JEJAK SI TUKANG “GEMBOS” PERJUANGAN MUSLIM

17 Nov 2023    7 menit baca
JEJAK SI TUKANG “GEMBOS” PERJUANGAN MUSLIM

“Dulu orang-orang munafik -meskipun sedikit- jumlah mereka di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi penyebab terlambatnya memperoleh kemenangan atas Yahudi, dan hari ini penyebab terlambatnya datang pertolongan sangatlah banyak; apa pasal? Karena orang-orang munafik di zaman ini lebih banyak dari orang Yahudi.” (Syaikh Abdul Aziz at-Thuraifi hafidhaullah).

 

Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan berangkat dan menyeru berinfaq dalam rangka menyiapkan pasukan Islam dalam perang ini, maka orang-orang berupaya menghalangi semangat manusia. Orang-orang munafik berkata kepada mereka, 

“Hendaknya kalian tidak berangkat pada musim panas.” Maka Allah menurunkan wahyu, “Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang), merasa gembira duduk-duduk diam sepeninggal Rasulullah. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka dijalan Allah dan mereka berkata, “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah (Muhammad), “Api neraka Jahanam lebih panas" jika mereka mengetahui. Maka biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat.” (At-Taubah: 81-82)

Ya..Ayat di atas tegas berbicara tentang sekelompok orang dalam perang Tabuk tahun 9 H di bulan Rajab. Salah satu peperangan yang langsung dipimpin oleh Nabi dalam kondisi yang tidak ideal. Bukan hanya cuaca yang sangat panas terik dan minimnya logistic saja yang menjadi kendala kaum muslimin untuk ikut langsung ke medan pertempuran, tetapi ada masalah yang jauh lebih krusial dan urgent. Apa itu? Kasak-kusuk para penggembos perjuangan atau makar kaum munafik. Kaum munafik ibarat duri dalam daging yang tidak segan menusuk saudaranya sendiri dari belakang. Lidah boleh bermanis-manis ria, tapi hati mereka bak lintah yang siap menghisap darah kaum muslimin.

Banyak orang-orang munafik menyodorkan alasan “pengecut” dusta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak ikut dalam peperangan. Setelah berulang kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan uzur kepada mereka, Allah menurunkan ayatnya sebagai terguran kepada nabi agar tidak lagi menerima uzur mereka. Persis hari ini ketika pemimpin dunia, khususnya pemimpin muslim dan Arab kompak diam membisu tidak kunjung melakukan action untuk memberikan bantuan yang pantas kepada rakyat Gaza yang sedang diporak-porandakan oleh zionis israel. Dibombardir dan ada upaya membumi hanguskan dari peta dunia.

“Allah memaafkanmu (Muhammad). Mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhalangan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta?” (At-Taubah: 43)

Rasulullah menerima kabar bahwa sejumlah orang munafik berkumpul di rumah seorang yahudi bernama Suwailim. Mereka menghalang-halangi manusia bertemu Rasulullah. Maka beliau kemudian mengirim sejumlah kaum muslimin untuk membakar rumah Suwailim berikut manusia yang ada di dalamnya.

Peristiwa ini menjadi dalil bahwa kaum muslimin senantiasa mengawasi perkembangan dan memantau kondisi-kondisi orang-orang munafik dan orang-orang yahudi. Petugas intelijen umat Islam selalu waspada mengawasi pergerakan orang-orang yahudi dan orang-orang munafik, perkumpulan dan markas mereka. Bahkan para intelejen umat Islam mampu mendeteksi rahasia-rahasia paling detail dan perkumpulan-perkumpulan serta rapat-rapat mereka untuk mensolidkan konspirasi, memperbarui teknik-teknik menghalangi dan menciptakan alasan-alasan palsu demi meyakinkan manusia bahwa mereka tidak berangkat berperang.

