JANGAN RESAH !! PERJUANGANMU GAK SIA-SIA KOK !!

Artikel Dosen    05 Dec 2023    6 menit baca
JANGAN RESAH !! PERJUANGANMU GAK SIA-SIA KOK !!

“Setiap kebaikan itu ada nilainya, tidak ada yang sia-sia. Kebaikan apa saja yang kita lakukan akan kembali pada kita dan keluarga kita. Allah tidak memandang besar kecilnya kebaikan yang kita lakukan, asalkan Ikhlas cukuplah Allah yang membalasnya. Jangan lelah untuk selalu bersyukur pada setiap kebaikan yang kita dapatkan. Tidak usah melihat kebahagiaan orang lain jika itu membuat kita merasa sesak, toh setiap kita punya cara untuk mengekpresikan kebahagiaan. Tidak usah bersedih saat kita tak seperti orang lain, toh yang kita miliki ini sudah cukup untuk menyibukkan kita saat dimintai pertanggung jawabannya kelak.” (Aboe Farha)

 

Pernah melakukan kebaikan untuk orang lain, membela agama segenap jiwa dan raga, menolong saudara yang tertindas, tapi yang ada justru di julidin,  dinyinyirin, seakan kebaikan itu seperti tidak ada harganya, disia-siakan atau bahkan tidak dilihat sedikitpun.

Geregetan? mungkin, Kecewa? itu sudah pasti, karena kecewa itu tidak bisa dipungkiri tidak hadir saat perjuangan dan pengorbanan tak dihargai.

Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini. Saat kita melihat di mana-mana orang berbondong-bondong menyuarakan hati nuraninya untuk membela rakyat Gaza tanpa memandang ras suku dan agama. Ribuan bahkan jutaan orang berkumpul bersama menyatukan suaranya “stop genosida di Gaza”. Mereka diantara orang-orang yang tergerak untuk membela rakyat Gaza yang sudah hampir 40 hari mengalami genosida dari bangsa paling rasis dan barbar di dunia siapa lagi kalau bukan Israel. Aneh bin Ajaib, mau ketawa tapi takut dosa, justru kita disuguhkan pemandangan yang dipertontonkan sebagian muslimin di negeri ini yang masih saling gontok-gontokan, meributkan status perjuangan dan perlawanan yang dilakukan rakyat Gaza terhadap agresi Zionis la’natullah ‘alaihim.

Ada benarnya kalimat yang disampaikan oleh Syaikh Hassan Al Husaini, sosok yang banyak menulis dan menyuarakan Palestina dalam medianya...

Beliau menulis, “Betapa parahnya penderitaan rakyat Palestina. Di satu sisi, mereka dibombardir dengan rudal oleh zionis. Di sisi lain, mereka terkena rudal fitnah dari tangan orang munafik. Dan atas semua situasi ini, mereka sabar dan menanggung beban...”

Ya, di tengah musibah berat inipun mereka masih dicecar dengan pertanyaan,  “siapa sih pejuang Palestina? Salah siapa menyerang duluan? Kenapa harus mereka? Tuk apa ikut-ikutan membela Gaza, masalah sendiri masih banyak ? Kenapa kalian tidak pergi dan hijrah saja dari Gaza? Seharusnya begini, seharusnya begitu...”

Cibiran demi cibiran dilontarkan oleh orang yang tak paham akar masalah yang terjadi di Palestina khususnya di Gaza. Bagi seseorang yang mengaku mukmin jelas membela Palestina itu buka sekedar euforia sesaat, tapi bagian dari iman. Karena standar iman terbaik akhir zaman ada di “SYAM”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ اْلإِيْمَانَ حِيْنَ تَقَعُ الْفِتَنُ بِالشَّامِ

“Ketahuilah, sesungguhnya keimanan berada di Syam ketika banyak terjadi fitnah.” (HR. Ahmad)

 

إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشّامِ فَلا خَيْرَ فِيكُمْ، وَلا يَزَالُ أناسٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لا يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتّى تَقُومَ السّاعَةُ 

“Jika penduduk Syam rusak agamanya, maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh oleh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)

Nah jelas kan ?! Harusnya kita malu kalau memang masih punya rasa malu ! Malu pada mereka di Barat yang tegas lugas membela Palestina tanpa banyak basa-basi. Kita malu, pada negara-negara Amerika Latin yang lebih tegas memutus hubungan dengan Israel dan mengutuk genosida. 

Harusnya kita malu pada Mbak Menteri Sosialnya Spanyol Ione Pellara yang mengatakan: “Kami tidak akan diam dalam menghadapi genosida. Kami lebih dari 60 anggota parlemen dari Eropa dan Amerika Latin yang menggugat Setanyahu dan kepemimpinannya di Pengadilan Kriminal Internasional. Barbarisme ini harus diakhiri. Kami harus bertindak!”

Tapi kita gak usah heran juga, toh di setiap zaman akan datang orang-orang bermuka dua yang ikut-ikutan memancing di air keruh.

