun, ketika Allah ﷻ memilih nabi terakhir yang bukan dari keturunan Israil, sebagian besar Bani Israil merasa kecewa dan dengki, yang akhirnya membawa mereka kepada kekafiran terhadap Allah dan Rasul-Nya. Allah ﷻ berfirman:
وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ فَٱعۡفُواْ وَٱصۡفَحُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah: 109]
Hasad bukan hanya mampu melenyapkan amal baik. Namun, lebih daripada itu, ternyata hasad juga mampu mengantarkan seseorang kepada kekafiran -na’udzu billahi min dzalik-.
Solusi Islam dalam Menanggulangi Hasad
Sudah menjadi karakteristik agama Islam, ketika suatu perilaku dilarang, pasti di dalam perilaku tersebut mengandung kerusakan dan keburukan. Tidak hanya itu, agama Islam selalu memberikan alternatif dan solusi terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh manusia, termasuk dalam konteks ini adalah masalah hasad. Agama Islam mengajarkan beberapa cara untuk menghindari dan mengatasi hasad, di antaranya:
1. Menyadari dan mengingat nikmat.
Allah ﷻ berfirman,
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِيٓ أُوفِ بِعَهۡدِكُمۡ وَإِيَّٰيَ فَٱرۡهَبُونِ
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” [Al-Baqarah: 40]
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَنِّي فَضَّلۡتُكُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” [Al-Baqarah: 47]
Seolah Allah ﷻ ingin menyampaikan bahwa dahulu Allah ﷻ telah memberikan nikmat yang sangat banyak kepada Bani Israil. Namun kini, ketika Allah ﷻ memberikan nikmat itu kepada selain Bani Israil, mengapa mereka hasad? Maka dalam ayat-ayat tersebut, Allah ﷻ memerintahkan Bani Israil untuk kembali mengingat nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka dan nenek moyang mereka. Manusia sering kali hanya terfokus pada nikmat yang diterima oleh orang lain, kemudian lupa atau tidak menyadari kenikmatan-kenikmatan yang pernah Allah ﷻ berikan kepada dirinya. Maka dengan mengingat dan menyadari nikmat-nikmat tersebut, diharapkan seseorang terhindar dari hasad, karena ia merasa bahwa ia juga memiliki sesuatu yang bahkan orang lain mungkin tidak memilikinya.
2. Bersyukur atas nikmat yang telah diterima.
Allah ﷻ berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” [Ibrahim: 7]
Dalam ayat tersebut, Allah ﷻ memberikan motivasi agar manusia mensyukuri pemberian dari Allah ﷻ, apa pun bentuknya, jumlahnya, dan nilainya. Kemudian Allah ﷻ memberikan iming-iming atau janji berupa tambahan pemberian (menurut kehendak dan pengetahuan Allah) kepada orang yang bersyukur. Jika seseorang meyakini hal tersebut, maka ia akan merasa cukup (qana’ah) atas apa yang diterimanya, dan tidak hasad kepada orang lain.
3. Memperkuat pemahaman tentang konsep rizki.
Manusia secara alami memiliki insting untuk mempertahankan diri, serta rasa untuk memiliki. Kedua insting tersebut yang mendasari rasa hasad pada diri seseorang. Orang yang hasad biasanya khawatir ia akan tersingkir atau terancam keberadaannya, dikarenakan ia tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Sehingga ia berharap apa yang telah dimiliki orang lain itu lenyap dan berpindah kepada dirinya. Berkaitan dengan hal ini, Allah ﷻ berfirman,
۞وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” [Hud: 6]
