HARI RAYA ‘IDUL ADHA 1445 H: ANTARA KURBAN DAN PENGORBANAN

Artikel Dosen    16 Jun 2024    5 menit baca
HARI RAYA ‘IDUL ADHA 1445 H: ANTARA KURBAN DAN PENGORBANAN

Ditulis oleh Ustadz Djalal Abu Fahd, Lc.

 

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa ilaaha illallahu wallahu Akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.”

 

Tak terasa beberapa hari ke depan insyaallah kita memasuki tanggal sepuluh dzulhijjah. Hari Istimewa, hari rayanya kaum muslimin. Pekik takbir berkumandang membahana bersahutan dari gang-gang, masjid dan mushola menyusuri relung-relung hati kaum muslimin. Tak elak kebahagiaan terpancar setiap kali hari raya tiba.

Tidak salah menampakkan bahagia di hari raya, bahkan itu merupakan sunnah yang harus disyi’arkan bahwa setiap muslim berhak bahagia apapun kondisinya.

Hari raya ‘idul adha atau hari raya kurban merupakan hari yang agung dan Istimewa bagi muslimin. Jika festival-festival dan perayaan diselenggarakan oleh manusia, maka hari raya ‘idul adha datangnya dari Allah. Inilah yang membuat semakin istimewanya hari rayanya orang islam.

Di hadits riwayat an-Nasa'i dan Ahmad, Anas ibn Malik menuturkan, 

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ : قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 17)

Sebagaimana hari raya disebut dengan al-'aid kata ulama sebab ia selalu kembali setiap tahun dengan membawa kebahagiaan baru. Dan juga dinamakan demikian karena bagi orang Arab, al ‘id adalah istilah untuk menyebut waktu saat kebahagiaan atau kesedihan datang lagi.

Karena idul adha merupakan momentum tahunan, maka kedatangannya pun harus disambut dengan bahagia. Jangan ada kesedihan di hari raya. Seharusnya jangan lagi ada duka di hari raya karena semua berhak bahagia di hari raya. Allah telah merahmati kita untuk merayakan ‘idul adha ini dengan makan daging hasil sembelihan kurban. Bahkan dari hari nahr sampai hari tasyrik (10-13 dzulhijjah) tidak diperkenankan bagi hamba Nya untuk berpuasa. Tapi faktanya, hari raya idul adha tahun ini bertepatan dengan kekejaman genosida yang dilakukan zionis la’natullah terhadap rakyat Gaza dan sekitarnya. Kekejaman yang mereka dilakukan di bulan Haram, bulan yang terlarang untuk berperang, menyakiti dan menzalimi orang-orang lemah. Mereka tahu tapi acuh tak peduli dengan aturan. Entah sudah berapa nyawa yang syahid insyaallah selama hampir sembilan bulan perang berlangsung. Entah berapa ribu anak-anak Gaza kehilangan orangtuanya, kehilangan rumah dan masa kanak-akanknya. Bahkan kota Rafah yang menjadi benteng terakhir rakyat Gaza tak luput dari serangan zionis.

Mungkin sebagian rakyat Gaza tahun tidak bisa berkurban dengan kurban terbaiknya layaknya tahun-tahun lalu, tidak bisa segembira merayakan hari raya idul adha seperti tahun-tahun lalu, tapi mereka telah mengajarkan kepada muslimin dan dunia hari ini apa itu  sebuah pengorbanan. Pengorbanan yang tak bisa dinilai dengan apapun. Pengorbanan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang berhati mulia (Gazzah ‘Izzah).