 

LOS SAJA… JANGAN BUATMU BERKECIL HATI

Selentingan-selentingan yang berseliweran di beranda medsos janganlah membuat kita berkecil hati untuk tetap berkarya dan menyuarakan yang haq. Ocehan murahan biarkan berlalu saja jangan diambil hati. Semua nyinyiran anggap saja proses untuk membuat kita semakin kuat dan tangguh menghadapi realita yang terkadang tak sesuai kenyataan. Agar tak mudah jumawa dan merasa besar. Agar lebih sabar lagi pada proses bukan hasil. Bukankah kita sering mendengar ungkapan “sedikit-sedikit, nanti jadi bukit”. Hal-hal besar tidak selalu lahir dari pekerjaan besar. Hal besar juga bisa lahir dari hal-hal kecil atau terlihat sepele, tapi lambat-laun menjadi besar. Yah begitu lah.., memang, kita sering hanya melihat segala sesuatu dari “hasil”, tapi kita melupakan bahwa yang besar bisa saja lahir dari “proses” penumpukan yang kecil-kecil atau dianggap sepele atau dianggap tetik bengik. Tumpukan pasir yang dulunya hanya butir-butir kecil bisa menjadi gunung pasir, atau bahkan padang pasir luas.

Hal itu juga berlaku dalam kehidupan kita bahkan dalam dunia pekerjaan. Kita sering menyepelekan hal-hal kecil, padahal hal yang kecil itu bernilai, bahkan jika berakumulasi, hal-hal itu menjadi besar. Sadarkah kita bahwa segelas air putih akan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan minuman mewah lain, tapi air putih bisa jadi sangat berarti bagi seseorang yang sangat kehausan di tengah terik matahari.

Berkarya dan berkontribusi tak harus menunggu penilaian orang lain. Meski tabiatnya memang menilai orang lain itu lebih mudah daripada menilai diri sendiri. Segala hal dinilai, baik secara fisik, penampilan, karakter, sikap, dan lain sebagainya. Bahkan dengan orang yang baru saja ketemu, sudah berani menilai orang tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang cenderung untuk menilai orang lain hanya melihat sisi negatifnya, bukan dari positifnya. Kondisi ini menjadi hal yang dianggap biasa dan lumrah terjadi di masyarakat. Padahal semua membuat hati kita tidak tenang. Jadi suka menggosip, iri sana sini bahkan apapun selalu dinilai buruk.

Jangan pernah risih, risau dan resah saat kebaikan tidak dihargai. Jangan dongkol, geregetan saat jerih payah bersimbah keringat “diambil” orang lain  tak ada angin tak ada hujan, karena semua itu hanya akan membelenggu kita dalam rasa penyesalan dan kekecewaan panjang.  Sebuah penyesalan yang bisa jadi akan menghapus kebaikan yang telah dilakukan dan menjadikannya hanya sebuah fatamorgana.

Berbuat baiklah dengan terus mengharap kebaikan Allah Ta’ala, agar sampai kapanpun kita selalu bersemangat mengharap kebaikan-Nya semata, meski nyatanya orang lain kadang melupakannya begitu saja.

Jangan pernah mencari penilaian manusia ketika melakukan kebaikan, karena manusia tidak akan bisa menilai kita dengan sempurna seperti sempurnanya penilaian Allah Ta’ala terhadap kita.

Manusia mungkin akan dengan mudahnya melupakan pengorbanan dan perjuangan kita, tapi Allah Ta’ala tidak akan melupakan kebaikan yang kita beri, kesusahan orang lain yang kita atasi, dan perubahan yang kita hadirkan. Semua tidak ada yang sia-sia di sisi Allah Ta’ala.

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al An’am: 160)

Dalam hal ini ada ungkapan yang menarik, agar tak mudah tertipu atas penilaian orang lain,

لَا تَحْسَدُوا النَّاسَ عَلَى نَصِيبِهِمْ مِنَ الفَرَحِ، لِمُجَرَّدِ أَنَّ نَصِيبَهُمْ مِنَ الحُزْنِ لَمْ يُرَ

“Jangan iri terhadap kebahagiaan yang dirasakan orang lain, hanya karena sisi kesedihan mereka tak terlihat.”

Yang nampak indah belum tentu jauh dari masalah. Yang baik-baik saja bukan menjadi  ukuran siapa paling bahagia. Yupzz...Nikmati saja peran kita, biarkan Allah Ta’ala yang menilai kita, tidak perlu penilaian orang lain.

Tetaplah istiqomah berkarya karena Allah Ta’ala, tidak peduli penilaian orang lain terhadap kita. Jika kita bersabar di jalan Allah Ta’ala walau banyak yang tidak suka atau bahkan ada yang menjauhi. Ketahuilah justru itu bentuk kasih sayang Allah Ta’ala terhadap kita dan Allah Ta’ala memfilter dan mengumpulkan kita dengan orang orang yang dapat membuat diri kita lebih taat kepada Allah Ta’ala. InsyaAllah jika niat kita mencari ridha Allah Ta’ala pandangan manusia bukanlah menjadi hal besar, karena penilaian tertinggi hanyalah milik Allah Ta’ala.

Wa Allahu A’lam Bishawab…

 

 


SUMBER:

Diolah dari berbagai sumber dengan beberapa penyesuaian, Jazahumullah khoiron.

lanjut baca