PIALA TAKWA…SELEBRASI KEMENANGAN ORANG BERIMAN !!

Artikel Dosen    31 Mar 2024    5 menit baca
PIALA TAKWA…SELEBRASI KEMENANGAN ORANG BERIMAN !!

Ditulis oleh Ustadz Djalal Abu Fahd, Lc

Sobat Muslim Baarakallahu feekum

Hari ini kita berada di sepertiga akhir ramadhan, bahkan detik-detik terakhir menuju kepergiannya. Apa perasaanmu ? kesan apa yang kamu berikan pada tamu yang agung ini ? biasa-biasa sajakah atau senang bercampur haru biru. Puaskah dengan pencapaianmu selama Ramadhan ? tentang targetmu, layakkah menyandang sebagai insan muttaqin ? pantaskah berselebrasi, mengangkat setinggi-tungginya PIALA TAKWA ? atau puas jadi penonton yang hanya sekedar ikut-ikutan, bersorak-sorai bak penggemar klub bola.

Nah ngomongin piala nih, ada gak yang masih ingat hingar bingar Piala Dunia 2022 di Qatar kemarin ? Piala Dunia pertama yang berlangsung di negeri sultan Timur Tengah yang hampir sebagian besar wilayahnya di kelilingi padang pasir. Walaupun juaranya negara Argentina, tapi Piala Dunia di Qatar kemarin banyak menyajikan moment-moment dramatis yang membuat jantung berdegup kencang. Banyak suguhan pertandingan yang di luar nalar atau bahasa mudahnya banyak kejutan-kejutan yang hadir. Salah satu best moment yang menyita bola mania dalam hajatan akbar Fifa empat tahunan ini adalah kejutan-kejutan yang disuguhkan Maroko. Tim asal Afrika Utara yang dianggap salah tim paling lemah di penyisihan grup. Tapi siapa tahu justru menjadi kuda hitam yang mampu menjungkalkan tim-tim top dunia sekelas Spanyol dan Portugal

Bahkan ada satu surat kabar yang mengangkat berita kemenangan sensasional Maroko melawan Belgia dengan headlinenya “Unexpected”, di luar ekspektasi. Pasalnya, dalam pertandingan kali ini Belgia sebenarnya diprediksi memiliki peluang kemenangan sebanyak 50 persen, sementara Maroko —Tim Singa Atlas— diprediksi hanya memiliki 21 persen dan peluang berakhir imbang sebanyak 29 persen.

Itulah yang membuat kemenangan Maroko cukup menyita perhatian dan jadi pembahasan hari-hari ini. Skuad yang berasal dari Afrika Utara ini merayakan selebrasi kemenangannya dengan ramai-ramai bersujud syukur. Sesuatu yang biasa namun menjadi luar biasa di tengah gempuran kampanya LGBT yang massif di gaungkan Fifa. Sebuah identitas pengakuan iman kepada sang Khaliq.

Bahkan tak cukup Belgia saja yang menjadi korban Tim Singa Atlas, dua tim dari Andalusia  (masa silam) Spanyol dan Portugal pun merasakan cengkeraman Singa Atlas. Kemenangan yang membuat heboh medsos, sampai-sampai ada yang mengaitkan dengan sejarah peradaban islam silam  saat Maroko membantu mempertahankan Andalusia dari kejatuhan yang lebih cepat. Kemenangan gemilang yang menempatkan Tim Afrika pertama yang menjejakkan kakinya di Semi final Piala Dunia.

Nah, yang tak kalah sensasional juga adalah kemenangan demi kemenangan dramatis yang disuguhkan di panggung Liga Champions musim lalu. Ajang comeback manis yang memaksa lawan mengakui kedigdayaannya sebagai raja Eropa. Comeback Real Madrid di Liga Champions Eropa musim lalu diangaap salah satu pertandingan liga Champions yang paling epic dan menegangkan. Bagaimana tidak ? Tiga kali comeback melawan tim-tim kuat Eropa seperti PSG di  16 besar, Chelsea di Perempat final dan yang paling sensasional adalah kemenganan Real Madrid di semi final melawan Manchester City. Kemengan yang mengantarkan Real madrid mengangkat trofi liga Champions yang ke 14

 

Apa sih pesan yang ingin disampaikan dari flashback kemengan Maroko di piala dunia dan comeback dramatis Real Madrid di Liga Champions ??

Jawabnya jelas: Kita jadi yakin dan sadar bahwa kemenangan berproses dan harus diusahakan dan diperjuangkan. Ada perjuangan dan pengorbanan yang besar untuk menghadirkan kemenangan demi kemenangan yang mengantarkannya pada piala impian.

 

Begitu juga dengan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi. Sudah pantaskah dengan segenap usaha, perjuangan dan pengorbanan selama Ramadhan untuk  meraih piala impian ? mengangkat setinggi-tingginya piala takwa kebanggaan insan beriman, atau kita akan pasrah begitu saja membiarkan orang lain meraihnya. Masih betahkah jadi penonton yang hanya pandai bersorak-sorai tapi tak bisa memiliki.

