Bulu Sayap Burung

Artikel Mahasiswa    26 Feb 2025    5 menit baca
Bulu Sayap Burung

Untuk Apa Saya Belajar?

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 19)

Suatu sore, untuk menutup kelas Quranic View, dosen kami menyampaikan hikmah dari ayat ini. Ada apa dengan ayat ini?

Beliau menyampaikan bahwa dalam belajar, kita harus tahu tujuan belajar. Kita harus memahami alasan kita mempelajari suatu ilmu. Begitu pula dalam mengajar, seorang guru harus dapat menggambarkan dengan jelas tujuan murid atau santri dalam mempelajari ilmu tersebut. Sebab, kesalahan dalam menjelaskan tujuan belajar dapat menyebabkan kesalahan niat, arah, bahkan bisa menghilangkan minat anak dalam mempelajari ilmu tersebut. Seperti yang saya alami ketika SMA—saya gagal menjawab pertanyaan saya sendiri, “Kenapa harus belajar fisika? Untuk apa belajar fisika? Nanti ilmu fisika ini bisa dipakai untuk apa?” Akibatnya, minat saya dalam belajar fisika menjadi berkurang.

Ketika menyebutkan QS. Al-Mulk ayat 19 tersebut, dosen kami mengambil pelajaran dari bidang fisika. Siapa yang dapat menahan burung agar tetap terbang di udara? Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah. Ada berbagai macam gaya dan tekanan yang berperan di sana. Tekanan udara di bawah sayap burung lebih kecil dibandingkan dengan tekanan udara yang ada di atasnya, sehingga burung terdorong ke atas dan tetap bertahan di udara. Kemudian, dosen menjelaskan berbagai hal lainnya yang sayangnya tidak saya pahami sepenuhnya. Saat itu, saya langsung menyesal karena tidak serius belajar fisika. Pertanyaan yang gagal saya jawab dahulu seolah baru terjawab: Inilah manfaatnya jika kamu belajar fisika.

Namun, di sisi lain, saya teringat materi biologi—pelajaran yang sangat saya senangi dan sukai, salah satunya karena saya berhasil menjawab pertanyaan saya sendiri: Kenapa saya harus belajar biologi? Dengan belajar biologi, saya dapat memahami proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti proses pernapasan, pencernaan makanan, hingga aliran darah. Bahkan hingga kini saya masih takjub dengan sel yang sangat kecil—unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup—namun di dalamnya terjadi proses yang sangat kompleks. Betapa Maha Dahsyat kekuatan yang ada di baliknya. Saya sangat takjub dengan proses-proses yang terjadi di dalam sel. Di dalam sel yang sangat kecil, masih terdapat bagian-bagian (organel), dan setiap bagian memiliki fungsi tertentu. Setiap organel menjalankan proses yang begitu kompleks, seperti pembuatan protein, perubahan sari makanan menjadi energi, dan lain sebagainya. Dari sana, saya mengambil pelajaran bahwa sel yang kecil dengan organel yang kecil saja memiliki banyak manfaat dan peran. Maka, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menjalankan peran di bumi Allah? Ataukah kita hanya duduk santai, tidak mau mengambil risiko, dan berharap semuanya baik-baik saja?

Ada banyak pelajaran lain yang saya dapatkan dari mempelajari biologi, yang tak mungkin saya tuliskan semuanya. Dosen biologi saya dulu sering mengingatkan bahwa alasan belajar biologi ada di QS. Al-Ghasiyah ayat 17: “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana mereka diciptakan?” Itu adalah alasan yang sangat kuat. Bagaimana pertemuan sel telur dan sperma di dalam rahim dapat berkembang menjadi morula, gastrula, blastula, hingga membentuk janin. Anggota tubuh seperti jantung, telinga, mata, dan organ lainnya yang sebelumnya tidak ada, kemudian terbentuk. Itu adalah proses yang sangat luar biasa. Pasti ada kekuatan besar di baliknya!

Mari kita kembali ke QS. Al-Mulk ayat 19. Sejak SMA, saya sudah sangat takjub dengan ayat ini. Namun, ayat ini terus muncul dalam kehidupan saya berulang kali. Menurut saya, inilah keistimewaan belajar—meskipun materinya sama, pemahaman kita bisa berkembang. Seiring bertambahnya usia, semakin luas pula wawasan kita dalam memahami sesuatu. Tak heran jika kita dianjurkan untuk belajar seumur hidup.

