Komunikasi Iman

Artikel Mahasiswa    16 Jan 2025    3 menit baca
Komunikasi Iman

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak lahir, dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, hingga dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional, dan global—atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, non-verbal, langsung, dan tidak langsung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sehingga, komunikasi adalah proses interaksi antara dua pihak atau lebih yang bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada kedua belah pihak untuk kepentingan tertentu. Terdapat tiga unsur dalam komunikasi, yaitu:

  1. Komunikator: orang yang menyampaikan informasi.
  2. Komunikan: orang yang menerima informasi.
  3. Media: sarana untuk menyampaikan informasi.

Media komunikasi tidak hanya melalui lisan, tulisan, atau bahkan bahasa tubuh (body language). Media komunikasi bagi seorang Muslim pun bisa merambat melalui perantara iman. Komunikasi ini tak perlu dilakukan dengan lisan berucap atau bibir yang bergerak sebagaimana bahasa komunikasi pada umumnya, namun sang komunikan harus mampu menerjemahkan bahasa iman dari sang komunikator. Sebagaimana kisah antara Al-Ma’mun dan Sang Guru Al-Kisai.

Al-Ma’mun mempunyai pemahaman yang menakjubkan terhadap Al-Qur’an semenjak ia masih kecil. Ia mempelajari dari gurunya, Al-Kisai. Kebiasaan Al-Kisai setiap kali mengajarkannya ialah selalu menundukkan kepala bila Al-Ma’mun sedang membaca. Bila bacaan Al-Ma’mun salah, Al-Kisai mengangkat kepalanya dan memandangnya, lalu Al-Ma’mun membetulkan kesalahannya.

Pada suatu hari, Al-Ma’mun membaca surat Ash-Shaf. Ketika bacaannya sampai pada firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (Ash-Shaff: 2)

Al-Kisai mengangkat kepalanya, dan Al-Ma’mun memandang ke arahnya seraya mengulangi bacaannya. Al-Kisai pun memeriksa kesalahannya, dan ternyata bacaannya sudah benar. Setelah selesai, Al-Kisai pulang, dan Al-Ma’mun menemui ayahnya dan bertanya, "Wahai ayah, apakah engkau telah menjanjikan sesuatu kepada Al-Kisai?"
Ar-Rasyid balik bertanya, "Wahai Anakku, mengapa engkau sampai tahu hal tersebut?"

Al-Ma’mun kemudian menceritakan duduk perkaranya kepada sang ayah. Setelah mendengar cerita putranya, Ar-Rasyid sangat senang dengan kepandaian anaknya dalam menangkap pelajaran.

Perhatikanlah kisah tersebut! Lisan tak berucap, bibir tak bergerak, namun komunikasi tersampaikan. Sarana komunikasinya? Iman-lah yang menyambung komunikasi mereka. Sehingga meski telinga tak mendengar satu ucapan lirih sekalipun, komunikasi tersampaikan. Karena komunikasi terkadang tidak perlu wajah yang menatap atau telinga yang mendengar, namun cukup hati yang saling terikat. Dengan iman, cinta, rindu, dan segenap perasaan jiwa. Namun, untuk mencapai komunikasi semacam itu perlu sebuah perangkat dan sebuah kesamaan. Sebagaimana sinyal radio tidak akan terhubung dengan pendengar ketika tidak memiliki perangkat radio dan tidak mengatur frekuensi gelombang radio sesuai dengan frekuensi gelombang penyiar, maka komunikasi iman juga butuh sebuah perangkat dan kesamaan frekuensi gelombang iman. Maka, siapkan perangkat ilmumu dan samakan frekuensi gelombang imanmu untuk mendengarkan komunikasi iman yang disiarkan orang-orang di sekitarmu.

________________________

Jakarta, Selasa, 03 Mei 2016
Rudy Romansyah dalam kesunyian malam pukul 21:10, terus berusaha menyiapkan perangkat ilmu dan mendapatkan frekuensi gelombang saudara-saudara Muslim, terutama saudara-saudara Muslim, saat ini yang sedang bergejolak di Aleppo, Suriah.

“Ya Robb Kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Ya Robb kami, jangan Engkau berikan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Robb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Beri ampunlah kami, ampuni kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286)

lanjut baca