Ada sebuah kalimat yang bisa menjadi penenang di kala musibah menghampiri kita. Kalimat ini mampu menguatkan hati. Bahkan bisa lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta di saat duka dan luka sedang mendatangi kita.
Imam Sa’id bin Jubair (w 95 H), salah seorang murid dari sahabat mulia seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan ummul mukminin Aisyah radiyallahu anhum bahkan berkata bahwa kalimat ini merupakan sebuah pemberian yang hanya Allah Azza wa Jalla berikan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam saja. Sekiranya nabi-nabi lain diberi kalimat ini, maka niscaya Nabi Ya’kub alaihis salam yang saat sedang dilanda duka karena kehilangan putranya tidak akan mengatakan, “Duhai alangkah kasihan Yusuf”.
Kalimat tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah ayat ke-156 :
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ( البقرة/2: 156)
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). (Al-Baqarah/2:156)
Kalimat Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn disebut juga dengan kalimat Istirja’. Allah Azza wa Jalla turunkan kepada umat ini sebagai hadiah dan penghibur bagi umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di kala sedang mendapatkan musibah.
Ungkapan di dalamnya pun penuh dengan nuansa imaniyah. Bahwasanya kita sebagai hamba Allah Azza wa Jalla harus yakin kepada-Nya.
Segala hal yang membuat kita berduka dan terluka di dunia hakikatnya adalah kebaikan dan kemuliaan yang dapat meninggikan derajat kita. Seberat apapun cobaan yang menimpa kita tidak akan sebanding dengan balasan yang telah Allah Azza wa Jalla siapkan untuk hamba-hamba-Nya.
Kesulitan dan rasa sakit yang dialami pun sejatinya adalah bentuk usaha meraih tangga kebahagiaan hakiki. Semua kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Ia adalah Yang Maha adil dan Maha Penyayang.
Lebih lanjut imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan :
فإن قوله { اِنَّا لِلّٰهِ } توحيد واقرار بالعبودية والملك وقوله { وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ } إقرار بالهلك على أنفسنا والبعث من قبورنا، واليقين أن رجوع الأمر كله إليه كما هو له.
“Ungkapan (sesungguhnya kami adalah milik Allah) adalah bentuk mengesakan dan pengakuan bahwa kita adalah hamba dan milik Allah. Ungkapan (dan hanya kepadaNya kami kembali) adalah bentuk pengakuan bahwa kita pasti meninggal dan bangkit dari alam kubur dan yakin bahwa kembalinya segala perkara adalah kepada Allah sebagaimana segalanya adalah milik Allah”.
Bagi seorang hamba yang bersabar di kala cobaan mendatanginya. Ia ikhlas dan tulus menerima segala ketentuan yang ditetapkan untuknya. Ia tetap berbaik sangka kepada Tuhannya. Lantas ia membaca kalimat istirja’ niscaya Allah Azza wa Jalla akan berikan kepadanya pahala. Bahkan Allah Azza wa Jalla akan gantikan musibahnya dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih bernilai dari apa yang telah hilang darinya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ، فَيَقُوْلُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا.
“Tidaklah seorang hamba yang ditimpa sebuah musibah kemudian ia berkata, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn, wakhlufli khoiron minhā”(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali, ya Allah berikanlah pahala dalam musibahku dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya) kecuali pasti Allah berikan pahala di dalam musibahnya dan Allah ganti yang lebih baik darinya”. (H.R. Muslim)
Hadits ini diriwayatkan oleh ummul mukminin, Ummu Salamah radiyallahu anha. Beliau sampaikan kepada kita dan beliau sendiri yang sudah membuktikan hasil dari apa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajarkan.
Tatkala beliau radiyallahu anha mengalami duka karena ditinggal oleh suaminya, Abu Salamah radiyallahu anhu. Kedukaan yang beliau rasakan ini bahkan melebihi kedukaan-kedukaan yang pernah beliau dapatkan sebelumnya.
Maka setelah beliau mengucapkan kalimat tersebut. Allah Azza wa Jalla kemudian memberikan ganti atas musibahnya. Allah Azza wa Jalla karuniakan sosok yang lebih luar biasa untuk mendampingi dirinya. Sosok yang bahkan paling mulia di antara hamba-hamba-Nya. Imam bagi seluruh manusia yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla selalu menjaga kita, menuntun kita kepada kebenaran dan kebaikan, serta memberikan kekuatan atas segala perkara yang Allah Azza wa Jalla tentukan kepada kita. Amin.
Wallahu Ta’ala A’lam