“…Kalian memasuki Palestina dengan Deklarasi Balfour..
Dan kalian akan keluar dari Palestina , dengan janji Allah…”
Selama 47 hari, dunia menyaksikan pertunjukan teatrikal lucu yang dibawakan oleh tiga penjahat perang besar berseragam hitam layaknya pemain akrobat sirkus dan berlomba-lomba menciptakan kebohongan: Netanyahu, Gallant, dan Gantz. Pertunjukan mereka penuh dengan kontradiksi, penipuan, kebohongan, ancaman terhadap Hamas dan para pemimpinnya, dan pujian untuk tentara Israel yang berbaris di peti mati di pemakaman militer sambil menunggu upacara penguburan, Gallant menekankan bahwa Hamas sedang memerangi kematian dan Sinwar akan berada dalam cengkeramannya beberapa jam kemudian. Adapun Netanyahu, dia bernyanyi tentang persatuan selama pertunjukan teater sambil mengutuk rekan-rekannya setelah pertunjukan berakhir, dan setiap hari dia berbicara tentang masa depan Gaza setelah Hamas, sementara rudal Hamas bergemuruh Setiap hari di Tel Aviv dan sebagian besar kota di Israel, pertunjukan teatrikal berakhir dengan kekalahan telak dan kondisi memalukan yang diberlakukan Hamas kepada mereka. Ini adalah awal dari pertempuran internal di Israel, pertempuran yang akan membawanya ke akhir yang tak terelakkan, dan kutukan dekade ke-8 membayanginya. sedangkan orang-orang mukmin bersukacita atas pertolongan Allah. Tanggal 7 Oktober bukan hanya awal pembebasan Palestina, tapi awal pembebasan seluruh dunia dari hegemoni gerakan Zionis dan lobi-lobinya, sebuah perjuangan yang panjang, namun sudah dimulai
Merekalah rezim-rezim yang menggadaikan masa depannya bersama Israel hidup dalam suasana kehinaan, kekalahan, dan kehancuran. Mereka tidak pandai membaca kenyataan dan mengantisipasi masa depan, sehingga Allah sengaja menyesatkan mereka. Mereka mengaitkan nasibnya dengan Israel, padahal Israel mereka sendiri berbicara tentang kutukan dekade kedelapan dan telah menderita selama lima tahun akibat pertikaian internal, konflik, dan ketidakstabilan, dan kini menerima kekalahan militer dan politik, sejarah dan ekonomi, dan apa yang terjadi pada Israel akan terjadi pada mereka.
فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr: 2)
Tentang pecah “Kongsi” atau perpecahan internal memang sudah lama terendus saat banyaknya gambar-gambar kekejaman dan kebengisan Zionis atas rakyat Gaza dipublikasikan dunia. Banyaknya tekanan dari dunia internasional, serta protes keras dari rakyatnya sendiri menambah runyam masalah internal mereka, yang membuat Netanyahu mulai pikir-pikir untuk mengambil langkah strategis agar tak kehilangan dukungan public dan dunia internasional. Tapi sialnya, kesombongannya telah membungkam akal sehatnya untuk mengakui kekalahannya. Puncaknya mau tidak mau Netanyahu dan teman-temannya “terpaksa” mengambil opsi gencatan senjata tanpa syarat. Opsi pahit yang tak pernah terbayangkan dalam benak Netanyahu.
The Wall Street Journal sebagaimana yang dilansir dari Aljazeera.net melaporkan ketegangan antara Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, karena ketidaksepakatan mereka mengenai jalannya agresi di Gaza, yang sejauh ini telah menyebabkan kematian 13.000 lebih warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Surat kabar Amerika itu mengatakan, “Pembicaraan Biden dan Netanyahu menjadi lebih tegang karena Netanyahu terus menolak gencatan senjata yang lebih lama” di Gaza.
Surat kabar tersebut mengutip para pejabat Amerika yang mengatakan bahwa mereka prihatin dengan jumlah korban warga Palestina dan rencana akhir Israel di Gaza.
Menurut para pejabat ini, pemerintahan Biden sedang berjuang untuk membujuk Netanyahu agar mencegah eskalasi ketika gambar-gambar yang datang dari Gaza semakin meningkat.
Menurut sumber surat kabar tersebut, pemerintahan Biden prihatin dengan potensi dampak domestik dari dukungan penuh terhadap Israel.
Sumber tersebut menambahkan, Washington mengungkapkan rasa frustrasinya kepada pemerintah Israel terkait banyaknya kematian warga sipil di Gaza.”
Pada akhirnya Operasi brutal dan pemusnahan sistematis yang dilakukan terhadap rakyat Gaza tidak menunjukkan indikasi tercapainya kemenangan strategis bagi musuh, namun justru sebaliknya. Ini semacam pelarian ke depan. Hanya kompensasi pembalasan atas ketidakmampuan total untuk mencapai tujuan militer, atau bahkan politik, hasilnya:
- Opini publik dunia sedang berubah
- Perlawanan terus berlanjut
- Pemerintahan penjajah hancur-sehancurnya
- Para tahanan masih dalam cengkeraman perlawanan
- Opini publik Israel tidak puas dengan pemerintahnya
- Kerugian militer dan ekonomi pendudukan terus berlanjut.
Adapun pengumuman gencatan senjata ini bukan karena alasan kemanusiaan, seperti yang diklaim oleh beberapa pihak. Pengumuman gencatan senjata tersebut terjadi karena kegagalan militer Israel dalam membebaskan setiap orang yang diculik yang ditahan oleh kelompok perlawanan selama 47 hari pertempuran. kemenangan yang diraih oleh perlawanan untuk rakyat Gaza.
Kegagalan yang hina ini pun diakui langsung oleh Benny Gantz, seorang anggota Dewan Perang Israel, ia mengakui bahwa kekalahan dan kegagalan militer yang dialami tentara penjajahan di Gaza adalah alasan yang memaksa mereka untuk menerima kesepakatan sesuai dengan persyaratan Hamas. Benny Gantz mengatakan: “Operasi militer Israellah yang mendorong tercapainya kesepakatan mengenai para tahanan”
Memang sejak tanggal 7 Oktober, ada sejarah baru yang mulai ditulis oleh para wali-wali Allah di Gaza dengan lakon yang paling menonjol adalah: Masa penguasaan entitas telah berakhir dan akhir sudah sangat dekat. Pemberantasan ketidakadilan telah mendekat secara permanen. Kebusukan dan ketidakadilan global yang disebut rezim berupa sistem diskriminasi rasial terbesar yang dikenal dalam sejarah telah mendekat dengan membuat sekelompok Negara yang jumlahnya tidak melebihi 6 mengendalikan nasib dunia
Sudah waktunya bagi eksklusivitas Amerika untuk diakhiri. Ini bukan sebuah kasus, tapi ini adalah sebuah kenyataan yang Allah sedang terapkan di tangan para wali-Nya di Gaza.
Maka benarlah janji Allah kepada hambanya yang beriman, yang bersabar, yang rela berkorban agar ditegakkanya kalimatullah di muka bumi, meski terkadang harus berdarah-darah.
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۚ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan.” (QS. Ghafir: 77)
Wa Allahu A’lam Bisshawab
REFERENSI:
Aljazeera.net
Tulisan Ahmad Manshur: Pembawa acara, Jaringan Media Al-Jazeera Produser dan presenter untuk Jaringan Al Jazeera - Seorang penulis dengan hasil karya lebih dari 20.