Langkah Rasulullah menyikapi para penyulut fitnah dan sarang fitnah sangat tegas dan tidak ada kompromi. Beliau mengirim beberapa sahabat dan memerintahkan mereka supaya membakar rumah yang dijadikan markas berikut orang-orang munafik yang ada di dalamnya. Ini adalah Metodologi Nabawiyyah, setiap pemimpin umat di setiap zaman dan tempat belajar bagaimana bersikap terhadap para penyulut fitnah dan markas-markas penyebar kesesatan yang dapat menimbulkan mudharat bagi golongan, komunitas dan negara. Karena kebimbangan menindak urusan-urusan seperti ini akan menyebabkan keamanan dan ketentraman senantiasa dalam bahaya atau bahkan akan hancur.

Bahkan sepak terjang orang-orang munafik dalam  perang Tabuk sudah terendus jauh sebelum perang berkecamuk. Jika dulu orang munafik beralasan jauhnya perjalanan yang membuat mereka enggan dan berat keluar ke medan pertempuran. Ada juga yang menimbang soal untung ruginya ikut peperangan. Al-Qur'an dengan gamblang dan tegas membongkar kedok-kedok mereka sebelum keluar ke medan pertempuran dan sebab-sebab mereka mengambil sikap. Bahkan, Allah mengisahkan apa yang akan dikatakan orang-orang munafik setelah pasukan Islam kembali dari Perang Tabuk.

“Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, 'Jikalau kami sanggup niscaya kami berangkat bersamamu.” Mereka membinasakan diri sendiri dan Allah mengetahui bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (At-Taubah : 42)

Ayat ini turun kepada Rasulullah sebelum beliau tiba di Madinah sewaktu kembali dari Perang Tabuk. Makna ayat, orang-orang munafik akan bersumpah demi Allah -padahal sumpah itu bohong dan palsu-, mereka berkata,

“Seandainya kami sanggup -wahai orang-orang beriman berangkat bersama kalian untuk berjihad di Tabuk niscaya kami akan berangkat. Tidak ada yang menghalangi kami berangkat bersama kalian, kecuali kami adalah orang-orang terpaksa, kami mempunyai udzur yang memaksa kami tidak ikut bersama kalian.”

Sedang firman Allah,

“Mereka membinasakan diri sendiri dan Allah mengetahui bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berdusta,” (At-Taubah: 42) Imam Ibnu 'Asyur berkata, “Maksudnya, mereka bersumpah demi kebinasan diri mereka sendiri -artinya sumpah tersebut menempatkan diri mereka dalam kebinasaan. Karena kata Al-Halak artinya Al-Fana wa Al-Maut (kebinasaan dan kematian)- yang dimutlakkan atas mudharat fisik dan makna ini adalah makna yang sesuai di sini."

Artinya, orang-orang munafik telah menjerumuskan diri mereka sendiri dalam mudharat sebab mereka bersumpah dengan dusta, baik mudharat bersifat di dunia maupun adzab di akhirat. Di ayat ini juga terdapat Dilalah yang menunjukkan bahwa sengaja bersumpah palsu akan menimbulkan kebinasaan.

Begitulah jejak munafik si “penggembos” jalan perjuangan muslim sepanjang sejarah. Sejarah juga mencatat jauh sebelum genderang perang Tabuk ditabuh, dalam perang Badar dan Uhud jelas terekam sepak terjang munafikin menggembosi perjuangan muslimin.

Hari ini pun kita dipertontonkan sekelompok munafikin yang menggerogoti perjuangan muslimin. Populasi muslimin yang begitu besar dan dahsyat ternyata bukan jaminan superioritas untuk membela saudaranya yang tertindas. Muslimin hari ini bak buih di lautan yang melimpah, tapi tidak mampu menahan kerasnya batu karang lautan.

