“Generasi yang kita sedang persiapkan adalah pendiri khilafah di atas manhaj nubuwwah dan generasi pembuka Roma!”
Saat Ustadz Galan, dosen kami di Akademi Guru Al-Fatih yang mengampu mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan Islam, menyampaikan kalimat itu, seketika menancap kuat di hati saya bahwa inilah jalan juang yang saya pilih, yang saya tempuh, dan yang akan saya perjuangkan. Generasi sekelas sahabat Rasulullah yang mulia dan generasi sekelas Sultan Al-Fatih, dua gambaran generasi terbaik yang pernah berdiri di bumi Allah, adalah titik tuju itu. Rasulullah serta Sultan Murad II beserta guru-guru ikhlas Sultan Al-Fatih adalah pendidik terbaik itu. Dari titik ini, telah sempurnalah kerangka pendidikan ideal kita: tujuan yang jelas, nilai yang ingin ditanamkan, serta jalan yang harus ditempuh.
Iman sebelum Al-Qur'an; adab sebelum ilmu; ilmu sebelum amal. Ya, itu kuncinya. Urutan yang benar. Jika salah urutan, apa yang akan terjadi? Ketika anak diajarkan ilmu sebelum adab, ia bisa jadi selangkah lebih maju dalam pengetahuan di langkah-langkah awal. Namun, lihatlah ke depan; anak-anak yang senantiasa mengindahkan akhlaknya akan terus meniti ilmu dan menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Kemudian, bagaimana dengan anak yang berangkat dari ilmu tadi? Bisa jadi ia berhenti karena kejenuhannya, atau bisa jadi ia tetap di lautan ilmu namun tenggelam dalam ilmunya hingga tak muncul di permukaan untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi semesta.
Bagaimana kabar pendidikan kita saat ini? Pernah duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi di jurusan pendidikan membuat saya merasa dibenturkan seketika saat mata air pemahaman baik itu mengalir ke dalam hati dan otak saya di setiap perkuliahan AGA. Saya merefleksi tahun-tahun yang saya jalani dengan memaksakan diri memahami ilmu yang saya tidak tahu hakikat kebenarannya. Ironisnya, yang saya tahu adalah mereka tak seakidah dengan saya; mereka tidak menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidupnya; dan mereka tak tahu menahu isi buku panduan hidup yang Allah turunkan melalui malaikat paling mulia kepada Rasul paling mulia-Nya. Di titik ini, saya putuskan untuk benar-benar berhenti mendalaminya: ilmu yang tidak bersumber dari kebenaran yang hakiki. Di titik ini, saya memutuskan untuk berubah haluan; saya memilih Kuttab. Yang artinya, saya memilih jalur pendidikan yang Allah tuntunkan melalui Rasul dan kitab terbaik-Nya. Saya memilih mendidik generasi untuk mengenal kemudian takut pada Rabb-Nya, yang kemudian akan membawanya berjuang menjadi sebaik-baik manusia menurut definisi Penciptanya: yang bertaqwa, berilmu, bermanfaat, serta berakhlak mulia.
Oleh: Sity Nurjannatun (Alumni AGA 5)