Berbeda dengan peribahasa “hemat pangkal kaya” yang sering diajarkan kepada anak-anak kita, Umar bin Khattab justru melakukan kebijakan yang terkesan bertentangan dengan peribahasa ini pada era kekhilafahannya.
Dalam kitab Manaqib Amiril Mu’minin Umar bin Khattab disebutkan bahwa Umar bin Khattab pernah memerintahkan supaya kas baitul mal harus dihabiskan setiap tahun :
ذكر ابن الجوزي: أن عمر كان يأمر بكسح بيت المال مرة في السنة
“Ibnu Jauzi menyampaikan: bahwa Umar memerintahkan untuk menghabiskan harta yang ada di Baitul Maal sekali dalam setahun.”
Namun hal ini tidak berarti Umar tidak memperhatikan nasib kaum muslimin kala itu. Justru sebagaimana yang banyak dikisahkan, beliau sering berkeliling menemui mereka, menyusuri jalan dan mengunjungi pasar untuk mendengarkan keluhan kesah mereka. Bahkan ia sering berkeliling dengan penampilan layaknya rakyat biasa, sehingga banyak orang tak mengenali beliau.
Dan menariknya, daulah islam pada masa beliau mengalami masa kejayaan di bidang ekonomi. Terbukti ketika beliau mencetuskan ide-ide matang sehingga berhasil menguatkan ekonomi Islam.
Termasuk ketika beliau menjadikan Baitul Mal sebagai sebuah lembaga yang turut mengelola pemasukan negara yang diperoleh dari zakat, ‘ushr, khums, sedekah, kharaj, fa’i, jizyah, dan sewa tanah.
Hanya saja, terdapat kalimat beliau yang cukup dimana hal tersebut cukup menunjukkan perhatiaanya terhadap rakyatnya dan bahkan terhadap seekor hewan yang hidup di wilayah yang ia pimpin sebagaimana termaktub dalam kitab Thabaqaat Kubra karya Ibnu Sa’ad:
لَوْ مَاتَ جَمَلٌ ضَيَاعًا عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ لَخَشِيتُ أَنْ يَسْأَلَنِي اللَّهُ عَنْهُ
“Seandainya seekor unta hilang dan mati di tepian sungai Eufrat, saya khawatir Allah akan menanyakan hal itu kepada saya.”