PENAMPILAN YANG MENIPU

Artikel Dosen    19 Feb 2024    3 menit baca
PENAMPILAN YANG MENIPU

Ditulis oleh Ustadz Djalal Abu Fahd, Lc

 

Seorang Kyai mempersilahkan kepada jamaahnya dari kalangan ibu-ibu untuk memilih salah satu dari tiga calon menantu idamannya dengan beragam karakternya. Calon menantu pertama: Pintar, tajir, tampan dan humble. Kedua: Tampan, humble, pintar, tajir. Ketiga: Tajir,  humble, pintar, tampan. Kira-kira si ibu pilih yang mana? Calon menantu pertama, kedua, atau ketiga?

Rupanya, pilihan ibu-ibu tersebut tidak sama. Ada yang memilih nomor satu karena alasan ingin calon menantunya pintar sebagaimana urutan awal dari sejumlah karakter yang ditawarkan. Ada juga yang memilih nomor tiga karena alasan ingin calon menantunya kaya.

Lalu, sang kyai menimpali, “Baru urutan kata saja yang dibuat berbeda, pilihan orang sudah ikut berbeda. Padahal, ketiga calon menantu tersebut sama saja karakter dan keadaannya. Hanya urutannya saja yang dibolak-balik.”

Fakta ini menunjukkan bahwa pesan awal amat menentukan kesan yang ingin dibangun oleh si pembuat pesan. Jika seseorang disebutkan memiliki karakter cerdas, pendiam, dan agak pemarah, maka kata “cerdas” akan mendominasi pikiran sang penerima pesan. Sebab, kata itu ditaruh di depan. Apalagi dalam memilih seorang pemimpin yang yang kelak akan memikul amanah umat.

Namun, jika kata “agak pemarah” ditaruh di depan, maka karakter itulah yang mendominasi pikiran mereka. Padahal, keduanya sama saja.

Penampilan memang bukanlah segalanya, namun segalanya terkadang berawal  dari penampilan. Sebagai contoh, jika kita bertemu dengan orang yang  belum pernah kita kenal kemudian orang itu meminta/menawarkan bantuan  kepada kita, apa yang kita rasakan dan lakukan? Kebanyakan dari kita  terkadang memasang sikap defense dengan cara menilai mereka terlebih  dahulu lewat penampilan. Maka tidak jarang jika mereka yang bernampilan GOOD LOOKING bisa lebih cepat mendapat sambutan meskipun belum tentu INNER BEAUTY mereka GOOD LOOKING. Artinya, tidak sedikit orang yang tertipu oleh penampilan.

Abu Bakar bin Ayyash berkata: Aku dan Sufyan at-Tsauri kami memasuki sebuah kota, (suatu ketika) kami melihat seorang laki-laki berjanggut putih dan berpakaian bagus, maka kami mengira bahwa dia adalah salah seorang ulama, maka Sufyan at-Tsauri mendekatinya dan menyapanya seraya berkata:

Syekh, apakah engkau punya hadits?

Dia berkata: Saya tidak memiliki hadits, tetapi saya hanya memiliki budak yang dibebaskan selama dua tahun!

Ternyata dia pembuat anggur yang menjual anggur !!

Memilih pemimpin tidak cukup dengan modal tampan miskin ide atau modal pencitraan endorse sana-sini atau bahasa kerennya cawe-cawe.

Memilih pemimpin haruslah yang bervisi akhirat bukan kelompoknya. Memilih pemimpin artinya memilih seorang imam yang membawanya ke surga. Pakailah ilmu dan jangan terjebak pada cover manisnya.

Cerdas dalam memilih pemimpin itu artinya memilih seseorang untuk  menjadi leader yang menahkodai bahtera bangsa yang besar ini untuk lima tahu ke depan. Mau dibawa kemana nasib arah bangsa ini di tengah suhu politik global yang tak menentu. Pilihan kita akan menentukan sikap politik luar negeri pemimpin kita terhadap kondisi Palestina yang masih membara dengan aksi gila Zionis Yahudi dengan genosidanya. Perhatian kita pada pilihan kita, pada visi dan misi dan gagasan capres-cawapres adalah bentuk tanggungjawab kita juga dalam membela Al Aqsha.

Oleh karena itu, selektif dan cerdaslah dalam memilih pemimpin idaman. Jangan grusa-grusu, jangan tergoda dengan kesan pertama. Jangan tertipu dengan penampilan, nama besar dan popularitas paslon tertentu. Tergodalah dengan calon pemimpin yang konsisten dan calon pemimpin yang semakin hari hidupnya semakin berkualitas dalam pergaulan dengan sesama, yang menawarkan ide dan gagasannya bukan janji-janji manis pepesan kosong, yang tulus mencintai dan memperjuangkan hak-hak rakyat, kesan selanjutnya jauh lebih penting dibandingkan kesan pertama. Selanjutnya terserah anda.

Bijak dan bijaklah saat memilih pemimpin jangan terburu-buru agar tak sesal di kemudian hari. Jangan sampai tertipu dengan tingginya pangkat, jangan pula anggap remeh suara rakyat.

Dari Abu Hurairah rahiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُبَّ أَشْعَثَ أغبرَ مَدْفُوعٍ بالأبواب لو أَقسم على الله لَأَبَرَّهُ 

“Tidak sedikit orang berambut kusut, berdebu dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Dia memenuhinya.” (HR. Muslim)

.

Wallahu A’lam Bisshawab

lanjut baca