Sudah tak mampu lagi untuk menahannya, bercucurlah air mata, lantas terasa hati ini (nyes, adem, plong) karena terkadang aku butuh menangis. Kembali lagi pada kalimat yang membuat saya “jleeb” sekali.
Atau jangan-jangan kita yang tak pandai bersyukur?
Suatu ketika dosen bertanya, “Setuju tidak jika hewan-hewan yang diciptakan itu semua bermanfaat untuk manusia? Yang setuju berikan dalilnya, yang tidak setuju tidak perlu cari dalilnya.”
Lalu salah satu mahasiswa berbisik-bisik dan bergumam, “Bagaimana dengan nyamuk? Apa manfaatnya untuk manusia sedang dia sering menggigit dan mengambil darah kita?” Karena itu mahasiswa tersebut memberi pendapat belum setuju.
Tahukah siapa mahasiswa tersebut? Itu saya – astaghfirullah – karena pendapatku itu, saya berpikir maksudnya manfaat untuk manusia saja atau untuk makhluk yang lain? Karena bagaimanapun juga kita semua meyakini bahwa apa yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia, semua ada maksud dan tujuannya. Lalu apa dalilnya? Karena saya belum menemukan dalil, ya saya terpaksa memberi pendapat satu-satunya, yakni belum setuju, sekali lagi belum setuju karena bisa jadi saya akan setuju saat mendapat dalil dan penjelasan yang lebih jelas.
Yuk coba buka Al Qur’an surat ke-38 ayat 27 yang artinya:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia.”
Bisa jadi selama ini kita yang tak pandai bersyukur, tak pandai mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada di sekitar kita. Kehadiran nyamuk, hewan kecil yang suka mengigit kita, mengganggu saat kita makan dan hendak istirahat, berisik dan mengganggu telinga, sehingga kita menganggap itu semua sebagai suatu gangguan. Namun cobalah sedikit merenung, baca dari sudut pandang Al Qur’an, sudut pandang Allah yang menciptakan alam serta isinya; tidak ada kesia-siaan bagi-Nya.
Kehadiran nyamuk di rumah kita, bisa jadi karena rumah kita itu kotor atau ada ruang yang tidak terawat oleh kita. Begitu juga kehadiran hewan lain yang sering kita anggap pengganggu seperti kecoa dan tikus, itu juga bisa sebagai pengingat kita agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan rumah.
Lantas tiba-tiba aku pun teringat pada kalimat keluhan seorang petani yang beberapa kali menanam tidak kunjung panen karena kebanjiran.“Boro-boro panen, tandurane ketilem terus (tenggelam terus). Baru selesai tanam, mau lilir ijo-ijo, satu malam hujan blebeek bablas tenggelam lagi.”
Sedih iya, mau marah-marah ke siapa? Tak sadar terkadang kita malah menyalahkan Allah – astaghfirullah – ampunilah kami ya Rabb.
Padahal Allah berfirman dalam Qur’an surat Asy-Syura:
وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ (27)
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
Mari kita renungi apa maksud dan tujuan musibah ini?
Sudahkah kita bersyukur?
Sudahkah kita menjalankan perintah-Nya?
Sudahkah kita menjauhi larangan-Nya?
Sudahkah kita meningkatkan iman dan takwa kita?
Ya Allah, bimbinglah kami...
#QuranicView
#TemaHewan
Oleh: Suriyah
Mahasiswi AGA4