“ Tak cukup sekedar sibuk, pertanyaannya adalah apa yang membuat kita sibuk?
Jawabannya adalah kita sibuk oleh gadget dan binasa olehnya. Kemudian hati menjadi lemah untuk beramal shalih. Serumah Tapi Tak Sejiwa. Secara fisik dekat, tapi batin berjarak lebar menganga. Setiap hari bersua, namun interaksi hanya basa-basi semata. Layar gadget menjadi pelarian dari kering dan dinginnya keluarga. Hingga pasangan, anak terjerat kemaksiatan saat kebosanan melanda. Pernah merasakannya?
Inilah yang seharusnya menjadi prinsip dalam kehidupan kita: “Jangan terikat dengan smartphone, tetapi jalani kehidupan yang cerdas. Mari lebih smart dari smartphone”
Gadget ibarat pedang bermata dua, tapi nampaknya sisi pedang yang negatif lebih tajam dan lebih sering terkena bagi mereka yang lalai. Sebenarnya kita tahu dan sadar akan hal ini, tetapi begitu dahsyat godaan gadget membuat kita lupa dan pura-pura lupa bahwa gadget telah MENCURI banyak hal dari kita. Begitu dahsyatnya dan besarnya ujian, yang kita diuji dengan handphone-handphone android dan semisalnya. Padahal dahulu begitu sulitnya orang untuk melihat konten-konten maksiat, karena sulitnya perangkat ini didapatkan. Maka kita hidup di zaman, begitu sekali kita klik akan muncul segala sesuatu dalam handphone android kita, yang tak jarang dapat menghancurkan agama seorang Muslim.
Teknologi modern dan revolusi komunikasi dalam smartphone meninggalkan rekam jejak yang jelas dalam kehidupan masyarakat, terutama hubungan sosial dan ikatan keluarga, dimana smartphone menguasai waktu dan pikiran hingga membuat suami, istri dan anak-anak dalam keadaan hening dan perpecahan keluarga, serta menimbulkan kecemburuan suami ketika yang satu memperhatikan yang lain sedang berkomunikasi dengan orang asing, dan membuat anak-anak hidup dalam keadaan terisolasi saat mereka sibuk menulis atau menerima pesan.
Para peneliti di University of Essex di Inggris mengkonfirmasi dalam sebuah studi baru-baru ini bahwa orang-orang yang terlibat dalam diskusi pribadi ketika smartphone dekat dengan mereka, sekalipun tidak digunakan, menjadikan mereka kurang percaya diri dengan pasangannya, dalam studi tersebut juga menunjukkan bahwa smartphone dapat mengalihkan perhatian dan fokus mereka.
Profesor Jean Deschelles, salah satu peserta dalam penelitian tersebut, mengatakan: Smartphone telah menjadi dampak negatif pada hubungan sosial, bahkan mampu memutuskan ikatan pernikahan, Jejaring sosial dapat mengancam hubungan, karena mencapai kepuasan instan, Smartphone mampu mencapai kesuksesan yang cepat dalam mengakses hal-hal baru, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecanduan.
Statistik menunjukkan bahwa wanita lebih kecanduan smartphone daripada pria, karena persentase wanita yang kecanduan smartphone dan takut kehilangan atau lupa ponsel adalah sekitar 70 persen, dan 36 persen dari mereka cenderung memiliki lebih dari satu ponsel dan persentase kecanduan ini meningkat di antara gadis-gadis yang usianya berkisar antara 18 hingga 25 tahun, dan sebuah penelitian di Inggris mengonfirmasi bahwa 70 persen wanita menganggap smartphone lebih penting daripada suami mereka.
Tidak dipungkiri sih, salah satu nikmat Allah bagi kita di masa-masa ini adalah hadirnya smartphone yang beragam dan berbeda-beda. Berapa banyak transaksi yang diselesaikan dalam sekejap mata saat kita berada di rumah kita. Bahkan, seluruh dunia hari ini berkomunikasi melalui perangkat kecil yang ukurannya tidak melebihi setengah telapak tangan, tapi tidakkah kita merasa, para pembaca yang budiman, bahwa kita membayar “pajak” yang besar karena ketergantungan kita yang meningkat pada smartphone ini? Hidup kita terasa hampa, tanpa perasaan atau komunikasi. Sebaliknya, kita tidak berbicara atau berinteraksi satu sama lain dalam sebuah pertemuan, yang ada justru kita sibuk menulis dengan jari jemari kita di gadget ini, dan kita mudah melihat klip yang dikirim melalui perangkat ini!
Saat kita berada di beberapa majelis, seringkali kita mendapati seseorang duduk sendirian di pojokan dengan khusuknya, dalam kesendirian ia mengeluarkan smartphonenya dan mengirim pesan ke dunia dan tersenyum dan tertawa tanpa sebab, tanpa ada orang yang bersamanya, sedangkan jika mereka hadir di majelis, mereka benar-benar tersibukkan dengan gadget tersebut.
Saat weekend jalan-jalan bersama keluarga, kita pun mendapati kenyataan pahit yang membuat kita mengelus dada, khususnya yang tersibukkan dengan gadget mereka hingga tidak mau ikut nimbrung bersama rombongan, mereka sibuk untuk mulai men-tweet atau posting foto-foto di sosmed mereka, lupa akan pentingnya mi time bersama keluarga untuk menghangatkan kembali keluarga dari kepenatan dan hiruk-pikuk dunia. Bahkan, trend rekreasi bisa jadi berubah, dahulu orang menikmati pemandangan dan spot indah yang bisa melepaskan penat dan jenuh dari rutinitas harian. Sekarang orang berusaha mencari spot untuk bisa foto selfie (spot instagramable), lalu posting dan menikmati gagdet serta komentar-komentarnya, lebih banyak waktu di depan gadget daripada menikmati pemandangan atau menghabiskan waktu untuk rekreasi.
