Carut-marutnya dunia pendidikan saat ini menandakan ada sesuatu yang salah dalam sistem pengajaran yang diterapkan selama ini. Kesalahan itu mungkin tidak hanya terkait kurikulum ajar atau perilaku murid, tetapi bisa jadi justru menyangkut para gurunya, terutama dalam hal pola pengajaran mereka. Sebab –diakui atau tidak– banyak sekali guru yang mengajar dengan “setengah hati” sekadar menunaikan kewajiban mengajar semata. Padahal, di samping mengajar, seorang guru juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak didiknya.
Adakah guru yang kesal dengan pertanyaan yang berbelit-belit, bahkan membingungkan dan memojokkan dari muridnya? Adakah guru yang selalu memonitor perkembangan dan aktivitas keseharian muridnya di luar kelas? Pernahkah ada guru yang sudi memberikan sesuatu yang amat berharga kepada orang lain, padahal keluarganya sangat membutuhkan? Adakah guru yang mau mengorbankan waktunya untuk mengajari muridnya selama berhari-hari tanpa imbalan materi?
Jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah ada. Dialah guru teladan sejati, dan guru teladan itu tidak lain adalah Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam, sedangkan muridnya adalah sahabat-sahabat beliau.[1]
Tak banyak orang melihat bahwa Rasul Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam adalah sosok seorang guru. Padahal, beliau adalah sosok sebaik-baik guru, Guru Besar sepanjang peradaban. Tidak ada sosok guru yang lebih baik selain beliau.
Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam sendiri mengabarkan bahwa beliau adalah seorang guru. Abdul Fattah Abu Ghuddah[2] dalam Ar-Rasul al-Mu’allim menulis sebuah bab ‘Petunjuk Hadits bahwa Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam adalah Seorang Guru yang Bijak dan Pandai’. Beliau mengutip dari Ibnu Majah dalam Sunan-nya dan Darimi juga dalam Sunan-nya –saya ringkas– “Adapun kelompok yang sedang sibuk belajar-mengajar itu, ketahuilah, sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru.”[3]
Keberhasilan beliau dalam mendidik mampu membuat perubahan besar terhadap Jazirah Arab. Hal ini belum pernah terulang kembali dalam sejarah pendidikan sepanjang sejarah manusia.
Tokoh-tokoh pendidikan yang hidup setelah masa Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam merupakan bukti paling kuat untuk menunjukkan betapa agungnya sang guru dan pendidik besar ini. Lahirnya para sahabat dan tabi’in yang cerdas dan bijaksana adalah bukti lain dari kesuksesan Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam dalam mengajar dan mendidik. Hal itu bisa dibuktikan dengan membandingkan kondisi mereka sebelum dan setelah kehadiran beliau. Sebab, para sahabat merupakan bukti hidup atas keagungan satu-satunya guru dan pendidikan paling hebat ini.[4]
Dr. Gustave Le Bon[5] mengatakan: “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad Al-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain.”[6]
Hanya dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi. Beliau telah berhasil mengambil alih peradaban yang kala itu dipegang oleh negeri adidaya zaman tersebut, yaitu Romawi dan Persia. Rasulullah Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam-lah guru besar mereka. Dan peradaban Islam terus berlanjut karena estafet pendidikan itu terus menghasilkan orang-orang besar.
Rasulullah sholallahu ‘alayhi wa sallam, sesuai dengan perannya sebagai pendidik manusia, telah memadukan berbagai unsur penting dalam dunia pendidikan. Beliau selain mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, juga mendidik umat dengan akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Bukan itu saja, beliau pun pandai dalam memilih waktu, tempat, metode, dan materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak didiknya; sehingga, proses belajar mengajar menjadi ideal dan mencapai sasaran yang diinginkan.[7]
Inilah yang sempurna dan menjadi model pendidikan teladan sepanjang zaman. Tidak akan bisa tergantikan oleh metode kreasi manusia apa pun. Tidak quantum teaching dan quantum learning yang merupakan produk impor dari Barat, serta tidak pula teori dan metode pendidikan yang berasal dari Timur.
Ini merupakan pendidikan terbaik dalam sejarah. Selama metode dan konsep pendidikan itu masih berguru kepada guru terbaik yang Allah pilihkan langsung untuk umat Islam, maka hasil didikan tersebut akan sejalan dengan mereka. Atau setidaknya adalah mendekati mereka —bi idznillah—.[8]
“Ya Allah, ampuni kami bila masih meragukan guru yang telah Engkau pilih di dunia ini hingga akhir zaman, karena tidak ada yang memberikan ampun melainkan Engkau.”
Oleh Rudy Romansyah (Mahasantri Akademi Guru Al Fatih Angkatan 2)
___________________________________________
Referensi:
[1] Sinopsis Tim Pustaka Imam Syafi’i terhadap buku An Nabiyyul Karim shalallahu ‘alayhi wa sallam karya Dr. Fadhl Ilahi yang diterjemahkan dengan judul Bersama Rasululloh Mendidik Generasi
[2] Ulama Besar Suriah. Salah satu pendiri Universitas Muhammad Ibnu Saud, Arab Saudi. Lahir di kota Aleppo, Suriah, 17 Rajab tahun 1336 H/ 1917 M. Wafat pada 9 Syawal 1417 H/ 16 Februari 1997 M
[3] Abdul Fattah Abu Ghuddah, Ar-Rasul al-Mu’allim wa Asalibuhu fi at-Ta’lim, terj. Agus Khudlori (Temanggung: Armasta, 2015), hal. 6
[4] Abdul Fattah Abu Ghuddah, Ar-Rasul al-Mu’allim wa Asalibuhu fi at-Ta’lim, terj. Agus Khudlori (Temanggung: Armasta, 2015), hal. 11.
[5] Seorang Psikolog, Sosiolog dan Antropolog Prancis (wikipedia)
[6] Budi Suherdiman Januardi, JEJAK KEGEMILANGAN UMAT ISLAM DALAM PENTAS SEJARAH DUNIA, http://www.dudung.net/artikel-islami/jejak-kegemilangan-umat-islam-dalam-pentas-sejarah-dunia.html#sthash.Ni582Ifx.dpuf (diakses 5 Mei 2016)
[7] Kata pengantar Tim Pustaka Imam Syafi’i terhadap buku An Nabiyyul Karim shalallahu ‘alayhi wa sallam karya Dr. Fadhl Ilahi yang diterjemahkan dengan judul Bersama Rasululloh Mendidik Generasi,hal. vii
[8] Kata pengantar Tim Pustaka Imam Syafi’i terhadap buku An Nabiyyul Karim shalallahu ‘alayhi wa sallam karya Dr. Fadhl Ilahi yang diterjemahkan dengan judul Bersama Rasululloh Mendidik Generasi,hal. vi