Fondasi Peradaban Islam : Ilmu dan Pendidikan

Artikel Mahasiswa    23 Jul 2025    3 menit baca
Fondasi Peradaban Islam : Ilmu dan Pendidikan

Peradaban Islam datang seperti cahaya dengan sinar cemerlang tanpa celah
Menghapuskan pekat gulita jahiliyah
Mengahdirkan kedamaian penuh hikmah
Dipandu wahyu yang menjadi risalah
Hingga tinta keimanan berbuah kegemilangan menggores sketsa warna yang indah

Islam tegak atas dasar ilmu dan menyangkal segala ragam kesesatan dan prasangka. Sebagaimana wahyu pertama yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril yang merupakan simbol pendidikan juga kaidah keilmuan. Kedatangan Islam yang memerintahkan pengikutnya untuk “belajar” menjadi sebuah seruan massif sejak permulaan wahyu pertama turun. Perintah ini menjadi sebuah risalah yang fokus diawal bukan pada menegakkan syariat-syariat seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya. Bukan juga risalah yang menjelaskan aturan aplikasi ekonomi, atau dasar-dasar politik dan seluk-beluknya, serta bukan juga penjelasan nilai-nilai akhlak, atau bahkan penjelasan rukun-rukun akidah. Namun, semua itu dibuka dengan kunci perintah membaca, iqra! (bacalah!).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui (QS Al-Alaq : 1-5).

Wahyu pertama yang diturunkan berupa lima ayat yang membicarakan keilmuan dan pendidikan yang harus senantiasa dihubungkan dengan Allah, Rabb manusia. Sangat jelas bahwa objek pertama yang menjadi kunci untuk memahami agama, memahami dunia, bahkan kunci untuk menguak rahasia akhirat seluruhnya serta hadirnya kejayaan peradaban Islam, adalah aktivitas membaca dengan nama Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai aktivitas pendidikan dan keilmuan.

Ilmu sebagai dasar kehidupan

Islam memerintahkan para pengikutnya supaya menjadikan ilmu sebagai perkara asas dalam kehidupan, memerintahkan mereka untuk memuliakan para ilmuan, sampai pada derajat sebagaimana disabdakan oleh Rasulallah shallallahu alaihi wassalam:

“Siapa yang memilih jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan membuka jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat mengepakkan sayapnya sebagai tanda ridho bagi para penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim akan dimohonkan ampunan dari penduduk langit dan bumi serta ikan yang berada di kedalaman air. Sesungguhnya keutamaan alim diatas ahli ibadah seperti kelebihan bulan saat purnama diatas bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu, maka ia telah mengambil bagian yang banyak” (HR Abu Dawud)

Dalam perjalanannya pergerakan keilmuan dan pendidikan terus berkembang dalam masyarakat Islam, pengaruh Rasulullah dengan risalah yang dibawanya berupa wahyu begitu mengakar dan sangat menakjubkan. Inilah yang banyak memberikan inspirasi bagi muslimin yang tidak pernah lelah mengamalkan keilmuannya. Dengan ini, kegemilangan peradaban Islam terus terpancar di seluruh wilayah kekuasaan, lebih dari dua per tiga dunia, muslimin telah menguasainya.

Pendidikan menjadi pilar terpenting dalam menyangga peradaban, betapa tidak, pendidikan sebagai penentu bagaimana suatu bangsa bisa dikatakan baik oleh sebab pendidikannya juga baik. Pendidikan adalah jalan menghadirkan generasi izzah karena wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam merupakan simbol pendidikan, yang memiliki tujuan tidak hanya menyelesaikan permasalahan orang bodoh menjadi pintar, orang tidak bisa menjadi bisa, orang tidak tahu menjadi tahu, tapi lebih dari itu tujuan pendidikan adalah mengembalikan manusia menjadi manusia.

Belajar pada sejarah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS Ali Imran : 164)

Maka, hal terpenting yang harus dilakukan generasi ini adalah adanya keinginan kuat untuk belajar pada sejarah, karena sejarah memiliki kekuatan sebagai motivasi, inspirasi, solusi bahkan prediksi. Sejarah membuktikan bahwa Islam telah menanamkan fondasi ilmu yang agung dalam peradaban dunia. Keimanan dan ketaqwaan adalah kunci yang dimiliki muslimin dalam mencapai semua kegemilangan dan muslimin hadir menebar kebaikan di seluruh pelosok dunia, dari Timur hingga ke Barat.

Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya, mengatakan bahwa seorang mukmin yang berakal adalah orang yang tidak memulai dari nol sehingga hanya mengulangi apa yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Seharusnya ia cukup memperhatikan sejarah mereka, kemudian berjalan di atas jalan mereka yang benar hingga ia meraih kesuksesan, dan menghindari jalan mereka yang salah dan keliru.

Ditulis Oleh: Dede Rohayati (Alumni AGA Angkatan 7)

lanjut baca