Sudah hampir dua pekan berlalu pembantaian dan genosida Zionis terhadap rakyat Gaza belum juga berakhir. Yang ada justru kekejaman yang menjadi-jadi melebihi peristiwa Holoucaust yang dilakukan Nazi. Dengan membabi buta semuanya dihancurkan, kecaman dan larangan dari dunia internasional diabaikan. Seakan ini adalah hari-hari terakhir Zionis Yahudi. Mereka menyerang Gaza secara brutal dan totalitas yang disokong sohib karibnya Amerika dan antek-anteknya. Zionis Yahudi bak banteng pengecut yang mengamuk di kerumunan masa.
Tak heran Aktor, sutradara dan produser Mel Gibson dalam sebuah tweet mengatakan: “Mereka akan segera pergi, jadi mereka akan menghancurkan segalanya..!! Seluruh dunia akan menemukan kebenarannya.”
Kita tahu orang ini bukanlah seorang muslim, namun ia lebih ksatria dan berani dibandingkan para penguasa muslim yang pengecut tak bernyali. Ya, sampai detik ini banyak negara-negara arab yang “diam” membisu tanpa action untuk menghentikan kegilaan Zionis Yahudi. Mungkin asik menonton dari rumah sembari minum teh.
Di saat para penguasanya hanya ongkang-ongkang tanpa usaha berarti, justru rakyatnya sendiri menampilkan solidaritas heroik tanpa batas untuk rakyat Gaza dan kemerdekaan Palestina. Hari-hari ini kita semua melihat dunia yang cukup berbeda. Warna merah, putih, hitam dan hijau terlihat di banyak spot penting kota-kota besar di penjuru benua. Ternyata, mereka mendukung Palestina, menentang imperialisme Zionis dan bersuara untuk terbebasnya Gaza dan kekangan blokade yang mencekik itu.
Ya, untuk berdiri di sisi Palestina, kita tidak perlu jadi orang Palestina atau Arab. Kita juga tidak perlu harus melihatnya dengan kacamata akidah seorang muslim. Cukup dengan hati nurani dan akal sehat; kita tahu bahwa yang terjadi di sana adalah pembantaian, genosida yang terencana. Dan Zionis dibantu oleh petinggi-petinggi dunia yang tak mendengarkan suara rakyatnya sendiri.
DUKUNGAN UNTUK GAZA
Ada ungkapan yang cukup kontroversial tentang sepakbola dan agama, “jangan mencampur adukan AGAMA dengan SEPAK BOLA !! KARENA SEPAK BOLA UNTUK DINIKMATI ! DAN AGAMA UNTUK DITAATI !!".
Sekilas sah-sah saja ungkapan tersebut, karena memang sepakbola untuk semua, untuk dinikmati siapa saja tanpa memandang ras, suku dan agama tertentu. Sepakbola juga harus bersih dari unsur politik agar tak memonopoli kepentingan kelompok tertentu. Begitu juga dengan apa yang terjadi di Gaza akhir-akhir ini. Mungkin kita bisa saja mengesampingkan adanya campur tangan agama dalam perang di Gaza, tetapi dari kacamata kemanusiaan niscaya itu tidak mungkin. Karena cukup kita menjadi manusia seutuhnya, niscaya kita akan sepakat mengatakan ada rasa kemanusiaan yang dilanggar di Gaza.
Disaat para pemimpin muslim dan dunia Arab gamang, bingung mau ngapaian dengan kebrutalan Zionis Yahudi yang jelas-jelas melangar hukum internasionl, justru dukungan kuat mengalir deras dari belahan bumi untuk rakyat Gaya. Dukungan datang bukan hanya dari organisasi atau Yayasan tertentu, tetapi datang juga dari insan sepak bola. Sepakbola yang Universal adalah salah satu cara untuk menyampaikan dukungan pada rakyat Gaza.
Melihat kebiadaban yang tak henti-hentinya dipertontonkan Zionis Yahudi terhadap rakyat Gaza, banyak insan sepak bola tergerak menyuarakan hati nuraninya untuk menghentikan kekejaman dan kebiadaban Zionis Yahudi yang kelewat batas. Meski ada konsekuensi mahal dari pihak klub.