Yang lebih buruk dan paling buruk adalah saat-saat duduk bersama orang tua, istri dan anak-anak juga seperti ini (duduk bersama tapi tersibukkan dengan gadget masing-masing) ! Gadget dalam perkembangannya juga telah menyita waktu dan kehangatan bersama pasangan terutama di saat malam hari, waktu malam hari terutama sebelum tidur adalah waktu-waktu paling pas bagi suami-istri untuk berbincang-bincang hangat, saling curhat, saling berbagi dan saling menceritakan kegiatan sehari-hari setelah seharian suami sibuk di luar rumah sedangkan istri sibuk di dalam rumah. Berbincang-bincang suami-istri sebelum tidur merupakan sunnah berpahala, akan tetapi gadget mencuri waktu tersebut. Menjelang tidur, suami-istri sibuk dengan gadgetnya masing-masing sampai mereka berdua ketiduran, benar-benar mencuri waktu romantis dan kehangatan suami-istri. jika sudah begini siapa yang patut untuk disalahkan. Idealnya jika ingin menghukum atau membatasi ketergantuang anak-anak atau para remaja dari ketergantungan pada gadget, cabut gadget dari tangan-tangan mereka!
Kita tidak menentang teknologi dan perkembangannya, bahkan kita semua menyukai bidang ini dan kita melihat bahwa banyak hal dapat dilakukan melalui perangkat modern, karena mereka menghemat banyak waktu dan tenaga, tetapi kesalahannya adalah kita terikat pada perangkat ini dengan cara yang mengerikan, sehingga hidup kita menjadi hampa, tanpa perasaan atau komunikasi, di sini perlunya kita berhenti dari menginginkan bahwa hidup kita harus serba canggih, jika kita bertanya pada diri sendiri apa yang kita ikuti melalui perangkat pintar, kita akan mendapati bahwa kita membuang banyak waktu untuk mengikuti hal-hal yang tidak ada nilainya dalam banyak kasus, sampai-sampai sebagian dari kita menderita kecemasan dan tekanan psikologis dan gugup, bahkan ada sebagian dari mereka saking terikat pada gadget melebihi keinginan mereka untuk melakukan shalat berjamaah di masjid dan membaca Al-Qur’an! Sebagian ada yang dudu-duduk di mobilnya jika datang ke masjid sebelum iqamah, mereka tidak keluar mobil dan menyibukkan diri dengan ponselnya sampai waktu iqamah, jika iqamah berkumandang mereka buru-buru turun untuk mengejar salat!
Sebelum hadirnya gadget ini, orang dahulu menjalani kehidupan yang sangat cerdas, karena suasananya penuh dengan komunikasi, saling mengunjungi, dan berbagi kekeluargaan dan suka dan duka dengan orang lain, sekarang kita membuang waktu kita dengan perangkat kita, lalu kita mengeluh tentang kurangnya waktu dan banyak kesibukkan! bahkan beberapa dari mereka sibuk dengan perangkatnya sepanjang hari, bahkan saat mereka bangun dari tidurnya, hal pertama yang dia coba pegang adalah telepon untuk melihat apa yang terjadi dan kejadian selama dia tidur. Tidak diragukan lagi bahwa tindakan ini berdampak negatif pada kenyamanan manusia.
Cobalah lepaskan gadget ini sesekali, niscaya akan mengembalikan kehidupan kita dengan segala kemegahan dan keindahannya. Cobalah untuk duduk bersama ayah atau ibu kita selama satu jam penuh atau lebih tanpa memegang ponsel kita niscaya hidup kita akan lebih nyaman dan tidak terasa sempit, bahkan sekalipun kita meletakkan gadget kita di mobil atau kamar kemudian kita lihat ponsel kita, niscaya kita akan mendapati bahwa tidak ada yang ketinggalan entah itu berita atau apapun itu, ini hanya masalah kebiasaan yang biasa kita lakukan, sekiranya seorang ayah dan ibu duduk dengan anak-anaknya dengan cara ini, sekiranya seorang suami dan istri duduk dan perangkatnya jauh dari mereka, maka insya Allah kehidupan akan terasa canggih dan indah.
Gadget terkadang merubah anak jadi durhaka, tak patuh orang tua, bahkan melawan mereka. Gadget yang membuat mereka menjadi robot-robot yang gagal berinteraksi dengan manusia sekitarnya.
Gadget yang membuat mereka menggerogoti harta orang tua untuk beli paket, belanja, bergaya, bahkan berhutang online.
Inilah yang seharusnya menjadi prinsip dalam kehidupan kita: “Jangan terikat dengan smartphone, tetapi jalani kehidupan yang cerdas. Mari lebih smart dari smartphone”.
Ya Rabb..
Peliharalah diri kami, keluarga dan anak-anak kaum muslimin dari bencana Gadget ini. Jadikan kami orang-orang yang bijak dalam menggunakannya ya Rabbal ‘Alamin.
REFERENSI:
Kalimaat Lil Usratil Muslimah, Abdullah Al-Kamali – hafidhahullah –