Berbicara tentang sebuah impian, rasanya setiap kita memiliki impian. Baik impian untuk diri pribadi, pasangan, anak, keluarga besar, masyarakat, bangsa maupun generasi. Memupuk impian bukanlah hal yang sulit karena keberadaan kita di dunia akan terasa hampa tanpa impian yang kita ciptakan. Mimpi terlahir karena adanya kegelisahan dalam diri dan kondisi saat ini, baik kondisi internal pribadi maupun kondisi eksternal lingkungan. Impian dapat dihadirkan karena kita tidak mau berhenti pada titik tertentu.
Mimpi yang besar tentunya berlandaskan pada pemahaman yang kokoh atas urgensi dari mimpi tersebut. Semakin banyak apa yang kita impikan, maka seharusnya semakin
banyak pula effort yang kita keluarkan. Merealisasikan mimpi tentunya tidak hanya sehari atau dua hari. Tidak pula hanya setahun atau dua tahun. Butuh waktu yang panjang. Butuh
ketahanan diri yang gigih. Butuh jiwa yang matang dan dewasa. Butuh semangat yang selau menyala. Dan yang paling penting adalah kita sangat butuh Allah Subhanahu wa ta’ala karena kefakiran yang kita miliki.
Allah Subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Rabb yang harus kita sembah tanpa ada penghambaan kepada selainNya. Menanamkan kecintaan kepada Allah dalam diri adalah hal
yang harus dilakukan bagi setiap Muslim. Tiada cinta yang tumbuh tanpa mengenal. Kenali Allah dengan sebenar-benar pemahaman, maka kita paham bahwa begitu besar cinta Allah
kepada kita. Sehingga kita tak akan mampu berkata-kata atas segala cintaNya yang tercurah kepada kita, selain rasa syukur.
Bermimpilah dalam keadaan sadar.
Bangunlah mimpi dari kebesaran sejarah Islam yang pernah ada di masa lampau. Mimpi untuk mengembalikan sejarah Islam adalah mimpi yang harus tertanam dalam jiwa-jiwa setiap muslimin. Ingat! Sejarah akan berulang. Kejayaan Islam pasti akan hadir kembali di muka bumi, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam.
Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masaraja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian, kemudian diam.” (HR. Ahmad)
Fase kenabian (Nubuwwah) telah berakhir pada tahun 11 H ketika Rasulullah wafat. Kemudian berganti pada fase kedua yakni fase kekhilafahan berdasarkan sistem kenabian
(khilafah ‘ala minhaj an nubuwwah) yaitu selama 30 tahun sebagaimana sabda Nabi: “Kekhilafahan Nubuwwah 30 tahun, kemudian Allah memberikan kerajaan kepada yang Dia kehendaki.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi, Hakim dari Safinah radhiallahu anhu)
Fase selanjutnya adalah fase kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘adhon) yaitu ditandai dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah dan berakhir pada runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani pada tahun 1924.
Kemudian masuklah pada fase kerajaan diktator (Mulkan jabariyyah), umat muslim dikendalikan oleh para penguasa yang sangat jauh dari Islam. Kedzaliman adalah hal biasa yang sering terjadi dalam fase ini. Para ulama menyebut bahwa sekarang ini kita hidup dalam fase kerajaan diktator.
Fase kelima adalah fase kekhilafahan berdasar sistem kenabian (Khilafah ‘ala minhaj an nubuwwah). Fase ini belum terjadi karena kita masih berada di fase keempat. Fase kelima
pasti akan hadir di muka bumi. Rasul menyebutkan bahwa akan hadir fase terakhir yang akan berlangsung di muka bumi adalah fase di mana sistem kenabian akan berjalan seperti saat khulafaur rasyidin memimpin. Artinya, generasi yang akan hadir nantinya adalah generasi dengan kualitas sahabat nabi dan tabi’in.
Bermimpilah dalam keadaan sadar.
Sadarilah bahwa hadits nabi tentang fase perkembangn zaman adalah benar dan akan terjadi. Maka dengan kesadaran yang penuh, arahkan mimpi kita untuk menghadirkan generasi sebaik sahabat dan tabi’in. Fase kelima akan hadir, maka hanya ada dua pilihan yang dapat kita pilih. Menjadi bagian dalam melahirkan generasi atau menjadi penonton yang hanya melihat dan mengomentari usaha-usaha dalam melahirkan generasi. Selamat bermimpi wahai para pemimpi yang merindukan kebangkitan Islam!
Oleh: H.I.R
Mahasiswi AGA 4