79 Tahun Dirgahayu Republik Indonesia: Antara Sejarah dan Janji Perubahan...!!

Artikel Dosen    17 Aug 2024    7 menit baca
79 Tahun Dirgahayu Republik Indonesia: Antara Sejarah dan Janji Perubahan...!!

Mempelajari sejarah merupakan ilmu yang agung. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengambil sejarah perjalanan orang-orang terdahulu, mengambil pelajaran bagaimana runtuh dan bangkitnya peradaban bangsa-bangsa terdahulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarahnya sendiri. Sejarah merupakan cara suatu bangsa bangkit dari keterpurukan. Sejarah bukan sekedar untuk ratapan atau kebanggaan semata, jika demikian maka bangsa tersebut bukanlah bangsa yang tangguh.

Toh perjalanan panjang negeri ini tak lepas dari sejarah yang mengiringinya. Sejarah yang membuat kita berdegup kencang penuh takjup dengan aksi heroisme para pahlawan, sekaligus merasa miris saat cita-cita manis kemerdekaan kian hari kian tercabik-cabik oleh oknum yang mengklaim paling nasionalis, paling berjasa.

79 tahun yang lalu atau bertepatan dengan hari ini, hari Sabtu 17 Agustus 2024 M atau 13 Shafar 1446 H  Indonesia mengikrarkan kemerdekaanya dari kaum penjajah. Kemerdekaan yang penuh dengan tetesan darah dari para pejuang dan pengorbanan para syuhada muslim. Pekik takbir berkumandang di mana-mana, bergemuruh menyemangati dada para pejuang. Kemerdekaan yang tidak didapat secara kebetulan, tidak gratisan, tapi ada campur tangan Allah Ta’ala. Kemerdekaan tidak akan didapat melainkan karena pertolongan Allah. Orientasi para pahlawan dahulu, selain ingin mendapatkan kemerdekaan, poin utamanya adalah ibadah karena Allah. Para pendiri bangsa meyakini bahwa Indonesia berdiri di atas dasar rahmat Allah dan keinginan luhur. 

Disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945: “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”, maka mengisinya yang terbaik adalah bersyukur dengan ketaatan, mendekatkan diri kepada Allah, bukan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kemerdekaaan adalah momentum menaiki tangga-tangga perubahan, menghadirkan perubahan baik secara fisik maupun mental.

Tak terasa sudah 79 tahun usia negeri yang kita cintai ini, usia yang tak lagi muda. Usia yang seharusnya sudah matang dan siap menghadapi segala problematika negeri. 79 tahun dengan segala pengalaman seharusnya menjadi negeri ini semakin tinggi izzahnya dihadapan-Nya, bukan malah semakin rapuh memiliki pemimpin yang tak lagi dicintai rakyatnya. 79 tahun perjalanan yang penuh onak dan duri seharusnya menjadikan rakyatnya semakin menghamba pada rabb-Nya, semakin makmur dan semakin bersyukur. Sudah 79 tahun yang lalu ketika para pahlawan negeri ini berjuang dengan gagah berani, dengan tetesan darah dan iman mereka mengusir para penjajah tanpa pamrih berharap agar ada PERUBAHAN yang hadir dalam negeri ini. Ya, karena seharusnya kemerdekanan itu melahirkan ketaatan dan perubahan yang sebenarnya.

79 tahun berlalu negeri ini menghirup udara kemerdekaan dari para penjajah yang mengambil “hampir” semua yang dimiliki negeri ini. 79 tahun sudah dirgahayu negeri ini, namun sering terbesit sebuah pertanyaan: Apakah negeri ini benar-benar sudah merdeka? Ataukah masih terjajah meski bukan lagi fisik, bukan lagi adu senjata! Barangkali inilah PR terbesar negeri ini setelah 79 tahun merdeka. Secara legalitas negeri ini memang sudah merdeka namun, belum sepenuhnya merdeka seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Negeri ini masih harus terus berjuang sampai benar-benar merdeka secara hakiki, merdeka secara lahir dan batin. Lebih-lebih negeri ini insyaallah akan memiliki ibu kota negara baru, atau bahasa kerennya IKN (Ibu Kota Nusantara) yang harapannya semakin baik dan semakin mensejahterakan rakyatnya. Optimisme selalu ada meski kenyataan tak selalu berpihak.

