MADU BUKAN OBAT

Artikel Dosen    12 Sep 2023    3 menit baca
MADU BUKAN OBAT

Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan sakit, rasa-rasanya tidak ada seorang Manusia pun di dunia ini kecuali pernah merasakannya. Ketahuilah! Dengan sakit, Allah ﷻ menggugurkan dosa-dosa hamba-Nya, serta dengan sakit, Allah ﷻ menyiksa sebagian lainnya.

Sakit yang dialami Manusia kadang mendera jiwanya, seperti kerasnya hati, kesombongan, kemunafikan, keraguan, dan sebagainya. Kadang sakit juga mendera raga Manusia, seperti demam, batuk, pusing, dan sebagainya.

Saudaraku, di antara sekian banyak bentuk kasih sayang Allah ﷻ kepada hamba-Nya, Ia memberikan obat bagi setiap sakit yang diderita oleh hamba-Nya. Dalam sebuah riwayat Hadits disebutkan:

عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Dari Jabir dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla." (HR Muslim)

Dalam Hadits tersebut, obat atau dawaa’ sangat berkaitan erat dengan penyakit atau daa’. Karena sebuah penyakit dikatakan akan hilang atau sembuh (dengan izin Allah ﷻ) apabila obatnya tepat. Sebagai contoh, jika seseorang lapar, maka obatnya adalah makan; jika seseorang haus, maka obatnya adalah minum; jika seseorang mengantuk, maka obatnya adalah tidur; dan seterusnya.

Saudaraku, sesungguhnya obat atau dawaa’ hanyalah wasilah. Karena Allah ﷻ mampu menyembuhkan, baik dengan atau tanpa obat. Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Dan apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkanku (QS. Asy-Syu’ara: 80)

Saudaraku, dalam kesempatan ini, bukan sakit yang akan menjadi pembahasan kita. Lalu apa yang akan kita bahas? Mari kita simak bersama!

Dalam Al-Quran terdapat dua hal yang menjadi wasilah untuk beroleh kesembuhan, namun Al-Quran tidak menyebutnya sebagai dawaa’ yang dalam bahasa kita berarti obat. Dua hal tersebut adalah Al-Quran itu sendiri serta Madu. Allah ﷻ berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا  

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi syifaa’ dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS. Al-Isra: 82)

ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ  

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (QS. An-Nahl: 69)

Dalam ayat lain, yakni QS. Yunus ayat 57 Allah ﷻ menyebut Al-Quran secara spesifik sebagai syifaa’ bagi penyakit yang ada dalam dada Manusia (Hati). Adapun dalam keterangan Hadits, disebutkan bahwa Al-Quran juga bisa menjadi syifaa’ bagi penyakit jasad.

Kenapa Al-Quran dan Madu disebut sebagai syifaa’?

Al-Quran dan Madu disebut sebagai syifaa’, sebuah bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja syafaa – yasyfii yang artinya menyembuhkan. Dengan demikian, maka arti dari kata syifaa’ adalah kesembuhan. Tentu ada rahasia dibalik setiap kata yang dipilih oleh Al-Quran, karena ia adalah mukjizat. Mari kita renungkan beberapa hal berikut:

Pertama, kata dawaa’ (obat) merupakan bentuk lain dari kata daa’ (penyakit). Sehingga keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat, di antaranya:

  • Obat harus selalu disesuaikan dengan penyebab sakit, kondisi orang yang sakit, usia, dan lain sebagainya. Karena bisa jadi ada dua orang yang berbeda mengalami sakit yang sama, namun karena penyebab dan kondisinya berbeda, maka obatnya pun harus berbeda

  • Sebagian besar konsumsi obat harus dihentikan jika penyakit yang diderita sudah hilang

  • Obat tidak selalu bisa dikonsumsi setiap saat, bahkan di antaranya hanya diperbolehkan ketika ada penyakit

  • Jarang kita menemui ada obat yang rasanya manis dan nikmat.

Kedua, bandingkan dengan Madu. Madu bisa dikonsumsi oleh semua usia, dan hampir ia selalu bisa dikonsumsi di setiap kondisi, baik ketika kita sakit ataupun sehat. Kapan pun ia dikonsumsi, ia akan memberikan manfaat, sebagaimana Al-Quran.

Ketiga, madu itu manis dan nikmat, warna dan aromanya pun beraneka ragam. Ia bisa dikonsumsi secara langsung, atau menjadi campuran untuk beraneka macam minuman serta hidangan.

Keempat, saking dekatnya peluang kesembuhan dengan Madu, maka ia disebut sebagai syifaa’, bukan dawaa’. Perhatikanlah pembelaan nabi Muhammad ﷺ terhadap madu dalam riwayat berikut ini:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ قَدْ فَعَلْتُ فَقَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَأَ

Dari Abu Sa'id bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Saudaraku sedang menderita sakit perut." Beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang kedua kalinya, lalu beliau tetap bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang yang ketiga kalinya, beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian dia datang lagi sambil berkata; "Aku telah melakukannya." Maka beliau bersabda: "Maha benar Allah, dan perut saudaramulah yang berdusta, berilah minum madu." Lalu ia pun meminuminya madu dan akhirnya sembuh. (HR Bukhari)

Saudaraku, madu bukan obat! Karena ia bukan sekadar obat. Ia juga disebut sebagai syaroob (minuman) yang manis dan nikmat. Rutinkanlah untuk mengonsumsinya sebagaimana engkau merutinkan tilawah, niscaya jiwa dan ragamu akan sehat, karena keduanya adalah syifaa’.

lanjut baca