Ditulis oleh Ustadz Hamam Zaky, Lc
Satu di antara beberapa makhluk yang Allah Azza wa Jalla muliakan adalah lebah. Tidak saja Allah abadikan namanya dalam Al-Quran, bahkan Allah Azza wa Jalla khususkan hewan ini dengan menjadikannya sebagai sebuah nama di antara nama-nama surat dalam Al-Quran yaitu surat an-Nahl. Kata Nahl sendiri adalah satu di antara beberapa nama lebah dalam bahasa Arab.
Ada yang menarik perihal pemilihan nama surat ini dengan nama an-Nahl (lebah). Dari sekian pembahasan di dalamnya, peristiwa-peristiwa yang disebutkannya, pelaku ataupun objek pembahasannya ternyata Allah Azza wa Jalla lebih memilih menamakan surat ini dengan nama hewan ini. Padahal dalam surat tersebut atau bahkan dalam Al-Quran seluruhnya, nama lebah hanya disebutkan sebanyak satu kali.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَۙ (٦٨) (النحل/16: 68)
Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia. (An-Nahl/16:68)
Yuk kita lihat fakta-fakta penting terkait surat yang luar biasa ini!
Dalam Al-Quran, surat an-Nahl menempati urutan surat ke-16 setelah surat al-Hijr. Sedangkan jika melihat urutan turunnya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana dalam riwayat sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu surat ini menempati urutan ke-70 setelah surat al-Kahfi.
Terdiri dari 128 ayat dan termasuk ke dalam surat Makkiyah, yaitu diturunkan tatkala Nabi shallallahu alaihi wa sallam masih berada di Mekah dan belum berhijrah ke Madinah. Surat an-Nahl sendiri berisi tidak kurang dari 17 tema, yang mana pembahasan utamanya adalah perihal bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat-Nya.
Dalam bahasa Arab kata نَحْل secara harfiyah memiliki makna al-Athiyah yaitu pemberian. Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w 170 H) dalam kitabnya al-’Ain menyebutkan makna نَحْل adalah
إعطاؤك إنساناً شيئاً بلا استعاضة
Pemberianmu kepada seseorang tanpa meminta imbalan.
Ada satu kata dalam Al-Quran yang memiliki akar kata yang sama dengan kata ini, yaitu kata نِحْلَة. Kata ini terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat ke-4.
وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ ... ٤ (النساۤء/4: 4)
Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. (An-Nisa'/4:4)
Dalam tafsir Ibnu Katsir (w 774 H) disebutkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menafsirkan kata نِحْلَة dalam ayat ini sebagai mahar. Yaitu pemberian yang harus diberikan suami kepada istrinya tatkala menikahinya.
Sampai di sini, coba kita tadabburi kecocokan nama suratnya dengan pembahasan utama di dalamnya.
Lebah adalah anugerah. Pokok pembahasannya adalah perihal bersyukur. Artinya ada hubungan erat sekali antara lebah sebagai anugerah dan syukur atas anugerah yang Allah berikan kepada kita.
Silahkan bayangkan dan hadirkan segala kebaikan yang bisa kita ambil dari lebah sehingga Al-Quran memotret lebah sebagai anugerah yang memang harus disyukuri!
Dalam perkara makan misalnya. Tidaklah ia hinggap di atas tanaman kecuali ia akan memilih bagian yang paling baik darinya. Dari perutnya keluar makanan yang terbaik. Penyembuh bermacam-macam penyakit.
Perilakunya pun patut kita jadikan contoh. Jika ada yang mengusik rumahnya dan keluarganya, maka dengan cepat ia akan mengambil sikap. Ia keraskan suaranya. Ia tancapkan senjata beracunnya kepada pengusiknya. Meski taruhannya adalah nyawa -karena memang itulah kekuatan satu-satunya yang ia punya- namun memberikan keamanan untuk sarangnya adalah perkara utama dan tanggung jawab bagi semuanya. Ajaibnya racun yang dikeluarkannya ternyata juga memiliki banyak manfaat kesehatan untuk manusia.
Begitulah Allah Azza wa Jalla menciptakan lebah sebagai tanda keagungan-Nya. Begitu banyak kebaikan dan manfaat yang ia tebarkan untuk manusia sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun memisalkan dan mengumpamakan orang-orang mukmin seperti lebah.
عن عبد الله بن عمرو: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِدْ.
“Demi jiwa Muhammad yang ada dalam genggamanNya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti seekor lebah, ia memakan yang baik, mengeluarkan yang baik dan ia hinggap akan tetapi ia tidak mematahkan dan tidak merusak” (H.R Ahmad)
Tidak cukup sampai disitu. Seiring dengan berkembangnya zaman, para peneliti pun semakin dibuat takjub dengan banyaknya ketidakbiasaan dan keunikan yang mereka temukan pada lebah. Mereka pun menguak rahasia-rahasia lebah dari berbagai hal.
Mulai dari kemampuan-kemampuan ajaibnya seperti bagaimana menemukan makanan meski ber kilometer jauhnya, membangun sarang yang tidak hanya indah tapi juga presisi, kemampuannya dalam memimpin dan membagi tugas dan peran masing-masing. Begitu pula dari kebiasaan-kebiasaan baiknya, seperti adanya hukuman dari yang lain jika ada yang berlaku kurang baik.
Banyak sekali anugerah yang bisa kita nikmati dan syukuri dari lebah. Selain dari apa yang ia hasilkan, namun pelajaran dari yang ia ajarkan sangatlah bermanfaat khususnya bagi kita sebagai seorang mukmin.
Maka sungguh benarlah bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang datang dari Tuhan Sang Pencipta Alam dilihat dari berbagai sisinya.
لَّا يَأْتِيْهِ الْبَاطِلُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهٖ ۗتَنْزِيْلٌ مِّنْ حَكِيْمٍ حَمِيْدٍ ٤٢ (فصّلت/41: 42)
Tidak ada kebatilan yang mendatanginya, baik dari depan maupun dari belakang. (Al-Qur’an itu adalah) kitab yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (Fussilat/41:42)
Wallahu Ta’ala A’lam.