KEMENANGAN YANG DIJANJIKAN “RAKYAT GAZA”…

22 Nov 2023    6 menit baca
KEMENANGAN YANG DIJANJIKAN “RAKYAT GAZA”…

Belum pernah kita melihat kerusakan di muka bumi yang lebih buruk dari kerusakan yang dilakukan Zionis Yahudi hari ini. Kerusakan demi kerusakan yang ditimbulkan sebagai akibat dari keangkuhan dan keserakahan orang-orang zalim. Keegoisan dan hawa nafsu yang diperturutkan untuk sebuah mimpi yang tak masuk akal. Kerusakan hari ini seperti sudah terstruktur dan terencana sedemikian rupa untuk klaim mereka sebagai bangsa terhebat, bangsa pilihan Tuhan. Kerusakan yang semakin massif hari ini tidak lain bertujuan untuk membumi hanguskan Cahaya Allah (islam) dari muka bumi untuk selama-lamanya. Sepanjang sejarah, Yahudi tidak pernah menang melawan muslimin jika harus perang secara faca to face. Mereka mencoba dan terus mencoba namun gagal, hingga muncul gagasan untuk melawan muslimin dengan cara lain, perang ideologi. Maka babak baru memerangi kaum muslimin pun dimulai, yaitu dengan strategi ghazwul fikri atau perang pemikiran. Berbagai upaya digunakan untuk mengalihkan umat islam dari agamanya. Kaum barat kemudian membuat langkah-langkah untuk menjauhkan umat islam dari ajarannya. Jika dahulu misi yang mereka bawa dalam perang adalah 3G, yakni Gold, Glory, Gospel. Kini mereka mengusung misi 3F, yaitu Fashion, Food dan Fun dan juga 3S, yaitu Sex, Song dan Sport. Dan seperti itulah, muslimin hari terlena dan terbuai dengan fashion dan permainannya hingga tidak lagi peduli kalau ada saudaranya yang sedang terluka. Tidak ada Ghirah (cemburu) saat saudaranya dizalimi dan puncaknya matilah jihad dalam hatinya.

Namun karena suatu hikmah dari Allah yang tidak kita ketahui, Allah memenuhi bumi ini dengan orang zalim, sehingga ketika mereka melampui batas dan sombong, Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa

Sunnatullah dalam ciptaan-Nya adalah sesuatu yang pasti. Kadang, bahkan seringkali, hikmah luarbiasa bisa kita dapatkan dari hal-hal yang sederhana Ketika kita mau melek sejarah. Kita tahu setiap zaman ada sejarahnya. Setiap zaman ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada zamannya. Dulu ada Ibrahim menghadapi Namrud, lalu di zaman lain ada Musa melawan Fir'aun, lalu datang zaman Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi Abu jahal dan teman-temannya. 

Zionis hari ini dan kemarin telah mendatangkan malapetaka di bumi selama beberapa dekade, dan kelompok terzalimi mempunyai hak untuk menghadapi dan membela dari kerusakan, ketidakadilan, dan penjajahan.

Ini merupakan sunnatullah keseimbangan di bumi. Tidak ada kezaliman yang abadi, sebagaimana tidak ada kemakmuran yang abadi. Kezaliman adalah kegelapan dan tidaklah kezaliman terjadi melainkan orang-orang yang berhati gelap. Kezaliman acapkali melahirkan kesombongan, dan itulah puncak kebinasaan. Kezaliman itu ada batas akhirnya; karena tidak ada kezaliman yang abadi. Kezaliman tetaplah kezaliman sekecil apapun itu dan kelak akan menjadi kegelapan pada hari kiamat. Seorang ustadz pernah menasihati: “Akhir dari semua episode kezaliman dan kesombongan, adalah kehancuran. Allah permalukan siapapun yang zalim dan sombong, dengan sesuatu yang sederhana.”

Sunnatullah di alam semesta mengharuskan manusia untuk saling membela, apapun standar kekuatan kedua belah pihak.

Dan kemenangan itu hanya untuk orang-orang yang beriman,

كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Mujadilah: 21)

Hari ini kita melihat sunnatullah dalam perang di Gaza. Keseimbangan kekuatan di Gaza hampir seimbang. Mujahidin di Gaza telah mengembangkan metode pertempuran untuk menghadapi tentara yang diklaim sebagai tentara paling kuat dengan alat perang paling canggih, meskipun kemampuan mereka terbatas. Apa rahasianya ? Ternyata kekuatan itu ada pada kuantitas dan kualitas.

KUANTITAS: Jumlah tidak diperhitungkan dalam perang, terutama perang ideologi. Mesin (penggerak) kemenangan di dalamnya tidak bergantung pada jumlah pejuang, melainkan pada sejauh mana kesiapan, kontribusi, dan kekuatan kemauan mereka untuk menghadapi musuh.

Tolak ukurnya adalah tentang iman, bukan angka-angka di medan perang. Senjata utama perlawanan di Gaza adalah iman mereka kepada Allah, dan kecintaan mereka terhadap kesucian al-Aqsha dan tanah air mereka.