Siapa yang tak kenal Mohamed Salah pemain Liverpool yang keren abis. Pemain asal Mesir yang dengan kepiawaiannya dalam mengolah bola mampu menyihir public Anfield dengan gelontoran gol-gol khasnya. Pemain yang kini menjadi salah satu top skor ke tujuh Liverpool sepanjang masa menjadi salah satu pemain yang sangat prihatin dengan kekejaman Zionis yahudi terhadap rakyat Gaza, setelah hampir dua pekan sejak tangal 7 oktober kemarin keadaan Gaza tak kunjung membaik yang ada justru sebaliknya. Hal inilah yang memantik Mohamed Salah menyampaikan statementnya mengenai situasi yang terjadi di Gaza, Palestina.
“Selalu tak mudah rasanya, untuk berbicara di situasi seperti ini, sudah terlalu banyak kekerasan dan kebrutalan yang menyayat hati. Eskalasi yang terjadi dalam beberapa pekan ini sudah tidak kuat untuk kita saksikan. Nyawa adalah hal yang suci dan harus dilindungi.”
“Pembantaian yang terjadi harus dihentikan. Sudah banyak keluarga yang terpisah. Yang terpenting saat ini, bantuan kemanusiaan untuk Gaza harus segera dapat izin untuk disalurkan. Kondisi masyarakat di sana sangat memprihatinkan. Pemandangan di rumah sakit kemarin malam, sungguh mengerikan. Masyarakat di Gaza sangat membutuhkan makanan, air, dan pasokan medis.”
“Saya menyerukan kepada para pemimpin di dunia untuk bersatu mencegah berlanjutnya pembantaian terhadap jiwa-jiwa yang tak bersalah. Kemanusiaan harus diutamakan.”
Bahkan kalau kita amati, setelah meletus Thaufan al-Aqsha (badai al-Aqsha) yang ditandai jebolnya system pertahanan Zionis Yahudi, membuat Zionis mau tak mau harus merespon apa yang dilakukan pasukan Hamas. Respon berlebihan yang berujung pada genosida rakyat Gaza. Kebrutalan, kesadisan dan kekejaman zionis Yahudi terhadap rakyat Gaza yang memantik simpati insan sepak bola untuk menyuarakan keprihatinannya.
Jika dicermati highlight-highlight sepak bola minggu ini di liga-liga Eropa banyak kita jumpai banyak para supporter yang memberikan dukungan solidaritas untuk rakyat Gaza yang terzalimi dari Zionis Yahudi. Eropa yang terkenal dengan standar gandanya dalam urusan kaum muslimin
Federasi Jerman contohnya, memberlakukan mengheningkan cipta selama satu menit sebelum pertandingan babak Liga Jerman. Dalam salah satu pertandingan trio Arab terus berdiri usai menit berakhir dan membacakan Al-Fatihah untuk jiwa para syuhada Palestina. Uniknya ketiganya terus bersinar dan menampilkan permainan terbaiknya di pertandingan Hoffenheim vs Eintracht Frankurt. Ketiganya kompak bermain bersama Eintracht Frankurt, (Omar Marmoush (asal Mesir) mencetak gol, Fares Syaibi (asal Aljazair) membantu terciptanya gol kedua, Elias As-Sakhiri (asal Tunisia) mencetak gol). Pertandingan yang berakhir 3-1 untuk kemenangan Eintracht Frankurt.
Orang yang beriman tidak akan ragu dan takut untuk membela saudaranya yang disakiti dan dizalimi, sekalipun dia pemain sepak bola. Ada perasaan yang tercabik-cabik tidak ridha saudaranya terluka dalam kezaliman yang terstruktur dan terencana. Disaat bersamaan ada sebagian klub sepak bola Jerman yang menon aktifkan salah satu pemainnya gara-gara mendoakan rakyat Gaza yang terjajah Zionis Yahudi. Kita pun tahu negara jerman termasuk diantara negara yang sangat mendukung negara teroris Zionis Yahudi.
