Ditulis oleh Ustadz Matahari Satria, Lc
Imam Syaukani dalam kitabnya Fathul Qadir menjelaskan setidaknya ada dua alasan mengapa bulan puasa disebut Ramadhan jika meninjau dari akar katanya, pertama, karena matahari bersinar lebih Terik di bulan Ramadhan. Hal ini menjadikan kita lebih cepat merasakan haus dan lapar. Kedua, Ramadhan diambil dari kata ramadha-yarmudhu yang berarti membakar. Karena bulan Ramadhan mampu membakar kemaksiatan dosa manusia.
Ramadhan memuat dua keutamaan sekaligus;
- Membakar dosa dan kemaksiatan
Abu Hurairah menyampaikan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
مَن صامَ رَمَضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dilipatgandakan setiap amal yang dilakukan
Allah tidak menyampaikan jumlah kelipatan pahala amal di bulan Ramadhan sebagaimana amal yang lainnya. Hal ini kata Syaikh Utsaimin,
لِعَظمِ الجزاء من الطاعة في رمضان
karena besarnya pahala yang Allah janjikan kepada orang yang beramal di bulan Ramadhan”.
Abdul Malik Kamal Sayid Salim dalam Shahih Fiqih Sunnah mengatakan bahwa Ramadhan disepakati oleh para ulama sebagai madrasah besar bagi setiap orang beriman untuk menempa jiwanya pada bulan Ramadhan. Ramadhan adalah madrasah dan orang beriman adalah murid sekaligus alumni dari Ramadhan yang telah dilalui. Sebagaimana Madrasah besar, tidak semua alumni Ramadhan berhasil mendapatkan derajat taqwa dan diampuni dosa-dosanya.
Alumni Ramadhan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
- Muttaaqin. Hamba yang bertaqwa.
Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183)
Dalam ayat ini Allah menggunakan kata لَعَلَّ yang berarti للتراجي, mengharapkan sesuatu terjadi tetapi tidak jaminan terjadi. Artinya, tidak semua orang menjadi bertaqwa di bulan Ramadhan.
Bagaimana kriteria taqwa secara sederhana? Sebagian salaf mengatakan,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسنَةُ بَعْدَهَاَ، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan keburukan adalah keburukan selanjutnya”. (tafsir Al-Quran Al-Azhim: 583)
Ibnu Rajab Al-Hambali Ketika membicarakan faedah melakukan puasa Syawal mengatakan,
“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi Taufiq untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh Sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya’. Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada keburukan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya”. (Lathaif Al-Ma’arif)
Inilah kriteria ketaqwaan yang terlihat secara sederhana. Maka bila ingin mengetahui hasil Ramadhan, perhatikan di bulan Syawal dan bulan-bulan sesudahnya karena itulah cerminan yang menunjukkan kualitas bulan Ramadhan yang dilalui.
- Orang yang celaka
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Malik bin al-Huwairits ra, beliau berkata,
“Rasulullah Saw naik ke mimbar. Ketika naik ke atas tangga, beliau berkata ‘Aamiin’, lalu beliau naik lagi ke tangga berikutnya dan berkata, ‘Aamiin’, lalu beliau naik lagi ke tangga berikutnya dan berkata ‘Aamiin”, lalu beliau berkata, ‘Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa saja yang mendapati bulan Ramadhan dan dia tidak diampuni, maka Allah akan melaknatnya’. Lalu aku (Rasulullah) berkata, ‘Aamiin’. (HR. Tirmidzi)
Celaka orang yang mendapati Ramadhan tetapi ia tidak diampuni oleh Allah. Betapa banyak orang yang semacam ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw,
ربَّ صائمٍ ليسَ لَه من صيامِه إلَّا الجوعُ والعطش
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga”. (HR. Thabrani)
Berapa banyak orang yang diberi kesempatan berpuasa tetapi yang ia dapatkan hanyalah lapar dan dahaga saja. Berapa banyak orang yang setiap tahun hanya mengulang-ulang kecelakaannya di hadapan Allah karena tidak ada perbaikan kualitas puasa dan amal Ramadhan yang ia kerjakan.
Ternyata, belum tentu orang yang paling banyak bertemu Ramadhan menjamin ia menjadi orang yang bertaqwa. Bisa jadi ia hanya mengulang-ulang untuk memetik kerugian.
- Orang yang paling buruk di bumi
Ada sebuah ungkapan ulama salaf, “seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan saja”.
Allah menyuruh kita untuk menjadi muslim di segala musim bukan dalam satu musim. Banyak orang yang mendadak berubah shalih pada bulan Ramadhan namun keshalihannya berakhir Bersama munculnya hilal bulan Syawal. Ramadhan usai, selesai pula parade ketaatan.