Sentuhan Fisik Menyentuh Sanubari

Artikel Mahasiswa    06 Dec 2024    11 menit baca
Sentuhan Fisik Menyentuh Sanubari

Hati merupakan hal yang paling sensitif dalam dunia ini. Setiap tindak-tanduk dan perbuatan akan berbekas dalam hati penerimanya. Tidak sedikit sentuhan fisik berujung pada kobaran amarah antara manusia. Sensitif, tersenggol sedikit, balas dengan pukulan. Terlebih jika tersenggol pada tempat yang tidak ingin disentuh. Di sisi lain, sentuhan fisik juga dapat memberi efek positif. Sentuhan yang menjadikan seseorang tidak pernah terlupakan. Serasa hidup dinaungi rembulan, berhiaskan bunga, dan beraromakan wewangian. Penuh cinta, kelembutan, dan kasih sayang. Sehingga terbayang dalam benak kita saat-saat indah bersama.

Sentuhan fisik yang ditempatkan pada tempat yang tepat akan menimbulkan psikologis positif, kecintaan aktif, dan emosional yang terjalin dengan baik. Dalam dunia pendidikan, sentuhan fisik merupakan hal yang sangat penting. Tidak jarang, lisan sulit mengungkapkan keinginan hati yang terpendam. Kaku, kelu, atau mungkin malu untuk mengucapkan. Di saat itulah sentuhan fisik merangkum komunikasi hati, mentransfer informasi, dan menjadi jembatan antara kedua hati. Tanpa perlu berucap, isi hati tersampaikan. Komunikasi yang dihiasi dengan sentuhan fisik akan menancap di hati penerimanya. Karena kedua hati telah terhubung dengan frekuensi gelombang hati yang sama.

Sentuhan fisik ketika berjumpa, bermain, bahkan saat menyampaikan pembelajaran sekalipun, menjadi pelengkap dalam dunia pendidikan. Seolah menjadi bumbu penyedap dalam interaksi antar elemen pendidikan. Sentuhan fisik semacam ini pun sudah dicontohkan langsung oleh guru terbaik sepanjang zaman, yaitu Nabi Muhammad Sholallahu ‘alayhi wa Sallam. Semua sentuhan fisik Rasulullah mampu menyentuh hati orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu kiranya kita belajar dari guru terbaik ini agar dapat menghasilkan murid-murid yang mencintai dan berkualitas tinggi.

Beberapa sentuhan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah di antaranya:

1. Ciuman dengan Kelembutan dan Kasih Sayang

Ciuman memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menggerakkan perasaan dan emosi anak, serta berdampak dalam meredakan kemarahan dan kemurkaannya. Selain itu, ciuman juga menimbulkan perasaan ikatan yang kuat dalam hubungan cinta antara orang dewasa dan anak. Ciuman adalah bukti kasih sayang dalam hati kepada anak yang sedang tumbuh. Ciuman adalah bukti kerendahan hati orang dewasa kepada anak kecil. Ciuman adalah cahaya gemerlap yang menerangi hati anak, melapangkan jiwanya dan menambahkan gairah aktivitasnya dengan orang-orang di sekitarnya. Yang pertama dan terakhir, cinta adalah sunnah Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam bersama anak-anak.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Rodhiyallohu ‘anhu: Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam mencium Al-Hasan bin Ali Rodhiyallohu ‘anhuma. Al-Aqra’ bin Habis berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak ada satu pun yang pernah aku cium.” Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.”

Dalam hadits lain, dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘anha, ia berkata: “Datang seorang Arab Badui kepada Nabi Sholallahu ‘alayhi wa Sallam lalu berkata, ‘Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki? Kami tidak mencium mereka.’ Maka Nabi Sholallahu ‘alayhi wa Sallam berkata, ‘Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu.’”

Ibnu Batthool rahimahullah berkata, “Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan bersikap lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh-Nya. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqra’ bin Habis yang menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki sepuluh orang anak laki-laki namun tidak seorang pun yang pernah ia cium? Maka Nabi pun berkata kepada Al-Aqra’, ‘Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang.'

 

Pada sikap Nabi Sholallahu ‘alayhi wa Sallam ini merupakan teladan yang paling besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam menyayangi anak-anak, baik yang masih kecil maupun yang besar, serta berlemah lembut kepada mereka.

Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,

“Sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa Sallam

مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ

(Barangsiapa yang tidak merahmati maka tidak dirahmati),

yaitu barangsiapa yang tidak merahmati manusia, maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla – kita berlindung kepada Allah akan hal ini – serta Allah tidak memberi taufiq kepadanya untuk merahmati. Hadits ini menunjukkan bahwa bolehnya mencium anak-anak kecil karena rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu, cucu-cucumu dari putra dan putrimu, atau anak-anak orang lain. Hal ini akan mendatangkan rahmat Allah dan menjadikan engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang menyayangi hamba-hamba Allah, maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut merahmati seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan.

2. Pelukan Mesra

Tidak hanya mencium, terkadang Rasulullah juga memeluk anak-anak. Bahkan tidak jarang Rasulullah menggabungkan antara pelukan dan ciuman.

Dikisahkan bahwa Abu Hurairah berjalan keluar bersama Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam. Selama di perjalanan, Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam tidak berbicara dengan Abu Hurairah; begitu pula sebaliknya. Ketika sampai di pasar Bani Qainuqa, Rasulullah duduk di pekarangan rumah Fatimah lalu berkata, “Apakah terdapat anak-anak di sana?” Tidak lama kemudian, datanglah seorang anak kecil menghampiri Rasulullah. Rasulullah pun memeluk dan menciumnya sambil berdoa, “Ya Allah, sayangilah dia dan sayangi pula orang yang menyayanginya.” (H.R. Bukhari)

Ya’la bin Marrah berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah, lalu kami diundang untuk makan. Tiba-tiba, Husein bermain di jalan. Rasulullah pun segera mendahului orang-orang lalu membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu berlari menghindar ke sana kemari. Rasulullah mencandainya hingga akhirnya beliau dapat menangkapnya. Satu tangan beliau memegang dagu Husein dan tangan satu lagi memegang kepala lalu beliau memeluknya. Setelah itu, beliau bersabda, ‘Husein bagian dariku dan aku adalah bagian darinya. Allah mencintai orang yang mencintai Husein. Husein adalah salah satu dari cucu-cucuku.’”

3. Mengusap Kepala Anak

Nabi Sholallahu ‘alayhi wa Sallam biasa menggerakan emosi anak-anak dengan mengusap kepala mereka sehingga mereka merasakan kasih sayang, kerinduan, dan cinta beliau. Ini membuat anak-anak merasa kehadirannya dihargai dan merasakan cinta serta perhatian orang-orang dewasa kepadanya.

Selain berdasarkan hadits sebelumnya, Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Mahdzurah, dia berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku cara adzan.” Lalu beliau mengusap bagian depan kepalaku seraya bersabda, “Bacalah: Allohu akbar, Allohu akbar,…dst.”

Dalam Zawai’id Ibnu Hibban dari Anas Rodhiyallohu ‘anhu, Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam mengunjungi kaum Anshar. Beliau mengucapkan salam kepada anak-anak dan mengusap kepala mereka.

4. Mengusap Wajah atau Kedua Pipi

Dari Mush’ab bin Abdillah, berkata, “Abdullah bin Tsa’labah dilahirkan empat tahun sebelum hijrah. Dia dibawa menghadap Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam. Beliau mengusap wajahnya dan memberkatinya pada tahun pembebasan kota Mekah. Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam meninggal dunia pada waktu dia berusia empat belas tahun.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya (3/379).

Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah Rodhiyallohu ‘anhu: “Aku mengerjakan shalat Zhuhur bersama Rasulullah Sholallahu ‘alayhi wa Sallam. Kemudian, beliau pulang. Aku menyusul di belakang beliau. Beliau bertemu dengan anak-anak. Beliau Sholallahu ‘alayhi wa Sallam mengusap kedua pipi mereka satu per satu. Ketika beliau mengusap kedua pipiku, aku merasakan tangan beliau dingin dan berbau harum, seakan-akan baru dikeluarkan dari botol parfum.”

Dari hadits inilah kita mengambil dalil atas mengusap pipi anak-anak apabila jumlah mereka lebih dari satu, dan mengusap pipi mereka semua tanpa membedakan antara mereka semua. Ini juga merupakan keindahan petunjuk beliau Sholallahu ‘alayhi wa Sallam dalam memperlakukan anak-anak dengan menyamakan antara mereka dalam segala sesuatu.

5. Menyentuh Bahu atau Pundak

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah meletakkan tangan beliau di atas bahuku atau pundaknya – Sa’id (perawi hadits) ragu – kemudian beliau bersabda: “Ya Allah, anugerahkanlah kepadanya pemahaman agama yang dalam dan ajarilah dia tentang penafsiran.”

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar. Dia berkata: “Suatu ketika, Rasulullah memegang pundakku, lalu bersabda: ‘Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara.’”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini menerangkan bolehnya guru menyentuh anggota tubuh murid ketika memberikan pelajaran dan nasihat. Hal itu dilakukan dalam rangka membangun kedekatan psikologis, dan agar murid lebih perhatian terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Biasanya, hal itu hanya dilakukan terhadap murid yang mendapat perhatian khusus.”

6. Menepuk Dada

Bagi kaum laki-laki, pembusungan dada adalah simbol keberanian, kebanggaan, dan kegagahan. Sehingga, sentuhan pada bagian dada pada laki-laki memberikan isyarat optimisme, rasa percaya, yakin, dan motivasi bagi mereka. Nabi pun pernah menepuk dada sahabatnya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali Rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata: “Tatkala Rasulullah hendak mengutusku ke Yaman, aku berkata: ‘Bagaimana mungkin engkau akan mengutusku, sedangkan usiaku masih muda, dan aku tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai masalah peradilan?’ Ali melanjutkan: ‘Lalu Rasulullah menepuk dadaku dan bersabda, “Pergilah, sesungguhnya Allah akan memantapkan lidahmu dan menunjuki hatimu.” Ali berkata, “Setelah itu, memutuskan perkara di antara dua orang bukanlah hal yang berat bagiku.”

Betapa sentuhan fisik Nabi memberikan optimisme dan keberanian bagi Ali. Meski sebelumnya sempat meragu, sentuhan fisik dan untaian kata menjadi bara semangat bagi Ali dalam menjalankan tugas besar.

7. Menyepak Lembut Kaki

Sebagian kalangan memiliki sentuhan tersendiri dalam memberikan perhatian. Tidak jarang, ada kalangan yang memberikan perhatian terhadap kawannya dengan memberikan salam perjumpaan dengan mengepalkan tangan dan mengadukan kepalan kedua belah pihak kepada kawan mereka, diiringi untaian kata nasihat. Demikian Nabi pernah memberikan sentuhan fisik dengan cara menyepak kaki sahabat secara lembut sebagai bentuk perhatian.

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah, bahwa ayahnya menyerahkannya kepada Nabi agar dapat melayani beliau. Qais berkata: “Nabi melintasiku setelah aku selesai shalat. Beliau menyepakku – lembut – seraya bersabda: ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu (pembuka) pintu Surga?’ Aku menjawab: ‘Tentu.’ Beliau bersabda: ‘La haula wa la quwwata illa billah (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah).’”

Sebenarnya, dalil-dalil dari hadits sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana sunnah-sunnah interaksi Nabi terhadap anak. Kualitas didikan Nabi pun menjadi bukti kesuksesan beliau dalam mendidik murid-muridnya. Setiap sunnah Nabi pasti mengandung hikmah agung, sehingga ada tidaknya manfaat secara penelitian, seorang Muslim akan meneladani beliau, sekecil apa pun sunnah Nabi. Karena cahaya iman telah menyala dalam hatinya, menerangi jiwanya, dan menjadi roda penggerak raganya. Hingga hikmah itu lambat laun akan terlihat melalui hasilnya.

Akan tetapi, perlu kiranya sunnah Nabi itu dikaji secara penelitian, bukan untuk memilah dan memilih apakah sunnah tersebut menurutnya cocok atau tidak. Sunnah tersebut diteliti hanya untuk menambah keyakinan dan kecintaan terhadap hal-hal yang hadir dari Rasul Muhammad Sholallahu ‘alayhi wa Sallam. Berikut sekilas penelitian, secuplik hikmah yang sudah tersingkap tabir hikmah di balik sentuhan fisik. Penelitian ini membuktikan betapa besar pengaruh dari sentuhan, pelukan, dan ciuman orang tua terhadap tumbuh kembang anak, termasuk kecerdasan anak.