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS Al-Baqoroh : 249)

Kita melihat muslimin menang di Al-Yamamah dengan 12.000 orang melawan 40.000 orang murtad.

Kita melihat Khalid bin Al-Walid menaklukkan Irak dengan 18.000 orang, menghancurkan benteng Persia dalam 15 pertempuran berturut-turut tanpa kekalahan, dan pasukan Persia terkecil berjumlah 60.000 orang.

Kita melihat muslimin di Al-Qadisiyah didukung oleh 32.000 orang melawan 240.000 orang Persia.

Kita melihat muslimin  di Nahawand menang dengan 30.000 orang melawan 150.000 orang Persia.

Kita melihat muslimin  di Tustur memperoleh kemenangan dengan 30.000 melawan 150.000 orang Persia.  Pertempuran Tustur terjadi sebanyak 80 kali tanpa kekalahan, di mana umat Islam bertemu dengan Persia dan mengalahkan mereka.

Kita melihat muslimin menang di Yarmuk dengan 39.000 orang melawan 200.000 orang Romawi.

Kita melihat muslimin  menang di Wadi... dalam penaklukan Andalusia dengan 12.000 orang melawan 100.000 orang Goth Spanyol.

Kita telah melihat semua ini dan semisalnya ratusan atau bahkan ribuan kali. Artinya jumlah angka tak menjamin kemenangan dalam pertempuran.

KUALITAS: Apa yang dihadapi rakyat kita di Gaza menyebabkan gunung-gunung runtuh, namun mereka bersabar dan mencari pahala, dan inilah hakikat keimanan akan kemenangan Allah, kesabaran dalam menghadapi musibah, terutama di tempat-tempat Ribath. Kehilangan keluarga, orang-orang yang dicintai, dan uang adalah salah satu hal paling memilukan dan menyakitkan yang menimpa jiwa, namun mereka yang mengenal Allah dan hikmah-Nya tidak akan panik menghadapi kengerian cobaan tersebut, meski mata mereka menitikkan air mata dan hati mereka terluka. Mereka sepenuhnya sadar bahwa apa yang menimpa mereka tidak akan luput dari mereka, dan apa yang luput dari mereka tidak akan menimpa mereka. Mereka bersabar dan mencari pahala, dan lisan mereka menyenandungkan: “Kemenangan itu hanyalah butuh kesabaran sesaat.”

إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ

Jika “Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh.” (Al-Anfal: 65)

Gaza hari ini pun sepertinya hendak mengulang Sejarah perjuangan para pendahulu.  Sejarah yang mampu mematahkan bahwa angka-angka adalah kunci kemenangan. Padahal konsistensi keimanan kepada Allah dan totalitas ibadah kuncinya. Konsistensi dan kesabaran para mujahidin yang menjadi nafas panjang perjuangan para pahlawan muslim. Gaza hendak menulis Sejarah emasnya melawan penjajah Zionis laknatullah. Mereka rela mempertahankan tanah air dan buminya para Nabi dari rongrongan Zionis Yahudi. Rakyat Gaza percaya bahwa kemenangan itu diperjuangkan bukan ditunggu, kuncinya sederhana; ikhtiar manusiawi sebagai mukaddimahnya. Kemudian pertolongan Allah akan hadir melengkapi daftar kemenangan. Itulah yang membuat dalam berbagai sejarah umat ini, jumlah yang sedikit tapi serius dalam imannya dan serius dalam manajemennya bisa menang.

Memasuki hari ke-28 perang di Jalur Gaza, pengeboman Israel terus berlanjut di berbagai wilayah Jalur Gaza, sehingga jumlah syuhada (insyaAllah) di Gaza sejak dimulainya agresi Israel menjadi 9.061 syuhada. di sisi lain tentara Zionis mengumumkan pembunuhan 335 perwira dan tentara sejak awal perang.

Dalam pidato audionya, Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam – sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) – mengatakan bahwa perlawanan menghancurkan satu batalion tank dan banyak lagi, serta membunuh dan melukai sejumlah tentara penjajah, dan bahwa jumlah korban tewas “jauh lebih besar daripada yang diumumkan oleh pemimpin musuh.”

Kemenangan itu sudah dekat wahai Gaza.  Tetaplah bertahan dan bersiap siagalah Wahai pewaris keberanian Umat Rasulullah, wahai penjaga bumi para Nabi.

إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ 

“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu merasakan (sakit), sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak merekaharapkan." (An-Nisa': 104).

 


REFERENSI:

https://www.aljazeera.net/news/liveblog/2023/11/1/%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%B1%D8%A8-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%BA%D8%B2%D8%A9-%D9%85%D8%B9%D8%A7%D8%B1%D9%83-%D8%B6%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%A9-%D9%84%D9%84%D9%85%D9%82%D8%A7%D9%88%D9%85%D8%A9-%D9%85%D8%B9

Dr. Raghib as-Sirjani -Hafidhahullah :  سلسلة فلسطين: المحاضرة:(امة لن تموت)‏ الحلقة  80

lanjut baca