Diriwayatkan oleh Al-Jahizh bahwa ‘Uqbah bin Abi Sufyan tatkala mengantarkan anaknya kepada seorang guru ia berkata, “Hendaklah engkau memulai dalam mendidik anakku nanti dengan memperbaiki pribadimu, karena sesungguhnya mata mereka (anak didik) itu terikat dengan matamu. Kebaikan menurut mereka adalah yang menurutmu baik, dan keburukan menurut mereka adalah yang menurutmu buruk. Ajarilah mereka sejarah orang-orang bijak, akhlak para pemilik adab. Ancamlah mereka denganku, ajarilah ia tanpaku, jadilah bagi mereka seperti seorang dokter yang tidak akan mengobati sebelum mengetahui penyakitnya, dan janganlah engkau pasrahkan ia di atas ketidakmampuanku, karena sesungguhnya aku telah menyerahkannya kepadamu.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Khaldun di dalam Muqaddimah-nya bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid tatkala menyerahkan anaknya, yaitu Al-Amin, kepada seorang pendidik, ia berkata kepadanya, “Wahai Ahmar, sesungguhnya Amirul Mukminin telah menyerahkan belaian jiwa dan buah hatinya kepadamu, maka jadikanlah tanganmu terbuka untuknya. Engkau wajib taat kepadanya; jadikanlah ia sebagai Amirul Mukminin yang meletakkanmu. Bacakanlah ia Al-Qur’an, kenalkanlah ia dengan sejarah pendahulu, lantunkan untuknya syair-syair, ajari ia sunnah-sunnah, ajari ia tempat-tempat pembicaraan dan permulaannya. Cegahlah ia dari tertawa kecuali pada waktunya. Janganlah sampai terlewatkan sesaat pun dari waktu kecuali engkau telah mendapatkan faedah darinya, tanpa engkau sesali hingga mematikan akalmu. Dan janganlah engkau perpanjang toleransimu kepadanya sehingga ia menghiasi dirinya dengan kekosongan. Kuatkanlah ia dengan kedekatan dan kelembutan dan hindarilah sikap keras dan bengis.”
Khalifah Abdul Malik bin Marwan sedang menasehati pendidik anaknya. Beliau berkata, “Ajari ia kejujuran sebagaimana engkau mengajarinya Al-Qur’an. Iringilah ia dengan akhlak yang terpuji, lantunkan ia syair sehingga ia menjadi pemberani dan sungguh-sungguh. Dudukkanlah ia di samping orang-orang mulia dan ahli ilmu, jauhkan mereka dari orang-orang urakan dan pembantu-pembantu, karena mereka ini adalah manusia yang paling buruk adabnya. Hormatilah ia di tempat terbuka dan celalah ia di tempat tersembunyi. Pukullah ia jika berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada dosa dan dosa membawa kepada neraka.”
Hisyam bin Abdul Malik pernah berkata kepada pendidik anaknya yang bernama Sulaiman Al-Kalbi, “Sesungguhnya anakku ini adalah kening antara kedua mataku. Aku serahkan kepadamu pendidikannya; hendaklah engkau bertakwa kepada Allah, tunaikanlah amanah, dan yang mula-mula aku wasiatkan kepadamu adalah hendaknya engkau beramal dengan kitabullah. Kemudian lantunkanlah baginya syair yang paling baik, hindarkan darinya, kemudian isolasi ia di kampung-kampung orang Arab. Ambilkan untuknya syair terbaik mereka, tampakkan kepadanya perkara halal dan haram, ceramah-ceramah, dan peperangan.”
— Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Arif Rahman Hakim (Solo: Insan Kamil, 2012) cet. 6, hal. 108-109
Oleh: Rudy Romansyah