Genosida yang dilakukan zionis yahudi israel dengan membombardir jalur Gaza dengan ribuan roketnya, yang membunuh rakyat Gaza dengan sebagian besar korban anak-anak adalah kebrutalan yang melebihi peristiwa Holocaust di era Nazi. Parahnya rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat teraman untuk berlindung justru tak luput dari serangan pengeboman zionis Israel. Jelas ini adalah kejahatan perang yang seharusnya pelakunya dihukum dan diseret ke Mahkamah Internasional untuk diadili dan dihukum seberat-beratnya.

Parahnya negeri-negeri Arab yang seharusnya menjadi garda terdepan melindungi bumi Gaza dari penjajahan Israel, justru hanya bisa diam, duduk manis sembari menonton kegilaan dan genosida Israel terhadap rakyat Gaza. Malahan ada sebagian negeri-negeri Arab yang justru menormalisasi hubungan dengan zionis, mengakui keberadaan Israel dan menjalin hubungan diplomatik. Butuh bukti kejahatan apa lagi agar pemimpin dunia Arab tersadarkan dari nina boboknya? Apa yang ada dalam pikiran negeri-negeri Arab ini ketika jelas terpampang di hadapan mereka kejahatan zionis Israel. Lucunya lagi dalam salah satu konferensi persnya Presiden Mesir As-Sisi mengusulkan agar warga Palestina mengungsi ke Gurun Negev daripada Sinai, agar Israel dapat dengan mudah menghilangkan perlawanan Palestina. Wahai pemimpin dunia Arab, apakah rasa kemanusiaan itu telah mati ataukah telah disandera dengan janji-janji dolar Zionis.

Barat dengan standar ganda dan kemunafikannya jelas membela si paling “dizalimi” zionis Israel yang digawangi langsung presiden Amerika Joe Biden. Presiden Amerika bahkan datang langsung untuk “menyemangati” sohibnya Netanyahu si paling dizalimi. Media barat pun ikut andil dalam kemunafikannya dengan pemberitaan yang memutarbalikkan fakta yang terjadi di jalur Gaza. Ada upaya penggiringan opini bahwa zionis Israel lah yang paling dirugikan. Semua platform media sosial mereka blokir yang bermuatan seputar Gaza dan Israel, agar mereka leluasa untuk menyudutkan perlawanan muslimin Gaza dengan sematan teroris yang berbahaya. Maling teriak maling ini namanya. Tapi itulah sejatinya topeng asli kemunafikan.

Siapapun yang waras akan melihat kemustahilan mengakhiri penjajahan zionis yahudi Israel lewat jalur politik. Berbagai perundingan yang dilakukan oleh negara-negara barat, termasuk PBB, dengan otoritas Palestina dan kaum yahudi penjajah tidak memberikan apa-apa bagi warga Palestina. Malah wilayah Palestina makin dicaplok oleh kaum zionis, sementara dunia mendiamkan hal itu.

Selama kaum munafikin terus-menerus menggerogoti perjuangan ini, maka awan pertolongan itu pun akan sedikit tertahan. Merekalah yang menghalangi turunnya pertolongan dengan tipu daya dan makarnya. Jika di zaman Nabi jelas makar mereka, tapi hari ini dengan diam dan enggannya untuk membantu saudaranya yang terluka atau cenderung acuh tak acuh mengindikasikan ada kemunafikan di dalam hatinya. Haruskah kaum munafikin diperlakukan seperti zaman Nabi pada perang Tabuk? Atau cukupkah hanya dengan kutukan dan celaan penjajahan ini akan berakhir?

Jelas berbagai kutukan dan resolusi PBB, termasuk kecaman dari para pemimpin Islam, tidak juga berpengaruh apapun terhadap zionis yahudi Israel. Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) sejak tahun 2006 sudah mengeluarkan 45 resolusi menentang kaum yahudi. Namun, tidak ada satupun yang digubris.

 


REFERENSI:

Ketika Rasulullah Harus Berperang, Prof. Dr. Muhammad As-Shallabi

Buletin Dakwah Kaffah edisi 314

lanjut baca