TANDA CINTA DARI ALLAH

Artikel Dosen    12 Jan 2024    3 menit baca
TANDA CINTA DARI ALLAH

Panen gagal. Perniagaan tidak kembali modal. Berbagai bisnis juga mengalami kerugian padahal usaha sudah dimaksimalkan, berbagai kemungkinan juga sudah diperhitungkan. Kabar duka, bencana, tindak pidana dan lain sebagainya selalu menghiasi halaman berita dan media. Sakit, luka, marah, kecewa dan tidak menyenangkan lainnya seringkali mengiringi keseharian manusia.

Adakah yang salah? Meski kebaikan sudah banyak ia tebar. Doa senantiasa ia panjatkan. Ibadah tidak pernah ia tinggalkan. Tawakal pun sudah ia lakukan, namun masih saja terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tidak hanya sekali bahkan berkali-kali ia mengalaminya.

Begitulah bagaimana sebagian orang memandang dan merasakan dirinya di dunia. Meski seringkali dunia tergambar sebagai sosok indah yang mampu menawan hati banyak hamba, namun bagi sebagian orang dunia dianggap sebagai medan berat dan terjal yang terpaksa ia lalui meski terasa perih.

Memang beginilah kenyataannya, hal ini memang sebuah sunnatullah bahwa seseorang akan selalu mendapatkan ujian selama hidup di dunia.

Sahabat Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma, ahli tafsir di kalangan para sahabat, pernah memberikan penjelasan bahwa dunia adalah Medan Cobaan. Dunia merupakan tempat di mana orang-orang mukmin mendapatkan ujian dari Allah Azza wa Jalla

Kalimat tersebut beliau sampaikan tatkala menafsirkan surat al-Baqarah ayat ke-155 yang berbunyi.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ( البقرة : ١٥٥ )

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (Al-Baqarah/2:155)

Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla memberikan dua penegas. Pertama adalah dengan huruf lam yang berfungsi sebagai jawab al-qasam dari penegas ‘Demi Allah…’ dan kedua dengan memakai nun taukid tsaqilah yang berfungsi menguatkan kata kerja dalam kalimat. Artinya ujian adalah sebuah kepastian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Suka maupun tidak suka, rela maupun terpaksa, pasti seseorang akan mendapatkannya. 

Bagi yang sabar dan ridha dengan segala ketentuan-Nya Azza wa Jalla maka Azza wa Jalla pun ridha kepadanya. Bagi yang benci, emosi kemudian marah akan ketentuan-Nya Azza wa Jalla maka murka Allah Azza wa Jalla akan turun kepadanya.

Meski berat rasanya, khususnya bagi yang sedang mengerjakannya, tapi perlu kita pahami dan kita tancapkan dalam relung hati bahwa ujian dan cobaan adalah Tanda Cinta dari Allah Azza wa Jalla

Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah memberitahukan kita perihal ini? 

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ عِنْدَ اللَّهِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ فَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِي فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya besarnya pahala di sisi Allah sesuai dengan besarnya cobaannya, karena apabila Allah cinta terhadap sebuah kaum Allah pasti memberinya cobaan, maka siapa yang ridha dia mendapatkan ridhaNya dan siapa yang murka maka dia mendapatkan kemurkaanNya” (H.R. at-Tirmidzi, Zuhud 7/ 77-78 dan Ibnu Majah no. 4031)

Tidaklah Allah Azza wa Jalla menginginkan kebaikan terhadap seorang hamba melainkan Allah Azza wa Jalla akan memberinya cobaan di dunia dan tidaklah Allah  memberikan sebuah cobaan kecuali karena Allah  cinta pada sang hamba.

Bagi yang semakin kuat imannya, semakin menyeluruh ketaatannya, maka tentu ujian yang Allah Azza wa Jalla berikan kepadanya akan semakin berat. Sebaliknya bagi yang lemah imannya maka ujiannya akan semakin ringan dan mudah dikerjakan.

Ayat ke-155 dalam surat al-Baqarah di atas ditutup dengan perintah “Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar” yang menunjukkan bahwa orang mukmin yang dengan penuh kerelaan, sabar menjalaninya, ia tetap ikhlas menjalankan syariat dan perintah Allah Azza wa Jalla, maka baginya adalah kegembiraan di ujungnya.

Karena itu bersabarlah wahai sahabat mukmin. Hilangkan segala benci dan sakit hati. Bergembiralah atas segala hal yang Allah Azza wa Jalla tentukan dan tetapkan. Apabila semakin berat terasa, semakin lama adanya, maka yakinlah bahwa kemuliaan dan besarnya pahala di sisi Allah Azza wa Jalla akan semakin bertambah. Rahmat dan balasan dari Allah Azza wa Jalla akan semakin deras mengalir kepada kita.

Ingatlah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun memberikan perumpamaan terkait hal ini. Sebuah gaya bertutur kata yang bertujuan agar kita selalu mengingat dan berpikir dengan akal kita.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam mengibaratkan orang mukmin seperti tanaman. Ia senantiasa diterpa angin dari berbagai arah. Ia condong ke kanan dan ke kiri, bergoyang ke berbagai arah. Meski demikian angin tersebut tidak dapat menumbangkannya. 

Seorang mukmin juga demikian. Ia akan senantiasa diterpa ujian dan cobaan. Fisiknya akan diuji dengan berbagai rasa sakit dan perih. Hati dan jiwanya akan diajak merasakan berbagai duka dan derita. Dari yang ringan hingga yang berat, akan senantiasa mengiringi kehidupannya. 

Hal ini menjadikan dosa-dosa yang melekat di tubuhnya rontok berguguran, sedikit demi sedikit, kemudian hilang tidak berbekas. Lantas ia akan menghadap sang Penciptanya dalam keadaan suci dan bersih.

Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla selalu memberikan taufiq, hidayah dan inayah kepada kita. Amin.

lanjut baca