Siang dan malam, dua pasang makhluk luar biasa yang Allah ciptakan untuk melengkapi alam semesta. Allah hadirkan keduanya dengan berbagai hikmah dan faedah sebagaimana Allah jadikan keduanya sebagai sumpah melalui kalam-Nya. Allah juga menyebutkan keduanya dalam ayat-ayat-Nya bersanding dan bersebelahan sebagaimana Allah jadikan waktu kemunculannya selalu beriringan.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ ١٩٠ ( اٰل عمران/3: 190)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (Ali 'Imran/3:190)
Pergantian siang dan malam adalah sebuah karunia besar yang Allah berikan kepada makhluk-Nya, keduanya adalah nikmat nyata yang harus selalu disyukuri semua manusia.
Al-Quran al-Karim yang turun sebagai wahyu dan merupakan petunjuk sempurna bagi manusia seringkali menyebutkan tentang dua makluk ini, terhitung Allah U menyebutkan kata siang (النَّهَار) sebanyak 57 kali dan kata malam (الَّيْل) sebanyak 92 kali.
Menariknya, dalam menyebutkan lafadz siang dan malam, Al-Quran al-Karim terkadang memakai rangkaian atau ushlub (susunan) yang berbeda dari biasanya, hal ini pasti menunjukkan isyarat kepada kita akan hikmah dan pelajaran yang bisa diambil oleh hamba-hamba-Nya.
Contohnya dalam surat as-Syams, Allah menunjukkan ayat yang berisi malam dan siang berbeda dengan saat Allah menunjukkan keduanya dalam surat al-Lail.
Dalam surat as-Syams Allah menggambarkan keadaan keduanya sebagai berikut.
وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا ﴿ ٣ ﴾ وَالَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا ﴿ ٤ ﴾
“Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila menutupinya (gelap gulita)”
Sedangkan dalam surat al-Lail Allah menggunakan redaksi lain.
وَالَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ ﴿ ١ ﴾ وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ﴿ ٢ ﴾
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Demi siang apabila terang benderang”.
Dalam surat as-Syams Allah mendahulukan lafaz siang sebelum malam, sedangkan dalam surat al-Lail Allah U mendahulukan lafaz malam.
Susunan kalimat keduanya pun berbeda, dalam surat as-Syams Allah memunculkan objeknya yang berupa dhamir (ها) sedangkan pada surat al-Lail Allah tidak menyertakan objeknya.
Kata يَغْشَى adalah kata kerja yang bermakna menutup. Dalam bahasa Arab kata kerja ini seharusnya mempunyai maf’ul bihi (objek) sebagaimana yang disebutkan dalam surat as-Syams (يَغْشَاهَا), tetapi dalam surat al-Lail Allah tidak menyebutkan objeknya (يَغْشَىٰ).
Para mufassir seperti imam Fakhruddin ar-Razi juga menegaskan perihal ketidakbiasaan dalam surat al-Lail ini dengan kalimatnya, “Ketauhilah bahwa Allah tidak menyebutkan maf’ul bihi (objek) dari kata يَغْشَى (menutup), (meski begitu) objek yang tidak disertakan tersebut dapat berupa matahari, siang atau sesuatu yang tidak nampak di malam hari”.
Tidak hanya itu, kaidah penulisan atau rasm Al-Quran keduanya pun berbeda bentuknya, kata siang (النَّهَار) tertulis dengan lengkap sesuai dengan kaidah penulisan Arab pada umumnya, sedangkan kata malam (الَّيْل) tidak demikian, ada satu huruf yang tidak disertakan dalam penulisannya yaitu huruf lam yang seharusnya ditulis (اللَّيْل).
Kalau kita amati ayat-ayat dalam dua surat ini, maka akan jelas terlihat bahwa kedua redaksinya adalah redaksi pilihan bukan asal-asalan, kedua redaksi ayatnya seakan mewakili keadaan masing-masing suratnya: siang dan malam.
Dalam surat as-Syams yang berarti matahari Allah lebih mendahulukan lafaz siang daripada malam, keadaan siang sendiri tidak akan terjadi tanpa adanya matahari, sedangkan pada surat al-Lail yang berarti malam Allah mendahulukan lafaz malam. Kedua gaya redaksi ini sesuai dengan tema yang ditekankan pada masing-masing surat.
Adapun perihal tidak adanya objek dan berkurangnya huruf lam dalam surat al-Lail, maka tidakkah hal ini menggambarkan kepada kita sifat dasar dari malam hari itu sendiri? Bukankah jika malam tiba segala sesuatu di sekitar kita akan jadi tidak nampak lagi? Begitu juga dengan keadaan siang, segala sesuatu di sekitar kita akan nampak oleh mata. Subhanallah.
Allah adalah Maha Sempurna, Maha Mampu melakukan segalanya, hal-hal yang berkaitan dengan-Nya pun juga pastilah sempurna, tidak akan ada yang luput dari-Nya.
Begitu pula dengan Al-Quran, kalam Allah, segala yang berkenaan dengannya pastilah juga sempurna, termasuk isi dan susunan kalimat yang dipilih-Nya. Wallahu Ta’ala A’lam.
Ditulis oleh Hamam Zaky