a. Awalan
Imam Ibnul Jauzi membuka kitabnya dengan kalimat syukur pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menyampaikan shalawat serta salam semoga sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak membuat permisalan, atau orang-orang yang kemudian bisa menyerupai kehebatan, keagungan, kemuliaan nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Imam Ibnu Jauzi kemudian mengatakan, ketika aku membahas tentang kitab, mengumpulkan riwayat-riwayat tentang Kitab Akhbarul Adzkiya. Dan aku mengingat sebagian itu ternyata memberikan efek bagi mereka yang kemudian membaca dan membahasnya. Untuk kemudian menjadi matsalan yuhtada, menjadi qudwah atau contoh yang bisa diikuti.
Dimana ketika kita membahas tentang orang-orang syuja’, orang-orang yang berani, maka ketika kita membahasnya pun akan melahirkan keberanian dalam diri kita.
Maka kemudian akupun (Imam Ibnul Jauzi) terpengaruh, ingin membuat buku tentang Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin tentang logika-logikanya orang-orang bodoh dan orang-orang yang lalai. Di sini nanti akan banyak disebutkan bahwa orang-orang bodoh itu bahkan sampai seorang mufassir pun juga sama disebutkan. Orang-orang ahlul ruwah, ahlul hadits para ulama pun disebutkan oleh Imam Al Ghazali tentang kelalaian mereka dalam kehidupannya. Maka kemudian dalam kitab ini salah satu sebab yang diinginkan oleh Imam Ibnul Jauzi itu ada 3:
b. Tujuan Penulisan
Yang pertama, Penulisan kitab ini agar orang yang cerdas itu mampu bersyukur saat menyadari kualitas yang telah diberikan Allah kepadanya, dibandingkan orang-orang yang kemudian belum diberikan keberkahan berupa akal dan kecerdasan itu. Maka, Imam Ibnul Jauzi ingin mengajak kepada orang-orang yang membaca kitab ini khususnya, untuk bisa bersyukur terhadap kecerdasan apa yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadanya.
Imam Ibnul Jauzi mengingat sebuah ayat dalam Qs. Ibrahim: 7,
Kalau kemudian antum bersyukur, maka akan ditambahkan sama Allah. Tetapi apabila antum kufur nikmat, maka sesungguhnya azab Allah itu sangat syadid.
Kemudian disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Ibnu Abi Dunya dalam Kitab As Syukr bahwa Al Hasan pernah menyampaikan bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam pernah bersabda,
Ketika Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam, dan ketika penciptaan itu, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengeluarkan penduduk surga itu dari telapak tangan yang kanan.
Kemudian Allah mengeluarkan penduduk neraka itu dari tangan kiri.
Kemudian mereka itu tertunduk, diantara mereka ada yang buta, ada yang tuli.
Maka berkata Adam, Ya Rabb, Apakah Engkau kemudian menyamakan seluruh anak cucuku?
Kemudian Allah mengatakan, Wahai Adam, sesungguhnya aku itu ingin mereka bersyukur kepada-Ku.
Kemudian, Muhammad bin Muslim pernah mengatakan, ada seorang laki-laki yang pernah berbicara di majelisnya Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhumaa, tapi berbicara itu kemudian banyak salahnya. Maka kemudian Ibnu Abbas itu mendatangi budaknya, budak orang laki-laki yang banyak salahnya ini, kemudian Ibnu Abbas itu membebaskan budak tersebut. Maka kemudian laki-laki tersebut mengatakan kepada Ibnu Abbas,
Apa yang membuatmu kemudian melakukan seperti ini?
Maka kemudian Ibnu Abbas mengatakan, bahwa aku bersyukur karena Allah tidak menjadikanku sepertimu. Tapi artinya Ibnu Abbas itu bersyukur, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian tidak memberikannya itu banyak salah ketika berbicara seperti orang yang tadi.
Itu yang pertama, bahwa Imam Ibnul Jauzi ingin kita sebagai orang yang mendengar dan mengkaji kitab ini bersyukur terhadap rasa, kecerdasan atau kehebatan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada seseorang.