4. Meminta kepada Allah apa yang diinginkan.
Dia yang memberi nikmat kepada orang lain, Dia pula yang memberi nikmat kepada kita. Dia yang mampu mendatangkan kebahagiaan untuk orang lain, Dia pula yang mampu mendatangkan kebahagiaan untuk kita. Dia Tuhan yang sama, Dialah Allah ﷻ. Mengapa mesti iri dan dengki atas bahagia yang dirasakan oleh orang lain? Tuhan kita Maha Kaya dan Maha Kuasa, maka memohonlah pada-Nya. Ingatlah kisah Nabi Zakariya, manakala ia mendapati istri Imran mendapat karunia seorang putri yang luar biasa. Bukan iri ataupun dengki yang dirasa, ia segera berdoa kepada Allah ﷻ, memohon karunia yang sama. Allah ﷻ berfirman,
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.’” [Al 'Imran: 38]
5. Diperbolehkan hasad dalam hal-hal tertentu.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan aspek-aspek psikologis dalam diri manusia. Sehingga hal-hal yang dilarang atau ditahan selalu disediakan saluran yang tepat untuk meredamnya atau mengarahkannya pada sesuatu yang lebih baik. Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ bersabda,
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَآخَرُ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh dengki kecuali dalam dua hal: (kepada) seorang yang Allah berikan harta, lantas ia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran (ketaatan) dan seorang yang Allah berikan hikmah (ilmu), lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari no 1409 dan Muslim no 1352)
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh dengki kecuali dalam dua hal: (pertama) kepada seorang yang telah diberikan Allah (hafalan) Alquran lalu ia membacanya siang dan malam, (kedua) kepada seorang yang dikaruniai Allah harta kekayaan, lalu ia menginfakkan harta itu di jalan Allah siang dan malam.” (HR. Bukhari no 7529 dan Muslim no 1350)
Menjauhi hasad dan membersihkan hati adalah sebuah mujahadah dan proses yang akan membawa kedamaian serta kebahagiaan hakiki. Sebagaimana yang diajarkan dalam Islam, hati yang bersih dari penyakit seperti hasad akan menjadi cerminan keimanan yang kokoh dan jalan menuju kasih sayang serta rahmat dari Allah ﷻ. Lima hal yang disebutkan di atas untuk menghindari dan mengatasi hasad bukanlah jumlah yang membatasi. Sudah selayaknya kita senantiasa mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an dan Hadits untuk menemukan petunjuk dalam menghadapi segala permasalahan yang kita hadapi, karena Al-Qur’an dan Hadits adalah sumber petunjuk yang akan mengantarkan manusia kepada kesejahteraan dan kesehatan mental.
Oleh: M Abduh Al Baihaqi, Lc
* Tulisan ini merupakan penyempurnaan dari artikel sebelumnya yang berjudul: Mensyukuri Nikmat Menjauhkan Diri dari Iri dan Dengki
Referensi:
Serambinews.com. (2023, July 23). Pelajar SMP di Palembang tega menganiaya pacarnya demi merampas HP dan motor. https://aceh.tribunnews.com/2023/07/24/pelajar-smp-di-palembang-aniaya-pacar-pelaku-bawa-kabur-sepeda-motor-dan-ponsel-korban
Amalia, S. (2023). Dengki Hakikatnya Dilarang dalam Islam kecuali Terhadap 3 Golongan Ini, Siapa Mereka. Majelis Ulama Indonesia. https://mirror.mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/akhlaq/47168/dengki-hakikatnya-dilarang-dalam-islam-kecuali-terhadap-3-golongan-ini-siapa-mereka/
Fauziah, D. N. (2020). Hasad dalam perspektif ulama (Tinjauan Islam tentang hasad, penyebab dan penawarnya). Hawari Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, 1, 11-21.
Leahy, R. (2021). Cognitive behavioral therapy for envy. Cognitive Therapy and Research, 45(5), 418–427. https://doi.org/10.1007/s10608-021-10285-1
Behler, A., Wall, C., Bos, A., & Green, J. (2020). To Help or To Harm? Assessing the Impact of Envy on Prosocial and Antisocial Behaviors. Personality and Social Psychology Bulletin, 46, 1156 - 1168. https://doi.org/10.1177/0146167219897660.