Jika kita flashback ke belakang syariat kurban ini pun ternyata tak  lepas dari proses pengorbanan yang besar. Pengorbanan dari keluarga mulia Ibrahim alaihis salam. Dengan pengorbanannya Hajar radhiallahu 'anha tidak ragu-ragu untuk menetap sendirian - dengan bayi lemah di pangkuannya - di padang pasir yang sunyi, tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tetapi dia yakin pada Dzat Yang Memiliki Hari ini dan Esok. Hal yang membuat hajar semakin yakin bahwa suaminya tidak sembarangan meninggalkan mereka di tanah tandus dan kering “Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Nabi Ibrahim menjawab, “Benar.” Hajar menimpali, “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Dengan pengorbanan yang berbalut dengan kesalehan, Ismail alaihis salam rela menyerahkan lehernya kepada ayahnya, tidak ragu-ragu meski sejenak meski dia dekat akan kematian, sedangkan pisau ayahnya mendekatinya, yang meremuk redam perasaan kebapakannya, dan mengorbankannya dalam ketaatan pada perintah Allah.

Dengan pengorbanan itulah syariat kurban dan ibadah haji menjadi amalan yang senantiasa diamalkan hingga hari kiamat.

Dan hari ini Gaza mengingatkan kita kembali untuk belajar lagi arti sebuah pengorbanan tanpa pamrih. Pengorbanan yang dibarengi dengan iman yang kokoh meski harus kehilangan. Sepanjang sejarah berdirinya negara Palestina dari awal hinnga kini tak luput dari pengorbanan para mujahidin dan muslimin Palestina. Gaza hari ini dengan gagah berani berkorban dan mengorbankan darah dan hartanya untuk kemuliaan Arab dan muslimin, disaat Arab diam seribu bahasa tak kunjung memberikan respon yang dibutuhkan rakyat Gaza. Jika Gaza dikalahkan, umat ini akan hidup dalam kehinaan dan kehinaan selama berpuluh-puluh tahun. Jika Gaza dan Palestina menang, dan ini merupakan janji abadi Allah kepada orang-orang beriman setelah kesabaran, pengorbanan, ketabahan, dan keyakinan, maka ini adalah awal dari kehancuran, pembebasan bangsa ini dari cengkraman para penindas.

حَتَّىٰ إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ  وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.” (Yusuf:110)

Kita pun yakin dengan apa yang terjadi terhadap rakyat Gaza bahwa umur kezaliman hanya sebentar, dan keadilan Allah itu; selalu tegak bahkan setelah kiamat!

Fir'aun yang tengah angkuh-angkuhnya, Mati dengan tentara Allah bernama air...

Jalut yang sedang kuat-kuatnya, Roboh karena kesatria belia bernama Daud...

Abrahah yang angkuh menyerang Ka'bah, Tewas mengenaskan dengan hamba Allah bernama Ababil dan kerikilnya...

Dan, yang paling mengharukan, daya tahan mereka, kesabaran mereka menginspirasi dunia untuk belajar Islam. Bahkan Barat pun tak sungkan untuk mengakui kekokohan dan kesabaran rakyat Gaza.

Kita adalah saksi hidup dari sebuah mukadimah kemenangan yang besar di masa depan. Alih-alih pesimis, kini kita dicontohkan tentang rasa percaya diri yang besar. Oleh siapa? Oleh pejuang di garis depan di bumi ribath. Generasi baru akan hadir, yang tak akan abai seperti pendahulunya.

Ya Allah, ampunilah kami yang tak bisa berbuat apa-apa. Berilah kemenangan untuk saudara-saudari kami di Palestina. Kembalikanlah kebahagiaan mereka yang dirampas oleh zionis la’natullah, sesungguhnya mereka berhak bahagia.  

 

SELAMAT HARI RAYA ‘IDUL ADHA 1445 H

 

Taqabbalallahu minna wa minkum.

 

Semoga segala upaya kita dalam beribadah dan mengorbankan hewan qurban, diterima Allah dengan penuh keridhaan dan keberkahan.

 

 


REFERENSI:

  • Syarah Hadits Seputar Hari Raya dari kitab Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Al-Ustadz Hari Ahadi
  • Islamweb.net
  • Faidah Khutbah Jumat Masjid Babul Jannah 14/62024
  • GenSaladin

lanjut baca