Dalam tradisi masyarakat Arab, nasab atau garis keturunan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kedudukan dan kehormatan seseorang. Di tengah-tengah kondisi sosial yang begitu menjunjung tinggi kemurnian silsilah, lahirlah Nabi Muhammad ﷺ dari keluarga yang terkemuka, nasab yang mulia, dan kedudukan yang tinggi. Kemuliaan nasab beliau bukanlah sebuah kebetulan, melainkan bagian dari ketetapan Allah yang telah dipersiapkan untuk mengemban risalah-Nya.
Nabi Terbaik dari Kemuliaan Nasab Quraisy
Rasulullah ﷺ berasal dari suku Quraisy, suku yang paling dihormati di antara bangsa Arab. Lebih khusus lagi, beliau berasal dari keluarga paling mulia dari kabilah Quraisy, yaitu Bani Hasyim.
Kemuliaan nasab ini juga ditegaskan langsung oleh lisan mulia beliau. Diriwayatkan dari Watsilah bin Al-Asy’ats radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ. وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ. وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ. وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ »
"Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak keturunan Isma'il dan memilih Quraisy dari Kinanah dan memilih Hasyim dari suku Quraisy serta memilihku dari Bani Hasyim."
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ berasal dari garis keturunan yang Allah pilih secara berlapis-lapis. Dari keturunan Nabi Isma'il, lalu Kinanah, kemudian Quraisy, dan Bani Hasyim hingga akhirnya lahir Nabi ﷺ. Ini menjadi bukti bahwa silsilah beliau adalah keturunan yang terjaga dan mulia.
Peran Nasab dalam Dakwah Nabi ﷺ di Makkah
Nasab Nabi Muhammad ﷺ begitu diakui kemuliaannya sehingga tidak ada seorang pun, bahkan dari kalangan musuh, yang pernah mencoba mencela atau meragukannya. Mereka mungkin mencela ajaran beliau, menuduhnya sebagai penyihir atau orang gila, namun mereka tidak pernah menemukan celah untuk menyerang kehormatan garis keturunannya.
Oleh sebab itu, kita menyaksikan bagaimana dakwah Nabi ﷺ pada fase Mekkah -yang berlangsung selama 13 tahun, sebelum hijrah ke Madinah- terus mendapatkan perlindungan dari kehormatan keluarga besarnya yaitu: dari Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib.
Dan hal yang paling nampak adalah ketika kaum kafir Quraisy membuat sebuah perjanjian dimana tidak akan menikah dengan Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib, tidak berdagang dengan mereka, dan tidak berinteraksi dengan mereka sampai mereka menyerahkan Muhammad ﷺ kepada Quraisy.
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh al Bukhari dari Abu Hurairah, ia berkata:
«أَنَّ قُرَيْشًا وَكِنَانَةَ، تَحَالَفَتْ عَلَى بَنِي هَاشِمٍ وَبَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَوْ بَنِي الْمُطَّلِبِ: أَنْ لَا يُنَاكِحُوهُمْ وَلَا يُبَايِعُوهُمْ، حَتَّى يُسْلِمُوا إِلَيْهِمُ النَّبِيَّ ﷺ»
"Bahwa suku Quraisy dan Kinanah telah saling berjanji terhadap Bani Hasyim dan Bani 'Abdul Muththalib atau Bani Al Muththalib untuk tidak menikah dengan mereka, tidak berjual beli hingga mereka (Bani 'Abdul Muththalib) menyerahkan Nabi ﷺ kepada mereka (Suku Quraisy dan Kinanah). "
(HR. al-Bukhari, No. 1513)
Penegasan Langsung dari Mimbar Nabi ﷺ
Di samping itu, ketika terdengar sesuatu yang kurang berkenan mengenai nasabnya, Nabi ﷺ naik ke atas mimbar untuk memberikan penegasan mengenai nasabnya kepada seluruh umat.