Nyatanya 79 tahun sudah negeri ini  masih banyak PR yang harus dievaluasi. Keadilan yang salah “sasaran” hukuman yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Praktik politik culas yang dipertontonkan sebagian elite politik, menghalalkan segala cara agar syahwat kekuasaan terpuaskan. Ketimpangan hak akses pendidikan dan kesehatan yang layak masih jauh dari kata pantas. Kekayaan negeri yang “masih” dirasakan oleh segelintir orang yang mereka klaim sebagai orang paling berjasa pada negeri ini, padahal itu adalah hak rakyat yang harus ditunaikan sebagaimana janji-janji manis saat kampanye. Belum lagi sentimen-sentimen islamophobia yang masih dijumpai entah dikalangan elit politik, akademik maupun netizen yang pura-pura tahu padahal dungu, harga-harga yang lebih sering mencekik rakyat. Korupsi merajalela, kekerasan ada di mana-mana yang tak jarang dilakukan oleh para penegak hukum sendiri semakin menegaskan betapa PR menghadirkan kemerdekaan secara utuh untuk bangsa ini tetaplah ada dan akan selalu ada.

Naik turunnya peristiwa yang mengiringi kemerdekaan negeri ini dari awal kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan seharusnya mendewasakan bangsa ini. Selalu ada hikmah dan ibrah disetiap peristiwa yang terjadi, entah itu penghianatan, mental penjajah, arogansi akan terus ada. Namun, sejarah panjang bangsa ini mampu melewati perusak cita-cita kemerdekaan para pendiri bangsa. Generasi ini harus banyak membaca sejarahnya agar tak mudah terombang-ambing dalam pusaran berita hoaks dan tuduhan yang tak pasti.

Inilah fakta betapa lemahnya bangsa ini dalam menyimpan arsip sejarah, lemahnya generasi ini dalam membaca literatur sejarahnya secara utuh, tentunya yang menjadi korbannya dalam hal ini adalah generasi muda hari ini. Tidak tahu sejarah tapi ngomongin sejarah, mudah menyalahkan tapi tak mau disalahkan. Mari baca sejarah dan perbaiki negeri ini secara utuh agar tak ada lagi  ‘oknum’ yang memonopoli kekayaan negeri ini. Baca dan ambilah pelajaran, karena kita tahu orang-orang besar selalu suka dengan sejarah. Generasi yang tidak peduli sejarah akan kehilangan masa lalu dan masa depannya.

 

BANGSA INI HEBAT DENGAN SEJARAHNYA !

Disebutkan dalam sebuah nasihat,

‏من لا يقرأ التاريخ يبقى أبد الدهر طفلا صغيرا

“Siapa yg tidak membaca sejarah, maka akan selamanya tetap menjadi ‘anak kecil’.

Berbicara sejarah maka tak lengkap jika kita kita membicarakan bangsa yang kita cintai Indonesia. Di usia yang 79 tahun tentunya sudah banyak asam garam yang dilalui bangsa ini. Jika kita flashback kembali bagaimana perjuangan dan pengorbanan para pejuang dalam meraih cita-cita kemerdekaan niscaya kita akan sedih, menangis saat generasi ini justru tidak tahu sejarah bangsanya sendiri. Bagaimana generasi hari ini justru lebih sibuk  “bertengkar” dengan saudaranya sendiri dengan alasan yang tak pasti. Ini semakin menegaskan betapa pemuda hari ini tidak tahu bagaimana mensyukuri nikmat kemerdekaan. 79 tahun seharusnya bangsa ini lebih dewasa dalam meminimalisir perbedaan yang ada, tidak ada lagi oknum yang seolah-olah berkuasa mengatur bangsa ini seenaknya sendiri. Bagaimanapun perjalanan panjang bangsa ini tak lepas dari sejarah panjang yang mengiringinya. Tidak banyak yang tahu sejarah asli perjalanan dan perjuangan negeri ini khususnya generasi muda hari ini, generasi “millennial” katanya. Bagaimana tidak tahu ? karena generasi muda hari ini lebih sibuk dengan konten-konten recehnya daripada mencoba menghadirkan sebuah perubahan negeri ini dari virus-virus kerusakan baik akidah maupun moral. Yang lebih parah lagi banyak generasi muda hari ini yang tidak membaca sejarahnya sendiri justru mudah menyalahkan perjuangan dan pengorbanan para pendiri bangsa. Banyak fakta  sejarah negeri ini yang terlupakan dan tak tercatat dalam buku-buku sejarah hari ini, bahkan yang lebih parah banyak fakta  sejarah yang diputarbalikkan yang dampaknya sangat terasa di  rezim zaman ini. Jangan sampai generasi ini zalim pada sejarahnya sendiri.