Kalau masih seperti ini, seharusnya kita sadar diri dan malu untuk berharap sesuatu yang lebih sedangkan ia tahu tak pantas memilikinya. Jika di penghujung Ramadhan saja masih ogah-ogahan untuk berharap akhir yang indah, maka bagaimana dengan sebelas bulan yang akan datang. Apakah ada jaminan akan lebih baik atau malah semakin jatuh tersungkur dalam kubangan dosa dan dosa. Padahal kita tahu  Ramadhan adalah “wadah Candradimukanya” orang beriman, untuk mengecharge baterai iman guna persiapan mengarungi sebelas bulan yang penuh  dengan badai fitnah dan tantangan.

Memang beda kelas bagaimana cara kita dan para Salaf saat memasuki detik-detik akhir bulan Ramadhan. Perbedaan yang jelas bukti kualitas iman. Para salaf saat memasuki akhir-akhir Ramadhan. Mereka menangis harap-harap cemas apakah diterima atau ditolak amalan-amalan mereka selama Ramadhan.

Diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu 'anhu bahwa di malam akhir bulan Ramadhan, beliau berseru:

يا ليت شعري من هذا المقبول فنهنيه ومن هذا المحروم فنعزيه

“Aduhai sekiranya kutahu siapa gerangan yang diterima amalnya sehingga kudapat mengucapkan selamat kepadanya, dan siapa gerangan yang tertolak amalnya sehingga kudapat berbela sungkawa kepadanya.” (Latha’if al-Ma’arif Hal: 210)

 

Pernah juga ada yang berkata kepada Bisyr al-Hafi rahimahullahu (salah satu sahabat dan murid Fudhail bin Iyadh):

أن قومًا يتعبدون في رمضان ويجتهدون في الأعمال، فإذا انسلخ تركوا!

Ada sebuah kaum yang beribadah dan bersungguh-sungguh beramal shalih di bulan Ramadhan, namun saat Ramadhan berlalu, mereka tinggalkan ini semua! (yaitu tidak lagi bersungguh-sungguh dalam beribadah).

 

Maka, Bisyr al-Hafi pun menimpali:

بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان

Mereka adalah seburuk-buruk kaum! Mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan saja! (Miftahul Afkar lit Ta-ahhubi li Daril Qarar II/283)

 

Qatadah pernah berkata:

من لم يُغفر له في رمضان فلن يغفر له فيما سواه

“Barangsiapa yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka (besar kemungkinan) ia takkan diampuni di selain bulan Ramadhan.” (Lathaif al-Ma’arif Hal: 211)

 

Dalam hadits lain :

“Jika tidak diampuni  di bulan ramadhan, maka kapan lagi akan diampuni orang yang tidak diampuni di bulan ini ?

Kapan akan diterima, seorang yg tertolak di malam lailatul qadar ?

Kapan mau jadi baik, seorang yg tidak bisa baik di bulan Ramadhan?

Kapan akan jadi sehat, seorang yg ketika ramadhan saja terjangkiti penyakit bodoh dan lalai?

Segala pohon yg tidak mengeluarkan buah di musim berbuahnya, maka dia sepantasnya ditebang lalu dijadikan kayu bakar.

Barang siapa yg meremehkan di musim tanam, musim semai, maka dia tidak akan panen di hari panen selain penyesalan dan kerugian.” (Lathaaif Al-Maarif 378-379)

 

Jika kita belum mampu menyambut kedatangan dengan baik, maka kita persiapkan perpisahan ini dengan baik.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

العبرة بكمال النهايات لا بنقص البدايات

“Yang menjadi patokan itu adalah akhir yang sempurna, bukan permulaan yang penuh kekurangan.”

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung akhir (penghujung nya).” (HR. Bukhari No: 6607)

 

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

“Perbaikilah hari-hari yang tersisa ini semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu.

Gunakan kesempatan yang tersisa ini karena kamu tidak tahu kapan kamu kan mendapati rahmat Allah, bisa jadi rahmat itu turun di saat akhir bulan Ramadhan ini.”

Setiap tamu pasti akan pergi, maka berikakanlah kesan yang baik pada tamumu, berikanlah jamuan terbaikmu, jangan setengah-setengah. Kelak tamu tersebut akan kembali singgah ke rumah-rumah kaum muslimin. Tapi tidak menjamin akan mampir ke rumahmu.

اللَّـهُـمَّ ﺍﺟْﻌَﻞْ خِيرَةَ آخِرَ أَيامِ رَمَضَانَ ﺟَﺎﺑِﺮَﺓً ﻟِﻠْﻘُﻠُﻮﺏِ ﺳَﺎﺗِﺮَﺓً ﻟِﻠﻌُﻴُﻮﺏِ ﻣَﺎﺣِﻴَﺔً ﻟِﻠﺬُّﻧُﻮﺏِ ﻣَﻔْﺮَﺟَﺔً ﻟِﻠﻜُﺮُﻭﺏِ-   اللَّـهُـمَّ اخْـتِـمْ لَـنَا رَمَـضَانَ بِالْغُـفْـرَانِ وَالْعِـتْـقِ مِنَ النِّـيرَانِ

“Ya Allah, jadikanlah kebaikan akhir hari-hari Ramadhan sebagai pelipur hati, penutup segala aib, penghapus segala dosa dan solusi segala kesulitan.

Ya Allah, tutuplah Ramadhan kami ini dengan ampunan dan terbebas dari siksa neraka.”

 

Wa Allah A’lam Bisshawab

lanjut baca