SAAT YANG BERHAK JUSTRU BERJARAK

Artikel Dosen    28 Feb 2024    3 menit baca
SAAT YANG BERHAK JUSTRU BERJARAK

Ditulis oleh Ustadz Matahari Satria, Lc

 

Kedekatan nasab dan tempat tidak menjamin baiknya hubungan silaturahmi antar kerabat. Tidak sedikit keluarga dekat bahkan rumahnya bertetangga tak saling bertegur sapa. Banyak faktor yang melatarbelakangi tidak harmonisnya hubungan tersebut, mulai dari egoisme, muamalah yang tidak beres, sampai urusan harta warisan.

Di kalangan keluarga muslim, perbedaan pemahaman juga sering kali menjadi pemicu retaknya hubungan. Hanya karena berbeda tempat pengajian, kekerabatan dikorbankan. Berbeda pilihan presiden, hubungan kerabat menjadi retak. Juga karena pemahaman yang rancu tentang hubungan non mahram, hubungan kerabat seolah menjadi tersekat. Batasan-batasan menjadi pelegalan untuk tidak saling mengunjungi dan bertegur sapa hanya karena takut bila nanti berjabat tangan.

Kehilangan orang tua yang semula merupakan pengikat hubungan antar anak juga berpotensi merenggangkan hubungan. Dengan meninggalnya orang tua, seolah hilang pula kewajiban untuk saling menyayangi sesama saudara. Terlebih bila masing-masing anak berada di tempat berjauhan, makin lengkap alasan untuk tidak saling mengikat hubungan.

Kerabat adalah orang terdekat setelah orang tua, dan Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka sebelum kepada yang lainnya. Allah SWT berfirman,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. An-Nisa: 36)

Allah juga berfirman,

وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا

“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros” (QS. Al-Isra: 26)

Allah juga berfirman,

فَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَ اللّٰهِ ۖوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ar-Rum: 38)

Allah mendahulukan berbuat baik kepada kerabat daripada yang lainnya menunjukkan prioritas dalam berbuat kebaikan. Dalam Shahih Bukhari disebutkan, Ummul Mukminin Maimunah pernah berkata kepada Rasulullah Saw:

أَشَعَرْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنِّي أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ

“Ya Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku telah membebaskan budakku?. Beliau bertanya: "Apakah kamu sudah melakukannya?" Dia menjawab: "Ya". Beliau bersabda: “Seandainya kamu hibahkan budak itu kepada bibi-bibi kamu tentu kamu akan mendapatkan pahala yang besar".

Banyak cara bisa dilakukan untuk berbuat ihsan kepada kerabat. Misalnya dengan cara saling mengunjungi, menjenguk saat sakit, dan yang tak kalah penting dari itu adalah berkasih sayang, menunjukkan wajah berseri di hadapan mereka, memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang muda.

Itulah makna silaturahmi yang sesungguhnya. Silaturahmi tidak sekedar perbuatan saling mengunjungi satu sama lain, tapi perbuatan baik yang terjalin antar kerabat.

Ibnu Atsir menjelaskan dalam An-Nihayah Fii Gharibil Hadits:

تكرر في الحديث ذكر صلة الرحم: وهي كناية عن الإحسان إلى الأرقربين من ذوي النسب، والأصهار والتعطف عليهم، والرفق بهم، والرعاية لأحوالهم، وكذلك إن بعُدوا أو أساءوا، وقطع الرحم ضد ذالك كله

“Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahmi. Silaturahmi adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah lembut, kasih sayang kepada mereka, dan memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan memutus silaturahmi adalah kebalikan dari itu semua”.

Termasuk kekeliruan memahami makna silaturahmi adalah menyambung tali kekerabatan kecuali apabila kerabatnya menyambungnya terlebih dahulu. Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukalah silaturahmi, tetapi sebatas membalas kebaikan. Nabi Saw bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

"Orang yang menyambung silaturahmi itu bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus". (HR. Bukhari)

lanjut baca