Saat kuliah, setiap Sabtu ba’da Subuh, ada jadwal kajian tafsir dan bahasa Arab di asrama. Suatu pagi, tafsir surat Al-Mulk dibahas hingga ayat ke-19, tentang burung yang terbang. Ustazah bertanya, “Mengapa ada dua jenis kata yang digunakan, ‘shooffaatin’ (isim fa’il) yang berarti ‘mengembangkan’ dan ‘yaqbidhna’ (fi’il mudhari’) yang berarti ‘mengatupkan’? Mengapa ‘shooffaatin’ dan ‘yaqbidhna’ tidak menggunakan bentuk yang sama?” Jika diperhatikan, burung tidak selalu mengembangkan dan mengatupkan sayapnya terus-menerus, tetapi hanya pada saat tertentu. Kata ‘yaqbidhna’ termasuk fi’il mudhari, yang berarti tindakan itu terjadi sekarang atau akan datang. Menurut ustazah, burung hanya mengatupkan sayapnya saat darurat. Saat itu, saya menghubungkan dengan yang saya pelajari di biologi: burung mengembangkan dan mengatupkan sayapnya untuk mengisi cadangan oksigen ke dalam pundi-pundi udaranya. Ada tujuh pundi udara dalam tubuh burung, yang membantu mereka tetap mengapung di udara tanpa terus-menerus mengepakkan sayap. MasyaAllah, begitu detail Allah merancang semuanya.

Bahkan, struktur bulu burung pun menunjukkan betapa Maha Sempurnanya Allah. Saat praktikum struktur perkembangan hewan, dosen saya, Bu Amy, bertanya, “Lihat ini, apakah bulu sayap burung ini simetris?” Saya menjawab, “Tidak, Bu.” Lalu beliau bertanya lagi, “Mengapa tidak simetris? Mengapa satu sisi lebih panjang dari sisi yang lain?” Saya berpikir sejenak sebelum beliau menjelaskan, “Supaya tidak berat, supaya terbangnya seimbang. Satu bulu sayap tertutupi oleh bulu sayap di atasnya, dan bagian yang tertutupi adalah sisi yang lebih pendek ini.” MasyaAllah, begitu detail Allah menciptakan segala sesuatu.

Ada lagi yang istimewa dari bulu burung. Jika diamati dengan mikroskop, kita akan menemukan struktur yang luar biasa. Di tengah bulu, terdapat ruas atau tangkai utama. Dari sana, tumbuh ratusan bulu halus di setiap sisi yang disebut barbae. Di setiap barbae, terdapat bulu yang lebih kecil lagi yang disebut barbulae. Setiap barbulae terhubung satu sama lain dengan pengait bernama radioli, sehingga bulu sayap burung tersusun sangat rapat dan kuat, memudahkannya dalam terbang. Struktur ini hanya ada pada bulu sayap burung, sementara bulu di bagian tubuh lain memiliki bentuk yang berbeda. MasyaAllah, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu indah, rapi, seimbang, dan sempurna.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas kesempatan menuntut ilmu. Mudir AGA selalu mengingatkan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dosen kami selalu menekankan bahwa tujuan mengajar adalah untuk memperbaiki diri dan generasi, serta menumbuhkan rasa khosyah (takut) kepada Allah. Bahkan sebelum ujian, kami selalu diingatkan bahwa belajar bukan tentang nilai, banyaknya hafalan, atau pengakuan, tetapi tentang bagaimana ilmu itu tumbuh dalam diri kita. Ujian adalah pertarungan jangka pendek, tetapi mengamalkan ilmu adalah pertarungan sesungguhnya—pertarungan jangka panjang. Kita belajar bukan untuk ujian, tetapi ujian adalah bagian dari belajar.

Semoga Allah memberkahi usia kita, meridai setiap amal kebaikan kita, serta menjadikan setiap langkah dalam menuntut ilmu sebagai pemberat timbangan amal dan peringan langkah menuju surga. Aamiin.

 

Oleh: Baiq Muna
Mahasiswi AGA 4

lanjut baca