Tak mau kalah para suporter Tunisian Club Africain sebagaimana yang dilansir dari Aljazirah.net turut serta dalam solidaritas terhadap rakyat Palestina, dengan membentangkan “Tifo” bertuliskan: “أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ” (Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat) saat tim mereka bertanding di Liga Sepak Bola Tunisia. Jelas bagi Tunisia sangat menentang kegilaan yang dilakukan Zionis yahudi pada rakyat Gaza, karena rakyat Tunisa pernah merasakan bagaimana pahitnya dijajah dan diambil “emasnya” oleh Prancis. Maroko pun juga demikian, pernah merasakan penjajahan dan pendudukan oleh Prancis.
Para pemain tim Fenerbahce Turki memilih untuk menyatakan dukungan mereka terhadap Palestina mengingat serangan brutal yang dilakukan pendudukan Israel di Gaza, Yerusalem, dan seluruh wilayah pendudukan. Para anggota tim mengenakan kaus bergambar bendera Palestina di samping bendera Turki, sebelum pertandingan mereka melawan Sivasspor, dan slogan “Bebaskan Palestina” tercetak di atasnya. Di antara pemain yang mengenakan kaos berslogan “Bebaskan Palestina”: Mesut Ozil, yang memiliki sejarah panjang dalam ketegasannya mengenai isu-isu politik dan kemanusiaan.
Anggota klub Liga Premier Chili Deportivo Palestino, yang didirikan oleh imigran Palestina pada tahun 1920, juga mengenakan keffiyeh tradisional sebelum pertandingan pada hari Sabtu sebagai bentuk solidaritas.
Di Qatar, para pemain Al-Arabi dan Al-Sadd mengenakan syal Palestina dan mengibarkan spanduk bertuliskan “Palestina di hati kami” sebelum pertandingan mereka pada hari Minggu.
Yang terakhir bergabung dengan konvoi pembela hak-hak Palestina adalah tim Skotlandia, ketika para penggemar Celtic mengibarkan bendera Palestina di tribun penonton sebelum pertandingan melawan St. Johnstone pada hari Rabu. Pendukung tim yang berbasis di Glasgow secara teratur mendukung perjuangan Palestina, dengan para pemain dan penggemar sering menyanyikan yel-yel yang meriah dan mengibarkan spanduk untuk mendukung perjuangan Palestina dalam menghadapi agresi Israel.
Memang sih masih banyak klub-klub beken Eropa yang masih malu-malu untuk ikut menyuarakan solidaritasnya pada Gaza. Klub-klub bola yang wara-wiri di liga Champion Eropa pun belum terdengar suaranya. Mungkin saja ada sanksi bagi klub-klub yang ikut-ikutan menampakkan solidaritasnya pada Gaza. Jika benar, jelas ada standar ganda ada sentiment pada islam, atau memang rasa kemanusiaan itu sudah lama mati.
Jika rasa kemanusiaan masih ada niscaya setiap orang, kelompok dan golongan akan sepakat mengatakan apa yang dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap rakyat Gaza adalah kejahatan perang, kebrutalan dan kegilaan yang tidak bisa ditolerir. Sepak bola yang Universal seharusnya bisa mewakili suara kemanusiaan agar penjajahan dan blokade terhadap Gaza distop. Jika para pemain bola dunia sudah mulai berani dan lantang menyuarakan keprihatinannya akan kondisi rakyat Gaza, bagaimana dengan kalian para pemimpin muslim dan negeri-negeri Arab ? sampai kapan kalian akan menunggu untuk tergerak membantu dan melindungi Gaza, Palestina dari genosida ? haruskah benar-benar habis tak tersisa baru kalian sadar ? sudahkah kalian lupa bahwa palestina adalah adalah tanah kaum muslimin, atau sudah lupakah kalian dengan perjanjian Umariyah yang secara legal manyatakan bahwa Yahudi tidak memiliki hak sejengkal pun akan tanah Palestina ? diam dan bisunya kalian dengan masalah Palestina kelak akan dimintai pertanggung jawaban, dengan apa kalian akan menyangkal ? haruskah keterpurukan umat ini terus berlanjut wahai para jubanaaaa’ (pengecut) !!!
REFERENSI: