TADABBUR SURAT AL-QADR

30 Mar 2024    2 menit baca
TADABBUR SURAT AL-QADR

Ditulis oleh Ustadz Hamam Zaky, Lc

Ramadhan ini sudah apa belum baca surat al-Qadr? Sudah mentadabburinya?

Kalau belum, yuk kita coba tadabburi dan telaah beberapa ayat-ayatnya!

Ayat dimulai dengan kata penekan Sesungguhnya. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ada di ayat ini ditentang oleh orang-orang. Mereka adalah kaum musyrikin. Lisan mereka menolak namun hati mereka terpaksa mengakui. Pernyataan mereka Allah runtuhkan dengan permulaan surat ini.

Coba kita berhenti sebentar. Kita renungkan dengan kebiasaan kita dalam menimbang perkara. Sudahkah kita meletakkannya di tempat yang semestinya?

Jika ada pesan atau surat yang dikirim kepada kita. Surat itu dari atasan, kiyai, pejabat tinggi, atau dari orang-orang yang kita hormati, lantas bagaimana sikap kita? Kita pasti membacanya dengan seksama. Kata demi kata. Pikiran fokus mentelaah sehingga bahkan jika ada yang mengganggu kadang kita tegur.

Bagaimana dengan Al-Quran? Surat yang dikirim oleh Sang Pencipta kita, Sang Penguasa alam semesta. Sudahkan kita berikan perhatian yang lebih besar dari selainnya?

 

Berikutnya bahwa Allah tidak secara langsung menyebutkan objek yang diturunkannya, melainkan memakai kata ganti nya. Apa hikmah dari hal ini?

Hal ini menunjukkan agungnya Al-Quran dari segala sisi. Seakan apa yang Allah turunkan di malam Qadr sudah diketahui oleh setiap yang hadir pada saat itu. Hati siapapun yang mendengar ayat ini dibaca akan secara langsung tergambar dan terhubung padanya yaitu Al-Quran. Dan begitulah yang terjadi ketika Al-Quran disampaikan di awal kemunculan. Ia menjadi buah bibir di setiap kalangan.

Maka seharusnya kita sebagai muslim pun demikian. Menjadikan Al-Quran terhubung erat dengan hati dan akal pikiran kita. Sehingga berbagai permasalahan yang datang akan selalu memunculkan solusi dengan Al-Quran.

 

Ayat berikutnya adalah pertanyaan akan malam Qadr, sudah tahukah kita?

Ya, para khatib dan ustadz sudah sering menyampaikan dan menjelaskan hal itu.

Pertanyaannya, sampai detik ini sudahkah kita berikan perhatian terhadapnya? Seberapa besar antusias kita terhadapnya? Malam itu tidak terjadi setiap hari. Malam itu terjadi hanya sekali dalam 354 hari. Kesempatan baik belum tentu terjadi berkali-kali. Maka, yuk siapkan perlengkapan berburunya. Susun strategi-strategi memperolehnya. Lihat berbagai perkara yang dahulu pernah menjadi penghambat dalam meraihnya.  Jangan sampai penyesalan datang tanpa adanya usaha. Jangan sampai muncul kalimat, 

يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا ٧٣

Aduhai, sekiranya aku dahulu bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula).” (An-Nisa'/4:73)

Kemudian ayat-ayat berikutnya menjelaskan keagungan malam Qadr. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam turunnya para makhluk yang dicipta dari cahaya di bumi. Malam yang penuh dengan kesejahteraan. Hal ini berlangsung hingga fajar tiba.

Ayat ditutup dengan batas waktu keagungan, kemuliaan, keberkahan dan kebaikan-kebaikan di malam itu berakhir. 

Segala perkara di dunia pasti memiliki batas akhir. Kenikmatan dan kesenangan yang kita rasa pasti ada batas waktunya sebagaimana keburukan dan kesedihan juga pasti ada masa berakhirnya. Mereka yang sedang menikmati kesenangan dunia pasti tidak selamanya. Begitu pula mereka yang sedang menderita dan berjuang menghadapi dunia pasti ada batas akhirnya.

Maka kembali mengingat sunnatullah di dunia ini seharusnya mampu mengajarkan kita akan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kehidupan. Mereka yang selalu cinta dan taat kepada Allah adalah orang-orang yang kelak sambut para malaikat dengan kalimat,

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِۗ  ٢٤  

(Malaikat berkata,) “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu) karena kesabaranmu.” (Itulah) sebaik-baiknya tempat kesudahan (surga). (Ar-Ra'd/13:24)

 

Wallahu Ta’ala A’lam

lanjut baca