Ujian Akhir Mustawa Khaamis ini menjadi pengalaman pertama ujian online. Ada banyak hal yang dipersiapkan. Terasa menegangkan dan tidak tahu akan seperti apa teknisnya.
Sejak terbangun, yang terpikirkan adalah amanah ujian. Do’a tidak henti terpanjatkan. Ikhtiar terus dimaksimalkan. Semuanya diperiksa lagi, dimuraja’ah lagi, sinyal dan kuota dicek berkali-kali.
Rasanya, menunggu waktu ujian terasa panjang. Padahal tubuhku menunggu dalam keadaan duduk, tidak berdiri, tidak di bawah terik matahari tapi terasa letih.
Sedikit-sedikit mata ini menatap pergerakan jarum jam, sedikit-sedikit mata ini melihat aktivitas di grup AGA, menanti informasi… terus seperti itu.
Akhirnya ujian pun dimulai… Tapi apa yang terjadi?
Ternyata banyak hal baru, banyak hal yang tak terduga terjadi, banyak keadaan yang tak terprediksi. Maa syaa Allah.
Bagaimana dengan hari akhir nanti ya? Semua manusia mengalami pengalaman pertamanya untuk mati, pengalaman pertama hidup sendiri di alam kubur, pengalaman pertama dibangkitkan, dihisab, disiksa atau diberi nikmat. Semuanya tidak terbayangkan, belum pernah dialami dan ketegangannya akan melebihi ujian-ujian dunia ini.
Bahkan kecemasan dan kekhawatiran semakin mendominasi detik-detik menuju ujian berakhir. Aku diburu waktu. Bumi yang luas terasa sempit. Jari jemari semakin tak terkendali…
Yaa Rabb…
Bagaimana kecemasan dan kekhawatiran yang akan dialami nanti? Di sini kita masih diberi kesempatan, tersedia tambahan waktu untuk memperbaiki. Tapi di akhirat? Tidak ada waktu kembali, tidak ada kesempatan lagi. Kami tak bisa lari, tak bisa pergi menyelamatkan diri. Tamatlah diri ini.
Terasa sekali, ketika mengalami kesulitan tadi, hanya Allah yang diharapkan, hanya pertolongan-Nya yang dibutuhkan. Sungguh, seketika gemetar…
Terbesit bagaimana kelak? Syafa’at Allah benar-benar akan menjadi hal yang paling berharga. Tidak ada seorang pun yang tidak mencari-Nya. Semua orang berebut ketakutan, mengharap Rahmat-Nya.
Yaa Rabb lindungilah kami yang lemah ini, berkahi umur kami, bimbing kami menggapai ridha-Mu.
Syukron jazakumullaah khairan untuk guru-guru kami, atas ilmu, waktu dan doa-doa yang melangit.
Wahai guru…
Kami rindu duduk bermajelis ilmu bersamamu…
Semoga rasa rindu ini bukan hanya terpelihara di dunia, tapi berbuah pertemuan yang indah di akhirat.
اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ
(aku berlindung kepada Mu dari kekufuran dan kefakiran)
Bandung, 4 Sya’ban 1441 H/28 Maret 2020 M
RA (Mahasantri Akademi Guru Al-Fatih Bandung Angkatan I)