Beberapa hasil penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Sentuhan dari orang yang kita sayangi akan meningkatkan jumlah hemoglobin di dalam darah. Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari tubuh yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk jantung dan otak. Suplai hemoglobin yang meningkat ini dipercaya secara ilmiah akan mempercepat proses penyembuhan setelah sakit.

  2. Pada bayi prematur, pelukan dari sang ibu bisa membuatnya lebih kuat dan mempercepat perkembangan tubuh serta otak. Penelitian dari Bliss Hospital di Montreal menunjukkan bahwa bayi prematur yang dipeluk ibu jadi lebih cepat kuat, sehat, dan besar ketimbang hanya ditempatkan di inkubator.

  3. Penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Epidemiology and Community Health mengungkapkan fakta bahwa bayi yang sedari lahir selalu diberi sentuhan (pelukan, ciuman, belaian) sebagai pertanda kasih sayang oleh orangtuanya tumbuh menjadi pribadi yang tak mudah stres.

  4. Pelukan yang dilakukan sebanyak empat kali per hari bisa menjauhkan depresi, sementara delapan pelukan sehari akan memberikan kestabilan mental yang lebih kokoh, dan 12 pelukan sehari akan membantu perkembangan psikologis seseorang.

  5. Penelitian lain menyebutkan manfaat pelukan, di antaranya mengurangi stres, membantu pola tidur yang sehat, memberi semangat, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

  6. Dr. Coolam yang melakukan penelitian kepada ribuan orang membuktikan bahwa ciuman di pagi hari melahirkan keistimewaan dan susunan kimiawi tertentu, seperti memberikan perasaan senang dan lapang.

  7. Penelitian Bernie Siegel membuktikan tentang khasiat ciuman seorang istri pada suaminya maupun seorang ibu pada anak-anaknya. Sampel diambil dari kalangan peserta (suami) yang naik mobil pribadi ke kantor. Peserta dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah para suami yang berangkat ke kantor dengan terlebih dahulu dicium oleh sang istri, dan kelompok kedua adalah mereka yang pergi ke kantor tanpa dicium oleh sang istri. Setelah beberapa waktu, ditemukan bukti yang menakjubkan bahwa suami yang pergi ke kantor dengan ciuman sang istri memiliki kemungkinan kecil mengalami kecelakaan di perjalanan dibandingkan mereka yang berangkat kerja tanpa merasakan kecupan mesra dari sang istri.

  8. Penelitian yang dilakukan oleh salah satu lembaga asuransi di Amerika tentang pengaruh ciuman terhadap kehidupan manusia menemukan bahwa sesungguhnya ciuman di pagi hari antara suami istri memegang peranan penting yang lebih menyembuhkan daripada buah apel. Suami yang mencium istrinya di pagi hari sebelum menuju tempat kerjanya akan merasa tenang saat bekerja. Selain itu, ciuman juga memberikan kelapangan berpikir, kepuasan, kebahagiaan, serta kerelaan.

  9. Penelitian yang dilakukan psikolog Edward R. Christopherson, Ph.D., menemukan bahwa pelukan lebih efektif daripada pujian atau ucapan sayang karena membuat anak merasa dicintai dan dihargai serta memberikan kedekatan dan kekuatan getaran batin antara orangtua dan anak.

  10. Dalam bukunya ‘The Hug Therapy’, psikolog Kathleen Keating menyebutkan bahwa pelukan juga dapat meningkatkan kecerdasan otak dan IQ anak serta dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa kebiasaan baik memberi sentuhan fisik berdasarkan penelitian akan membuat anak merasa lebih aman dan nyaman. Secara emosional, hal ini dapat membuat kondisi jiwanya tetap terpelihara dan sehat. Anak pun dapat merasakan langsung bahwa kehadirannya diharapkan, disayangi, serta diperhatikan oleh orang tuanya. Akhirnya, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang stabil, mantap, dan penuh percaya diri.

Tidak hanya itu, sentuhan penuh kasih sayang yang diberikan orang tua juga dapat berdampak secara kognitif pada anak. Sambil memeluk dan membelai kepala anak, orang tua dapat memberi masukan mengenai hal-hal baik yang perlu dilakukan olehnya. Masukan-masukan dalam situasi positif semacam itu akan lebih mudah diproses dalam pikirannya.

______________________

Ditulis oleh: Rudy Romansyah (Mahasantri Akademi Guru Al-Fatih)

lanjut baca