Seorang guru dalam mendidik dan mengajarkan tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga sebagai panutan yang memberikan teladan akhlak yang baik bagi anak didiknya. Bahkan, pada zaman Rasulullah, orang yang belajar diperkenalkan atau diajari adab terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu. Sahabat Nabi dan para ulama terdahulu pun mempelajari adab lebih lama ketimbang ilmunya. Mereka tidak akan menambah ilmu sebelum mereka mengamalkannya. Sebagai seorang guru, kesholehan itu penting karena akan berefek pada anak didiknya.
Cara yang paling baik dipakai dalam mendidik generasi adalah ajaran yang diajarkan Rasulullah, karena Rasulullah adalah panutan bagi seluruh umat. Seperti firman Allah dalam Q.S. Al-Jumu’ah: 2:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agama Islam. Dalam ajaran Islam, pendidik disamakan dengan ulama yang sangat dihargai kedudukannya.
Imam Al-Ghazali mengambil beberapa hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik, yaitu sebagai orang-orang besar yang aktivitasnya lebih baik daripada ibadah setahun. Kemudian, Rasulullah pernah bersabda,
“Sesungguhnya para malaikat dan seluruh penduduk yang ada di langit bershalawat kepada orang yang mengajarkan, sampai ikan-ikan yang ada di laut dan semut-semut di dalam sarangnya ikut mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
Sebagai sosok seorang guru, seharusnya dia menjadi suri tauladan bagi para muridnya, baik dalam tutur kata maupun perilaku dan tatakrama. Rasulullah memerintahkan sesuatu, dan beliau adalah orang yang pertama kali mengerjakannya. Begitu pula, jika beliau melarang sesuatu, maka beliau adalah orang yang meninggalkannya terlebih dahulu (amal ma’ruf nahi munkar).
_________________
Oleh Indri Riadina (Mahasantri Akademi Guru Al-Fatih)