Mempelajari sejarah merupakan ilmu yang agung. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengambil sejarah perjalanan orang-orang terdahulu, mengambil pelajaran bagaimana runtuh dan bangkitnya peradaban bangsa-bangsa terahulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarahnya sendiri.  Sejarah merupakan cara suatu bangsa bangkit dari keterpurukan. Sejarah bukan untuk sekedar untuk ratapan atau kebanggaan semata, jika demikian maka bangsa tersebut bukanlah bangsa yang utuh.

Padahal kita tahu dua per tiga isi Al-Quran bercerita tentang masa lalu. Kalau tidak begitu penting, mana mungkin kitab suci berisi kisah-kisah yang amat banyak? Masa depan kita akan menjadi lebih baik bila kita sanggup mengambil pelajaran kebajikan dan kebijaksanaan dari masa lalu.

Tanpa sejarah, kita akan kesulitan mengkhayalkan (merumuskan) masa depan. Inilah yang diajarkan Al-Quran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ

 “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, hendaklah seseorang melihat apa yang telah berlalu untuk (merencanakan) hari esok.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Simak penegasan Al-Quran seusai bercerita tentang orang-orang terdahulu,

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-Baqarah: 141)

Pentingnya umat Islam mengkaji sejarah peradaban Islam dan sejarahnya sendiri bukanlah suatu pilihan lagi, namun telah menjadi keharusan untuk menolak serangan kasar yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslimin. Agar umat islam tidak dibodoh-bodohin dengan fakta sejarah yang diputarbalikkan. Jangan sampai ketidak tahuan umat islam pada sejarah negerinya sendiri menjadi alasan mundurnya kaum muslimin di negeri ini.

Bacalah sejarah dan hadirkanlah perubahan untuk bangsa ini. Jadilah pelaku sejarah bukan hanya sekedar menjadi penonton sejarah. Bacalah sejarah bangsa ini agar kita tahu betapa besar PR bangsa ini meskipun sudah berpuluh tahun merdeka. Bacalah sejarah bangsa ini agar tak mudah menyalahkan zaman. Tantangan bangsa ini amatlah besar karena banyak oknum-oknum yang hendak menghancurkan negeri  yang kita cintai. Bacalah sejarah dan carilah solusi bangsa ini dari orang-orang  terdahulu. Bacalah sejarah dan ceritakanlah pada anak-anak kita, jangan sampai generasi setelah kita lupa akan sejarahnya sendiri.

Mencari jalan, mencari arah yang lurus, benar, memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, hal tersebut adalah sebuah keniscayaan bagi negeri yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Indonesia mempunyai segalanya. Tanah yang subur, melimpahnya tambang, laut, manusia-manusia yang giat bekerja, cerdas, bisa dikatakan kekuatan yang kurang disadari oleh banyak pihak.

Semoga kita diberikan kemampuan untuk memberikan sumbangsihnya kepada bangsa ini apapun itu. Bangsa ini butuh kreatifitas para pemudanya yang mampu mengembalikan kemuliaan negeri ini, bukan pemuda yang ikut-ikutan trend sesaat demi konten dan followers.

Mari jadikan pelajaran panjang bangsa ini untuk menghadirkan sebuah perubahan. Perubahan yang menguatkan dan mendewasakan. Perubahan yang menyatukan untuk mewujudkan kemerdekaan yang hakiki kemerdekaan yang bisa dirasakan oleh umat manusia, bukan kemerdekaan yang hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Selalu ada luka disetiap perjalanan suatu bangsa namun bangsa ini (dengan izin Allah) mampu melewati keterpurukan dan masa-masa sulit.

اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم وفقهم لما فيه صلاحهم وصلاح الإسلام والمسلمين

“Ya Allah perbaikilah kondisi pemerintah kami, Ya Allah perbaikilah kondisi pemerintah kami. Ya Allah beri taufiq mereka kepada apa yang padanya terdapat kebaikan Islam dan muslimin.”

 

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA: NUSANTARA BARU, INDONESIA MAJU

Wa Allahu A’lam Bisshawab

 

REFERENSI:

  • Asy-Syabab wa at-Taghyir, Fathi Yakan
  • Menjadi Pemuda Peka Zaman, Dr. Raghib As-Sirjani
  • Menggugat Manusia, Catatan Aktivis Jas Merah, Ridlo Abdillah

 

lanjut baca