Diriwayatkan dari Al-Muththalib bin Abu Wada’ah, ia berkata: “Al-‘Abbas datang kepada Rasulullah ﷺ seakan-akan ia mendengar sesuatu. Maka Nabi ﷺ berdiri di atas mimbar lalu bersabda: "Siapakah aku?" Mereka menjawab: "Engkau adalah Rasulullah ﷺ." Beliau bersabda:
«أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ، إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الخَلْقَ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ، فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَخَيْرِهِمْ نَسَبًا«
"Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib, sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, dan menjadikanku berada ditengah-tengah kelompok terbaiknya, kemudian Allah menjadikan kelompok tersebut menjadi dua, dan menjadikanku ditengah-tengah kelompok terbaiknya, kemudian Allah henjadikan mereka beberapa kabilah dan menjadikanku di tengah-tengah kabilah terbaiknya, kemudian menjadikan mereka berumah-rumah dan menjadikanku ditengah-tengah rumah terbaiknya, serta orang yang terbaik nasabnya"
(HR. at-Tirmidzi, No. 3532)
Pernyataan ini tidak lain disampaikan kecuali untuk membungkam keraguan dan mengukuhkan kedudukan beliau sebagai seorang Nabi yang memiliki silsilah keturunan terbaik.
Kemuliaan Nasab Nabi ﷺ yang Sampai Bangsa Arab
Dan menariknya, kemuliaan nasab Nabi ﷺ tidak hanya berhenti pada pribadi beliau, tetapi juga mencakup kabilah dan bangsa tempat beliau dilahirkan. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam sebuah riwayat dalam kitab Dalā’il an-Nubuwwah karya Al-Baihaqi (1/171) dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Dimana ketika Abu Sufyan membuat perumpamaan yang seakan merendahkan Nabi ﷺ – yangmana Ia berkata: ‘Perumpamaan Muhammad di tengah Bani Hasyim itu seperti bunga harum di tengah bau busuk.’ -, maka datanglah Nabi ﷺ dalam keadaan wajahnya tampak marah seraya menjelaskan kembali tentang kemuliaan nasabnya. Beliau bersabda:
«إِنَّ اللهَ، عَزَّ وجل، خلق السموات سَبْعًا، فَاخْتَارَ الْعُلْيَا مِنْهَا فَأَسْكَنَهَا مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ، ثُمَّ خَلَقَ الْخَلْقَ، فَاخْتَارَ مِنَ الْخَلْقِ بَنِي آدَمَ، وَاخْتَارَ مِنْ بَنِي آدَمَ الْعَرَبَ، وَاخْتَارَ مِنَ الْعَرَبِ مُضَرَ، وَاخْتَارَ مِنْ مُضَرَ قُرَيْشًا، وَاخْتَارَ مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاخْتَارَنِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ، فَأَنَا مِنْ خِيَارٍ إِلَى خِيَارٍ، فَمَنْ أَحَبَّ الْعَرَبَ، فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ، وَمَنْ أَبْغَضَ الْعَرَبَ، فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ«
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan tujuh langit, lalu memilih yang tertinggi dan menjadikannya tempat tinggal bagi makhluk-Nya yang Dia kehendaki. Kemudian Allah menciptakan makhluk, lalu memilih dari mereka Bani Adam. Dan dari Bani Adam, Dia memilih bangsa Arab. Dari bangsa Arab, Dia memilih suku Mudhar. Dari Mudhar, Dia memilih Quraisy. Dari Quraisy, Dia memilih Bani Hasyim. Dan dari Bani Hasyim, Dia memilihku. Maka aku adalah pilihan dari pilihan. Maka barang siapa yang mencintai bangsa Arab, maka ia mencintainya karena cintanya kepadaku. Dan siapa yang membenci bangsa Arab, maka ia membencinya karena kebenciannya kepadaku."
Hadis ini menunjukkan bahwa mencintai bangsa Arab sebagai wadah lahirnya risalah merupakan bagian dari kecintaan kepada Nabi ﷺ.
Beliau bahkan pernah berpesan kepada Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu supaya ia tidak membenci bangsa Arab. Nabi ﷺ bersabda:
«يَا سَلْمَانُ لَا تُبْغِضْنِي فَتُفَارِقَ دِينَكَ " قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ أُبْغِضُكَ وَبِكَ هَدَانَا اللهُ؟ قَالَ: " تُبْغِضُ الْعَرَبَ فَتُبْغِضُنِي»
“Wahai Salman! Jangan benci aku sehingga kau akan meninggalkan agamamu." Aku berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku membenci engkau sementara berkat engkau Allah memberi hidayah pada kami." Rasulullah ﷺ bersabda: "Jangan kau benci bangsa arab sehingga kau akan membenciku."
(HR. Ahmad, No. 23731)
Ditulis Oleh:
Ustadz Shalahuddin Al Ayyubi, Lc.