Apa jawaban yang tertutur, saat seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan “Apa cita-citamu saat besar kelak?”. Maka jawaban yang sering kita dengar adalah “Ingin menjadi dokter”, “tentara”, “polisi”, “pilot”, “astronot”. Jarang sekali terdengar jawaban “Aku ingin menjadi guru”. Apa sebab? Karena di mata manusia, profesi guru adalah profesi yang tak istimewa, tak perlu memiliki keterampilan khusus untuk bisa melakukannya. Guru adalah profesi yang miskin ketenaran, lagi tak menjanjikan dari segi penghasilan.
Dapat kita saksikan dewasa ini, banyak guru yang menjalankan profesinya hanya karena terpaksa keadaan; tertuntut pemenuhan kebutuhan finansial. Bahkan profesi guru hanya menjadi pelarian, saat cita-cita semasa kecilnya tak tergapai. “Daripada nganggur”, mungkin begitu batinnya terucap. Lalu, apa dampaknya? Mereka hanya menjalankan amanah ala kadarnya. Tak mampu mendidik bahkan memperbaiki diri murid-muridnya. Sebab menurut Syaikh ‘Ali at-Thanthawi, hanya yang disampaikan dari hati sajalah yang akan jua sampai ke hati.
Padahal, menjadi guru adalah profesi terbaik dalam pandangan Allah Subhaanahu Wata’ala. Allah ﷻ berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا ﴾ ﴿
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh?”
(QS. Fusshilat : 34)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di dalam tafsirnya mengatakan, ayat ini merupakan suatu bentuk pertanyaan yang bermakna menafikan sesuatu yang sudah pasti tidak ada. Artinya, tidak seorangpun yang lebih baik perkataannya, ucapan, jalan hidup dan kondisinya daripada orang yang menyeru kepada Allah. Dan menyeru kepada Allah, bukan hanya bisa dilakukan oleh seorang guru agama. Namun oleh semua guru apapun itu disiplin ilmunya. Sebab hakikatnya, segala ilmu merupakan milik Allah ﷻ. Oleh karena itu, seorang guru haruslah berupaya mengajarkan setiap disiplin ilmunya semata-mata agar mereka semakin dekat dengan Allah dan hanya beribadah kepada-Nya dengan berbagai bentuk ibadah.
Betapa mulianya profesi seorang guru pun tercermin dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat Mu’adz bin Jabal diutus Rasulullah ﷺ pergi ke Yaman, baginda Nabi berpesan:
لِأَنْ يَهْدِىَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
"Sungguh Allah memberi petunjuk kepada seseorang karena kamu, adalah lebih baik dari pada dunia dan apa yang ada padanya”
Lantas pertanyaannya, menjadi guru apakah yang paling baik?
Mari kita simak penjelasan Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin. Beliau mendeskripsikan tiga indikator untuk menentukan profesi yang paling utama. Yaitu dapat ditinjau dari 3 aspek, diantaranya:
- الغريزة (Naluri)
Dapat kita ambil contoh, secara naluri kita ketahui bahwasannya ilmu hikmah yang termasuk ilmu-ilmu ‘aqliyah (bersifat akal) itu lebih utama daripada ilmu bahasa. Sebab ilmu hikmah diketahui dengan akal, sedangkan ilmu bahasa diketahui dengan pendengaran. Sementara kita tahu bahwa akal lebih mulia daripada pendengaran.
- عموم النفع (Manfaat Umum)
Dari aspek manfaat, dapat dilihat manakah yang manfaatnya lebih besar dan lebih dibutuhkan masyarakat. Seumpama dalam bidang pertanian lebih utama dan lebih dibutuhkan daripada dalam bidang pertambangan, perhiasan, dan lain-lain. Maka manusia lebih membutuhkan sesuatu yang bersifat primer dibandingkan sekunder apalagi tersier.
- المحل (Tempat)
Tempat pekerjaan dapat menjadi tolak ukur keutamaan sebuah profesi. Seumpama kelebihan tukang emas daripada penyamak kulit. Sebab yang pertama tempatnya berhubungan dengan emas dan yang kedua tempatnya berhubungan dengan kulit bangkai.
Maka dari ketiga aspek tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa pengajar dalam ilmu agama (فقه طريق الأخرة /mengetahui jalan akhirat) merupakan profesi terbaik dalam segala aspek.
- Secara naluri, ilmu agama merupakan ilmu yang berorientasi akhirat. Bertujuan untuk mengerti dan memahami jalan akhirat, yang dapat diketahui dengan kesempurnaan akal dan kecerdasan. Akal adalah salah satu anggota badan yang mulia dari tubuh manusia. Karena dengan akal inilah manusia menerima amanah Allah ﷻ.
- Adapun tentang umum kegunaannya, maka tak diragukan lagi. Karena kegunaan dan tujuannya ialah kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Adapun kemuliaan tempat, maka bagaimana tersembunyi?
Guru agama (فقه طريق الأخرة /mengetahui jalan akhirat) itu berurusan dengan hati dan jiwa manusia. Yang mana manusia merupakan makhluk termulia di muka bumi, dan bagian termulia dari tubuh manusia ialah hatinya.
Nah! Guru yang memberikan pemahaman ilmu akhirat itu bekerja menyempurnakan, membersihkan, mensucikan dan membawakan hati itu mendekati Allah 'Azza wa Jalla.
Mengajarkan ilmu dari satu sisi adalah ibadah kepada Allah ﷻ. Dari sisi yang lain adalah menjadi khalifah Allah ﷻ. Dan itu adalah yang termulia; menjadi khalifah Allah ﷻ. Maka manakah derajat yang lebih mulia dari menjadi perantara, antara Tuhan dan makhluk-Nya untuk bertaqarrub kepada-Nya? Dan membawa mereka ke Jannatil Ma’wa?
Maka, wahai para pengajar, pendidik, pendakwah dimanapun Anda berada.
Berbahagialah! Profesimu adalah profesi paling agung di muka bumi.
BarakAllahu Fikum Jami’an..