DEBAT BOLEH, TAPI JANGAN SEPERTI FIR’AUN

Artikel Dosen    27 Feb 2024    2 menit baca
DEBAT BOLEH, TAPI JANGAN SEPERTI FIR’AUN

Ditulis oleh: Shalahuddin Al Ayyubi, Lc.

 

Di balik sosoknya yang dzalim dan kejam, Fir’aun ternyata juga dikenal sebagai seorang penguasa yang ketika berdebat suka berkata kasar dan mencaci. Bahkan cenderung menggunakan kekuatan dan kesewenang-wenangnya untuk mematahkan argumen lawan bicaranya. 

Sejenak kalau kita melihat kisah perdebatan Nabi Musa dan Fir’aun dalam surat asy Syu'ara ayat 25-29, maka kita akan mendapati bahwa Fir’aun ketika mendapati jawaban yang menurutnya tidak sesuai konteks pertanyaannya, ia justru mencela Nabi Musa seraya mengatakan bahwa dia adalah orang gila. Selain itu, ia juga tidak segan untuk memenjarakan Nabi Musa jika ia menyembah Tuhan selain Fir’aun.

Lihatlah bagaimana ia mencela Nabi Musa:

﴿  قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ ٢٧ ﴾ (سورة الشعراۤء/26: 27)

Artinya: Dia (Fir‘aun) berkata, “Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila.

(QS. Asy-Syu'ara'/26:27)

Dan menariknya, meskipun Nabi Musa dicela dengan julukan yang sangat jelek, yaitu gila, ia tetap bisa menyampaikan risalah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan sebagaimana yang disampaikan Imam Fakhruddin ar Razi, Nabi Musa sebenarnya secara tidak langsung sudah menjawab pertanyaan Fir’aun tadi. 

Beliau menjawab

﴿ قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ ٢٨ ﴾ (سورة الشعراۤء/26: 28)

Artinya:

Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat serta segala yang ada di antaranya jika kamu mengerti.

(QS. Asy-Syu'ara'/26:28)

Bagaimana mungkin Nabi Musa dianggap sudah menjawab pertanyaan Fir’aun yang berbunyi: “Siapa Tuhan semesta alam itu?” sebagaimana pada ayat 23?

Hal itu karena pertanyaan tentang hakikat Dzat yang bersifat Waajibul Wujuud (yaitu yang adanya adalah sebuah keniscayaan), maka tidaklah mungkin bisa dijawab kecuali dengan menyampaikan tanda-tanda kebesaran-Nya. Sedangkan terkait tanda-tanda kebesaran-Nya memang ada yang tersembunyi dan ada pula yang nampak jelas. Dan tanda yang paling nampak adalah alam semesta ini, yaitu langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya. (lihat: Tafsir ar Razi = Mafatih al Ghaib, juz 24 halaman 498)

Dari sini jelaslah bahwa ketika Fir’aun mendebat Nabi Musa seraya bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu?” lantas Nabi Musa menjawab: “Tuhan (pencipta dan pemelihara) langit, bumi, dan segala yang ada di antaranya”, maka hal itu sama sekali tidak menunjukkan ketidak fahaman Nabi Musa terhadap konteks pertanyaannya, melainkan lebih karena Fir’aun yang kurang mengerti/berakal. 

Karenanya Nabi Musa saat dicela dengan julukan gila, ia menjawab: “(Dia adalah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat serta segala yang ada di antaranya jika kamu mengerti/berakal” (QS. Asy-Syu'ara'/26:28).

Tapi emang boleh berdebat seperti yang dilakukan Fir’aun ini? 

Jawabannya tentu saja tidak, bahkan para ulama sudah menyampaikan beberapa adab yang harus diperhatikan saat berdebat. Diantaranya sebagaimana dikutip dari kitab Aadab al Bahts wal Munadharah karya Syaikh Muhammad Aamiin asy Syinqity juz 1 halaman 274:

«ومنها ألا يستهزئ أحدُهما بالآخر ويسخرَ منه» 

 

Artinya: “Supaya tidak ada satu pun dari keduanya -para pendebat- yang mengejek atau mencemooh satu sama lain.”

lanjut baca